Chapter 7

195 7 4
                                    

Author POV

Samuel melepaskan pelukannya pada tubuh Nasla. Ia menghela nafas berat saat melihat gadis di depannya itu hanya diam dengan kepala yang tertunduk.

"Nanas, ayo ku antar kau pulang. Sepedamu biar-"

"Pergi!"

Samuel menggeleng. "Ini sudah sore. Dan tidak lama lagi akan berubah gelap. Kau ingin tetap berada disini sampai kapan?"

"Apa kau tidak punya telinga?! Berapa kali harus ku katakan kepadamu untuk pergi?!" kali ini Nasla mendongak, dengan matanya yang menatap Samuel dengan tajam.

"Nanas, ku mohon."

"AKU BILANG PERGI!" teriak Nasla pada akhirnya.

Lagi-lagi Samuel hanya bisa menghela nafasnya berat.

"Baiklah. Aku akan pergi." setelah mengucapkan itu, Samuel melangkahkan kakinya pergi menjauhi Nasla. Hingga tubuh itu benar-benar hilang bersamaan dengan kepergian mobilnya.

Tubuh Nasla seketika meluruh. Ia memukul pelan dadanya yang terasa sesak.

Kenapa sakit sekali?

Dan kenapa rasa sakit itu timbul setelah sekian lama menghilang?

Nasla sekuat tenaga menahan bulir bening yang memaksa ingin keluar melewati kelopak matanya.

"Jangan menangis Nasla! Kau sudah berjanji untuk itu!" ucap Nasla lemah dengan masih memukul pelan dadanya.

Lima menit berlalu hingga Nasla merasa jauh lebih baik. Setidaknya kali ini janjinya masih bisa ia penuhi.

Nasla berniat bangkit dari posisinya saat tiba-tiba tetesan air mulai berjatuhan dari atas kepalanya. Nasla mendongak, dan wajah cantik itu perlahan basah oleh tetesan air yang begitu menyejukkan.

Nasla tersenyum. Bukannya bergegas pergi, ia justru menutup matanya dengan rapat, membiarkan tubuhnya basah demi merasakan kelembutan yang dihantarkan lewat tetesan-tetesan air dari langit itu.

Bunda, aku dapat merasakan kelembutanmu lewat hujan ini.

Aku merindukanmu, Bunda. Sangat.

Kau tahu, Bunda?

Ternyata hatiku ini masih hidup. Bahkan, ia masih bisa merasakan sakit setelah sekian lama aku biarkan mati.

Tapi Bunda.. aku tidak suka dengan fakta itu. Yang aku inginkan hati ini tetap mati untuk selamanya.

Tidak mengapa kan, Bunda?

"Kau benar-benar bodoh!"

Nasla membuka matanya kaget saat merasakan seseorang mengangkat tubuhnya.

"Kau.."

"Kau boleh marah padaku. Tapi setidaknya pikirkan kesehatanmu!" ucap Samuel, sembari membawa tubuh Nasla pergi menuju mobilnya.

"Aku tidak akan mati hanya karena terkena hujan. Kalaupun sakit, pasti akan sembuh juga. Aku benar kan?" Nasla berucap pelan.

"Diamlah!" balas Samuel acuh, namun entah mengapa bibir Nasla justru mengukir senyum.

Nasla melingkarkan tangannya pada leher Samuel, lalu menenggelamkan kepalanya disana.

Entah kenapa aku merasa lega.

¤¤¤

¤¤¤

¤¤¤

Nasla mengerjapkan matanya pelan hingga kesadarannya benar-benar kembali. Ia menghirup nafas lega saat mendapati dirinya terbangun di dalam kamarnya sendiri.

Ketua Osis Vs Kutu BukuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang