Pagi itu aku terbangun dengan keadaan yang membuat tubuhku begitu lemah.
"selamat pagi" sampa pria di sampingku dengan eye smile nya
"e-eo Jimin-a "sampa Jaera dengan canggung
"aku akan membuatkanmu sarapan, tunggulah di sini" ucap Jimin yang bangkit dari posisinya dan berjalan menuju dapur dengan bertelanjang dada
"a-aku akan membantu"ujar Jaera namun entah kenapa tubuhku terasa sangat lemah
"kau tidak akan bisa berjalan dengan keadaan seperti itu, biar aku saja " ujarnya dan menghilang dari pandanganku
Setelah Jimin meninggalkan Jaera begitu banyak hal yang langsung gadis itu pikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi setelah ini
"kau memikirkan sesuatu Chagiya?" tanya Jimin yang sudah kembali kedalam kamar dengan membawa nampan
"Jim bagaimana jika-"
"makanlah dulu, kita bicarakan itu setelah menghabiskan ini aku yakin kau sangat butuh nutrisi sekarang" sela Jimin
Jimin dan Jaera pun menikmati sarapan dengan khidmat tidak ada perbincangan antara mereka
"kau mengkhawatirkan sesuatu hm"tanya Jimin dengan membelai wajah gadis di hadapannya
"b-b-agaimana jika aku , jika aku-"
"semuanya akan baik-baik saja, kau harus percaya padaku" Ucap Jimin yang langsung memeluk Jaera mengusap punggung gadisnya itu agar tidak panik
"aku percaya padamu, tapi bagaimana jika nanti semua orang tahu jika aku- aku hamil"ujar Jaera dengan suara yang menciut
"bukankah itu bagus? aku senang jika kau mengandung anakku" ucap Jimin menatap mata gadisnya itu mencoba untuk memberikan keyakinan
"tapi-"
"sudahalah tak usah kau pikirkan soal itu , setelah jadwal konserku selesai aku akan segera menikahimu jangan khawatir mengerti" ucap Jimin mengusap wajah Jaera dan menempelkan kening mereka
***
Hari demi hari pun mulai berganti menjadi bulan , Jaera pun tengah menjaga toko bunga seperti biasa
"Jaera-ya apa kau sakit?"tanya Koeun partnerku
"Aniyo, apa aku terlihat pucat?"tanyaku
"hm kau sangat pucat, sebaiknya kau makan siang duluan aku takut kau akan pingsan nanti"jawab Koeun
"Aniyo aku tidak-" ucapanku terhenti karena tiba-tiba saja perutku terasa mual dan rasanya ingin muntah, aku pun segera berlari menuju toilet
"kau sungguh tak apa?"tanya Koeun yang mengikutiku dan sedikit memberikan pijatan pada punggungku
"Eonni tanggal berapa sekarang?"tanyaku dengan was-was
"21 kenapa?"tanya Koeun bingung karena melihat ekspresiku yang sangat terkejut
"a-aku terlambat bulan ini" jawabku dengan berpikir
"jangan-jangan kau-"tanya Koeun dengan begitu antusias
"aku belum tahu tapi sepertinya iya"jawab Jaera
