Chapter 3

167 5 0
                                    

Author POV

Nasla baru saja memarkirkan Rebecca tepat saat sebuah mobil melesat dan dengan tanpa aba-aba berhenti dibelakangnya.

Tin Tin!

Bunyi klakson itu muncul bersamaan dengan suara mesin mobil yang masih menyala. Nasla menulikan pendengarannya, lalu membalikkan tubuhnya hendak menuju kelas, namun langkahnya seketika terhenti.

Nasla menaikkan sebelah alisnya keatas.

Apa yang diinginkan mobil ini? Batinnya bertanya.

Tin! Tin!

"Minggir!" Teriak seseorang dari dalam mobil berwarna silver itu.

Nasla memutar bola matanya malas, lalu dengan santai melangkahkan kakinya pergi dari tempat itu.

Namun, belum jauh kaki Nasla melangkah, seseorang tiba-tiba muncul dengan mencekal pergelangan tangannya, hingga membuat Nasla seketika berhenti dan berbalik.

Lelaki itu lagi?

Kenapa ketua osis arogan itu selalu muncul di hadapanku?! batin Nasla mulai kesal.

Nasla membuang mukanya ke sembarang arah, "Apa?!" ketusnya tanpa minat.

Samuel berdecih, "Bukankah aku sudah bilang minggir, gadis culun?! Apa kau ini benar-benar tuli?!"

Nasla yang mengerti akan maksud ucapan itu hanya bisa memutar bola matanya malas.

"Bukankah aku sudah minggir, ketua osis yang terhormat?! Apa mobil jelekmu itu begitu lebar hingga tubuhku ini bisa menghalangi jalanmu, ha?!" balas Nasla dengan tatapan sengit.

Samuel mengerutkan dahi, "Apa yang kau bicarakan?! Aku hanya minta singkirkan sepeda bututmu itu dari tempat parkirku!" balas Samuel tak kalah sengit.

Nasla menggertakkan giginya kesal, "Atas dasar apa kau mengusir sepedaku?! Apa tempat parkir ini hanya milikmu?!"

"Bagaimana kalau iya?"

"Cih. Yang benar saja!"

Samuel tersenyum miring, "Kau akan menyesal mengatakan itu saat mengetahui siapa anak dari pemilik sekolah ini, nona."

Nasla mengedikkan bahu, "Kau pikir aku peduli?! Dengar ya ketua osis! Status kita disini sama! Jangan merasa paling berkuasa diantara yang lain. Kau memang ketua osis, tapi kau sama sekali tidak punya hak untuk mengusir sepedaku. Bahkan jika ayahmu adalah pemilik dari sekolah ini." Nasla menjeda ucapannya sebentar,

"Kau tentu ingat bukan dengan istilah siapa cepat dia dapat? Aku harap kau banyak belajar dari kata-kata itu. Dan untuk masalah ini, salahkan dirimu sendiri yang datang terlambat. Rebecca-ku sudah lebih dulu 2 menit berada disana dibanding mobil jelek mu itu, jadi aku sarankan cari saja tempat parkir lain!" lanjut Nasla dengan penuh penekanan di setiap katanya.

Samuel masih bungkam dengan tatapan dinginnya, membuat Nasla mengerutkan dahinya bingung.

"Jika kau ingin menjadi patung, maka berdiri saja di tengah jalan raya. Dan jangan pernah muncul lagi dihadapanku!" ucap Nasla dengan kekesalan yang mendominasi.

"Kau benar-benar tidak tahu diri. Aku harap suatu saat kau tidak akan menyesali sikap sombongmu hari ini." Samuel berucap sarkastik, lalu pergi menuju mobilnya.

Nasla menatap datar punggung Samuel yang perlahan menjauh.

"Aku hanya menyesali satu perbuatanku di masa lalu. Yaitu dengan senang hati berbuat baik pada semua orang." gumam Nasla pelan, lalu berbalik dan berjalan menuju kelasnya.

Ketua Osis Vs Kutu BukuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang