Author POV
Samuel Alvano Aditama.
Namanya menjadi populer kala dirinya menjabat sebagai ketua osis di SMA Savior. Ia yang terkenal begitu arogan, dengan bentuk pahatan wajah diatas rata-rata membuatnya menjadi pria idaman bagi para kaum hawa disekolahnya. Ditambah statusnya sebagai ketua osis membuat dirinya semakin dipuja dan ditakuti.
Samuel, lelaki itu berjalan dengan angkuh setelah keluar dari mobilnya, disusul oleh ketiga temannya yang lain, yang kebetulan menumpangi mobilnya pagi ini.
Keempat lelaki itu berjalan beriringan melewati koridor, membuat beberapa perempuan yang berada disana berteriak histeris, dan tidak melepaskan fokus pandangnya barang sedetik pun.
"Aku suka dengan wajah gadis di depan sana. Cantik dan sexy." Ucap Moran, lelaki dengan sejuta sifat playboy melekat dalam dirinya.
Elang yang mendengar itu seketika mendecih, "Semua perempuan kau bilang cantik! Dasar buaya cap kelinci!" Desisnya tajam.
"Aku tidak salah, bodoh! Semua perempuan memang ditakdirkan cantik!" Balas Moran, setelah mendaratkan jitakan mulusnya di kepala Elang. Membuat sang empu kepala meringis pelan.
Baru saja Elang akan menyembur Moran dengan kalimat pedasnya, saat suara dingin Rangga menginterupsi.
"Kalian berdua sama-sama bodoh!", setelah mengucapkan kalimat itu, Rangga dengan tanpa berkata apa-apa lagi langsung mempercepat langkah kakinya, meninggalkan ketiga temannya itu.
"Hei! Kau mau kemana?!" Teriak Moran, membuat semua orang yang berada di koridor ini menatapnya lekat.
"Apa?" bentak Moran saat menyadari semua tatapan itu.
"Ini semua karena kau, buaya cap kelinci! Sudah kubilang buang jauh-jauh sifat bodohmu, hingga bocah tengik itu tidak lagi asal pergi meninggalkan kita!" Tukas Elang, yang sudah sangat bosan dengan sikap satu temannya itu.
"Salahku? Hei, sadarlah burung elang yang tersesat! Ini semua karena kau sendiri, tahu!" Balas Moran sengit.
Elang bersedekap, "Bukankah aku sudah bilang, jangan pernah memanggilku dengan sebutan burung elang! Apa kau sebegitu bodohnya hingga tidak mengetahui kalau aku ini manusia?!"
Moran sudah melotot dan Samuel hanya menatap datar kelakuan kedua teman bodohnya, tanpa ada keinginan untuk menengahi keduanya. Ia justru melangkahkan kakinya santai dengan aura dingin meliputi tubuhnya. Tidak ada satupun suara yang keluar dari mulutnya itu sampai sesosok perempuan muncul dan menabrak punggungnya.
"Ups! Sorry." Ucap Renata pelan, lalu dengan cepat menghilangkan tubuhnya dari TKP.
Nasla tidak mengindahkan ucapan itu dan dengan cepat mengambil kembali kacamata dan bukunya yang sudah terjun bebas ke lantai.
Untunglah lensa ini tidak retak! Batin Nasla yang kini menghela nafas lega.
"Apa kau ini buta?!" desis Samuel dengan matanya yang menyipit tajam.
Nasla mendongak. Air mukanya berubah dingin, meskipun sebelumnya datar, tanpa ekspresi.
Nasla mengabaikan ucapan itu, lalu kemudian memasang kacamatanya kembali. Tubuhnya perlahan bangkit setelah bukunya sudah aman dalam dekapannya.
Manik keduanya bertemu. Samuel tidak mengubah tatapan matanya yang masih tajam, dan malah semakin menunjukkan aura tidak bersahabatnya pada Nasla, perempuan yang ia tahu telah menabrak punggungnya beberapa menit yang lalu.
Nasla memutuskan kontak mata itu. Ia kemudian melangkahkan kakinya dengan tenang, tanpa mengucapkan sepatah kata pun, atau setidaknya membalas ucapan tak mengenakkan yang keluar dari mulut kakak kelasnya, Samuel.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ketua Osis Vs Kutu Buku
Teen FictionNasla Azarea Winatha, gadis polos nan lembut itu memutuskan untuk tidak menjadi dirinya yang dulu. Disaat semua kebahagiaan serasa dicabut dari garis takdirnya, gadis itu dengan enggan menjadi dirinya yang sama. Ia berubah. Sikapnya menjadi dingin d...