014

746 144 46
                                    

Pagi yang cukup cerah dan hangat ini menyambut Daehwi untuk mengawali pagi nya dengan senyuman lebar. Pemuda manis itu sudah keluar dari kamar nya sejak lima belas menit yang lalu, entah sudah jam berapa sekarang; Daehwi tidak bisa melihatnya.

Ia hanya bisa merasanya hangat nya mentari menyentuh permukaan kulitnya ketika tangannya meraba-raba kaca jendela untuk membuka gorden. Mungkin sudah cukup siang.

Jika biasanya ia hanya akan mengambil sekotak susu strawberry kemudian duduk di meja makan sembari menunggu mama nya turun untuk menyiapkan sarapan. Kini Daehwi memutuskan untuk pergi ke taman belakang halaman rumahnya yang sudah lama tidak ia kunjungi. Ia hanya ingin mencari kegiatan baru.

Tongkatnya mengayun pelan untuk mencari jalan. Daehwi mengingat-ngingat arah yang sekiranya benar tempat menyimpan makanan ikan yang biasa di taruh oleh mama nya di dekat kolam ikan.

Sampai ujung tongkatnya teratuk sebuah meja, Daehwi tersenyum. Kini tangannya yang mulai bekerja, meraba-raba mencari sebuah plastik yang berisi makanan ikan koi yang Daehwi rasa mereka sudah tumbuh besar sekarang.

Sebelum Daehwi kehilangan penglihatannya, ikan-ikan itu masih sangat kecil dan di taruh dalam sebuah akuarium. Tapi karena mama nya memindahkan ke dalam kolam ikan, Daehwi yakin mereka pasti sudah besar dan tampak bulat seperti ikan koi pada umumnya.

Sedikit cipratan air yang mengenai permukaan kulit punggung kakinya ketika Daehwi menaburkan makanan berbentuk bulat itu lagi-lagi membuat Daehwi tersenyum senang. Ikan-ikan itu pasti memakan makanan pemberian Daehwi dengan sangat lahap dan saling berebut membuat air di dalam kolam itu ikut bergerak rusuh.

"Pagi pacar.."

Daehwi tersentak kala sepasang tangan melingkar di pinggang nya tiba-tiba. Memeluknya dari belakang membuat Daehwi nyaris saja melempar seluruh makanan ikan ditangannya.

"Serius banget sih sampe nggak denger langkah kaki gue." Ucapnya. Suaranya berada tepat di sebelah kanan telinga Daehwi. Belum lagi dagu nya bertumpu disana.

"Jisung kebiasaan ih, ngagetin mulu !" Protes Daehwi yang masih menetralkan detak jantungnya karena terkejut bukan main.

Jisung tertawa, namun tidak melepaskan pelukannya di perut Daehwi.

"Tadi gue ke kamar lo, terus kata bibi Lee liat lo jalan ke sini. Tumben-tumbenan main nya ke halaman belakang."

"Gabut aja." Daehwi melempar beberapa makanan ikan lagi. "Lepas ih Jisung, gak enak kalo Chenle liat."

Pemuda itu menggeliat dalam pelukan Jisung agar bisa terlepas.

"Dia lagi liat kok." Bisik Jisung, kemudian melepaskan pelukannya dan beralih ke sisi kiri Daehwi.

Ucapan Jisung membuat tubuh Daehwi menegang. Jadi sejak tadi Chenle berada disana ? Apakah sudah lama ? Apakah ia melihat Jisung memeluknya ?

Jika memang iya, Chenle pasti sedang salah paham sekarang !

Daehwi bergegas memutar tubuhnya seolah ingin mencari keberadaan Chenle meski ia tidak bisa melihatnya sama sekali.

"C-Chenle.." panggil Daehwi, berharap Jisung hanya membohonginya dan Chenle tidak benar-benar berada disana.

Tidak ada jawaban untuk beberapa saat membuat Daehwi nyaris hendak memukul Jisung dengan tongkatnya karena sudah membohonginya.

Namun suara Chenle benar-benar membuat Daehwi membungkam..

"Gue cuma mau bilang, hari ini gak bisa anter lo ke cafe kak Chan. Gue ada sedikit urusan." Ucap Chenle mencoba melupakan hal yang baru saja ia lihat tadi.

I Wanna See You [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang