Kami sampai di toilet sekolah. Skye berhenti berjalan ketika aku memasuki toilet.
"Mengapa kau mengikutiku?"
Aku mengangkat bahu, "I'm a girl. Perempuan terbiasa berlama-lama di toilet dengan teman perempuannya, kan?"
Skye mendengkus, "I don't have any friends." Ia membuka pouch make up-nya dan mulai menghapus mascara-nya yang berantakan dengan menggunakan make up remover.
"Kalau begitu, aku bukan temanmu?"
"No." Skye menjawab, ia bercermin dan kembali mengaplikasikan mascara-nya, "Begitu pula semua orang yang ada di teater."
"Why are you like this, Skye?"
"You don't understand, huh!?" Ia menoleh ke arahku dan meninggikan suaranya, "Aku memiliki darah keluarga Crandall di seluruh tubuhku!"
"What's wrong with that?! Aku percaya kau tidak seperti kakakmu!"
Skye tersenyum sinis, "How do you know? Kita baru kenal selama beberapa minggu, Nicole."
"I dunno." Aku tersenyum tipis sambil mengangkat bahuku, "Aku hanya percaya kau tidak seburuk kakakmu."
Skye terdiam, ia berhenti mengaplikasikan mascara-nya.
"Skye, dengarkan aku." Aku merendahkan suaraku. "I care about you."
"Are you? Orang tuaku saja bahkan memperlakukanku seperti sampah."
"Melihatmu menangis seperti tadi, aku merasa harus melakukan sesuatu. Orang tuamu meninggalkanmu sendirian di sekolah, hal seperti itu sangatlah tidak normal."
"Kau hanya kasihan padaku." Skye tertawa miris. "Anak keluarga Crandall yang diasingkan oleh keluarganya sendiri."
"Terserah kalau itu maumu. Aku menemanimu di sini karena aku benar-benar peduli padamu. Kau temanku, Skye." Aku menghela napas berat, kemudian membalikkan badan dan berjalan keluar toilet.
KAMU SEDANG MEMBACA
Riflettore [END]
Teen FictionDi hari pertamanya bersekolah, Nicole Jenkins mendaftarkan diri untuk bergabung dalam ekstrakurikuler teater atas saran Rory Silva, cinta monyet masa kecilnya. Selain dapat menghabiskan waktu bersama Kesatria Berkuda Putih yang tampan, ia juga harus...