Chapter 6

146 6 0
                                    

Author POV

Nasla menghembuskan nafasnya lelah. Hari ini adalah jadwal baginya dan beberapa panitia festival lain yang ikut serta dalam pementasan teater akan memulai latihan perdana mereka sepulang sekolah.

Dan Nasla sangat tidak menyukai itu. Alasannya bukan karena Nasla tidak menyukai perannya sebagai tokoh Purbasari yang buruk rupa, ia hanya tidak suka dengan lawan mainnya yang berperan sebagai Lutung Kasarung.

Ya. Ketua osis menyebalkan itu. Nasla benci lelaki itu!

Sudah satu minggu berlalu sejak tragedi dirinya demam karena menerima hukuman dari Pak Bambang. Dan Nasla merutuki dirinya sendiri karena bisa-bisanya ia terbangun di kamar pribadi milik ketua osis itu.

Bagaimana bisa? Nasla juga tidak mengerti.

Nasla tidak sadar dengan apa saja yang telah dilakukannya selama dirinya demam tempo lalu. Yang Nasla yakin, ia tidak menjadi dirinya yang biasa. Dan Nasla sangat menyesali karena yang merawatnya itu adalah orang yang Nasla sendiri tidak suka melihat wajahnya.

Kenapa harus ketua osis itu? pikir Nasla tidak terima.

Nasla tahu betul jika dirinya sakit, maka dengan tanpa sadar ia akan menjadi dirinya yang dulu. Manja dan sangat kekanakan. Devia sendiri yang mengatakan itu.

"Kau menjadi orang lain saat sedang sakit, Nasla. Ibu juga sempat bingung dengan perubahan sikapmu.

Tapi cukup wajar, bukan? Orang sakit memang terkadang melakukan hal yang tidak biasa dia lakukan. Dan mungkin kau juga seperti itu."

Kata-kata Devia beberapa tahun lalu, kembali terngiang di telinga Nasla. Membuat Nasla terus merutuki kebodohannya sendiri.

Nasla cukup beruntung, usahanya menghindari kontak mata dengan ketua osis itu berhasil selama satu minggu ini. Tapi ia meringis saat keberuntungan itu akan lenyap sebentar lagi.

Kenapa juga aku harus jadi panitia festival?! rutuk Nasla dengan memukul kepalanya berulang kali.

"Kau menjadi semakin aneh semenjak demam itu." ucap Samuel yang lantas menghentikan aksi Nasla.

Kepala Nasla seketika menoleh, dan matanya langsung melebar saat tau siapa yang baru saja mengganggunya.

"Mau apa kau kesini?!" tanya Nasla dengan ketus.

Samuel berdecak, "Semua orang sudah menunggumu. Dan kau malah duduk disini seperti orang gila." balas Samuel dengan malas.

Nasla seketika merengut, tanpa mengucapkan sepatah kata lagi, ia langsung saja pergi meninggalkan Samuel di kelasnya.

Ya. Nasla masih tidak ingin bertemu dengan lelaki itu. Bahkan untuk sekedar mengucapkan terima kasih, Nasla masih belum siap.

Ketua osis itu akan besar kepala jika aku mengucapkan terima kasih!

"Nanas! Kau ingin pergi kemana?!" teriak Samuel, menghentikan langkah kaki Nasla.

Nasla seketika berbalik, "Aku ingin latihan teater. Kau sendiri yang bilang semua orang sudah menungguku?!" jawab Nasla dengan sedikit kesal.

Samuel memutar bola matanya malas, "Kau ini! Tempat latihannya ada di lantai dua. Di ruangan seni. Kau ingin latihan dimana?!"

Nasla seketika berdecak, "Kenapa tidak bilang dari tadi!"

Samuel mengerutkan dahi, "Kau sendiri tidak tanya." balasnya dengan cuek.

Nasla memutar bola matanya jengah, lalu melangkahkan kakinya dengan cepat saat melewati tubuh Samuel.

Ketua Osis Vs Kutu BukuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang