015

731 125 40
                                    

"Yak ! Zhong Chenle !" Jisung menggeram rendah begitu melihat Chenle hendak masuk kedalam salah satu ruangan di sebuah klub.

Mendengar suara familiar itu membuat Chenle tersentak. Belum lagi saat Jisung tiba-tiba menarik nya menjauh dari kamar yang hendak ia masuki tadi.

Chenle memberontak mencoba melepaskan cengkraman Jisung yang begitu kuat. Pria bermata bulan sabit itu tampak terlihat marah besar. Ekspresinya sama seperti dulu ketika Jisung melihat ruam-ruam merah pada lehernya.

Pemuda Zhong yang mencoba melepaskan diri dari Jisung itu pun kelabakan ketika Jisung membawa dirinya masuk kedalam sebuah kamar kosong dan menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang.

Ketika Chenle hendak berdiri, Jisung terlebih dulu mengungkungnya disana.

"Lepas Jisung !" Marah Chenle.

Kedua tangannya ia gunakan untuk mendorong dan memukul tubuh Jisung yang nyaris menghimpitnya, namun Jisung malah menahan kedua tangannya diatas kepala membuat Chenle semakin gemetar.

Belum lagi tatapan Jisung yang begitu tajam. Kilatan amarah tampak terlihat jelas disana.

"Mau apa lagi lo dateng ke tempat kayak gini, hah ?!" Suara Jisung tampak rendah dan dalam. Nafas hangat nya menerpa permukaan wajah Chenle.

"B-bukan urusan lo !" Wajah Chenle tampak bersemu. Ia tak sanggup menatap Jisung dari jarak sedekat ini dan mencoba untuk tidak terpesona kepada pria itu.

"Akh Jisung !" Chenle meringis karena Jisung menekan cengkraman tangannya kuat yang Chenle yakini kedua pergelangan tangannya pasti akan lecet nantinya.

"Jawab yang bener, Zhong !" Marah Jisung. "Kenapa... Lo harus jadi jalang orang lain padahal gue bisa kasih kebutuhan biologis lo !"

Mendengar kata terkutuk itu keluar lagi dari mulut Jisung membuat hati Chenle berdenyut nyeri. Jisung masih memandang nya setengah itu.

Memang, tidak ada yang lebih menyakitkan ketimbang mendengar orang yang kita cintai menghina kita sedemikian rupa.

Rasanya Chenle ingin meludahi wajah dihadapannya itu dan berteriak membalas memaki dirinya. Namun sayangnya, tubuhnya malah bergetar menahan isakkan.

"Lo brengsek, Jisung. Lo gak tau apa-apa !"
"MAKANYA KASIH TAU GUE, ZHONG CHENLE !" Jisung berteriak tepat di depan wajah Chenle membuat pemuda manis itu memejamkan matanya.

Nafas Jisung berderu cepat saking dirinya menahan emosi yang nyaris meletup-letup di dalam kepalanya.

"Dan gue bakalan kasih tau gimana brengseknya gue !"

Setelah mengucapkan hal itu, Jisung menarik dagu Chenle dengan kasar dan langsung memagut belah bibir pemuda manis itu membuat mata basah Chenle membola.

Ia mencoba melepaskan pagutan itu namun Jisung menahan rahangnya dengan tangannya yang lain membuat pria Park itu semakin gencar melumat bibir nya dengan kasar.

Ini ciuman pertamanya dengan Jisung. Chenle memang mengharapkan Jisung akan menciumnya suatu saat nanti, tapi dengan ciuman lembut penuh kasih sayang. Bukan dengan kasar dan penuh dengan amarah seperti saat ini.

Air mata yang sedari tadi ia tahan pun mengalir begitu saja membasahi sudut mata Chenle. Dirinya tidak lagi memberontak, hanya pasrah membiarkan Jisung melakukan apapun kepadanya.

Suara keciplak yang dihasilkan oleh kinerja mulut Jisung seorang berhasil menjadi backsound di ruangan asing itu. Chenle sama sekali tidak membalas pagutan itu. Meski Jisung berusaha menerobos masuk kedalam mulutnya lebih jauh, Chenle tidak memberikan nya.

I Wanna See You [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang