Prolog

307 10 0
                                    

Seorang gadis kecil berambut hitam kecoklatan dengan panjang sebahu itu tengah menatap pantulan dirinya di depan sebuah cermin yang memperlihatkan seluruh tubuhnya.

Pipi kanan yang memerah, rambut yang sangat berantakan dan sedikit goresan luka kecil disudut bibirnya, membuat gadis berumur 10 tahun itu tersenyum kecut. Sangat kecut hingga wajah lugu nan cantik itu terlihat begitu parau.

Isakan kecil dari bibirnya memenuhi ruangan peristirahatan bernuansa abu-abu yang menjadi tempat tubuh mungilnya berlindung.

Gadis kecil itu menunduk. Tubuhnya bergetar dan matanya tak henti mengeluarkan bulir bening yang membasahi kedua pipinya.

Tangan mungil itu mengepal kuat. Gadis kecil itu menarik nafas dalam-dalam.

"Aku.. Nasla Azarea Winatha. Mulai detik ini, namaku hanya sebatas Nasla Azarea! Bersamaan dengan itu, aku tidak akan pernah menjadi orang yang sama lagi! Semua sudah berubah dan jangan pernah menyalahkan aku atas perubahan itu!"

Lalu, tanpa bisa dicegah bulir-bulir air mata mengalir membasahi pipinya. Lagi. Dan bulir bening itu terus mengalir hingga menjadi deras.

Gadis kecil bernama Nasla itu berjanji, bahwa hari ini akan menjadi hari terakhir baginya untuk membuang sia-sia air mata berharganya.

.

.

.

Nasla Azarea. Gadis remaja berparas cantik hasil perpaduan antara darah asli Tanah Air dengan darah keturunan dari negara yang diberi julukan Negara Hitler, Jerman.

Nasla memiliki mata bulat dengan hidung mancung dibawahnya. Kulit putih bersih khas keturunan Eropa. Iris mata hazel, hampir senada dengan warna rambut. Bibir ranum yang tipis dan lesung pipi yang terbentuk manis di kedua sisi pipinya. Membuat Nasla terlihat hampir mendekati sempurna dengan kecantikan alami yang dianugerahkan kepadanya.

Nasla sangat beruntung. Ya, setidaknya itu yang dipikirkan oleh banyak gadis remaja seusianya. Dan Nasla yakin, jika saja gadis lain yang menerima privilege itu, mereka mungkin akan sangat merasa bangga dan tinggi hati, merasa bahwa merekalah manusia yang paling cantik, bahkan mungkin tak segan mempertontonkan kecantikan mereka itu di khalayak ramai, lalu mengambil banyak keuntungan dengan itu.

Namun, apa yang Nasla pikirkan berbeda. Ia tidak akan pernah memanfaatkan secuil pun keberuntungan yang dimilikinya. Bahkan, ia merasa sangat buruk dengan keadaannya itu.

Menjadi cantik bukanlah alasan kebahagiaan seseorang. Bahkan Nasla merasakan itu. Terlahir cantik sama sekali tidak membuat hidupnya tenang. Selalu menimbulkan masalah yang bahkan tidak dilakukannya sama sekali.

Nasla bersyukur, kegemarannya membaca buku membuat mata Nasla harus menggunakan lensa, yang berarti sebagian wajah cantiknya tersamarkan dengan benda yang disebut kacamata itu.

Dan di umurnya yang hampir genap enam belas tahun ini, ia benar-benar merasa hidupnya begitu terusik. Masuk di SMA favorit ternyata bukan pilihan yang tepat untuknya.

Dan semua berawal dari pertemuan pertamanya dengan sang ketua osis di sekolah barunya. Ketua osis yang mencakup sebagai kakak kelasnya. Seorang lelaki arogan dan keras kepala. Dan sialnya kadar ketampanan diatas rata-rata milik lelaki arogan itu membuatnya begitu dipuja.

Nasla mengutuk pertemuan itu.

Tapi siapa yang tahu. Takdir akan tetap berjalan meski itu yang tidak diharapkan sekalipun.

Sikapnya yang begitu dingin sangat pas jika disandingkan dengan lelaki angkuh yang begitu keras kepala.

Hanya tinggal menunggu waktu untuk menghancurkan sifat keduanya.

~Ketua Osis Vs Kutu Buku~

[]

TBC

Yang suka boleh tinggali jejak ya😊

Makasih yang udah mau sempetin baca😚🤗

❤el

04 Juli 2019

Ketua Osis Vs Kutu BukuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang