Bab 8 - Istanbul (Turki)

12 3 0
                                    

Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina, begitu pribahasa mengatakan, sejauh apapun jarak .. ilmu tetaplah harus di timba dan di utamakan.

💤💦💨💤💦💨💤💦💨💤💦💨💤

Kepergian bukanlah ajang untuk mengenang suatu peristiwa, setidak nya biarkan otak beristirahat dalam lelah nya mengenang, membiarkan kenangan itu menjadi suatu angan dalam doa.

🐚🥥💤💭🐚🥥💤💭🐚🥥💤💭🐚

Sungguh meninggalkan negara tercinta yang sudah membesarkan nya selama 18 tahun bukan lah Hal yang mudah. Kini ia benar-benar jauh dari orang yang paling di sayang. Sudah pasti keluarga nya.

Tapi ini demi masa depan nya.
Merantau ke negara orang yang semuanya serba asing dan baru untuk Rai. Hanya bibi dan sepupunya yang ia kenal di sana, paman nya sudah lama meninggal karena kecelakaan kerja.

Sebelum berangkat ke Turki, Mawarni (ibunda Rai) membekali putrinya dengan alamat rumah di mana bibi Gulya dan sepupunya Zhafira tinggal.

Rai mengambil kuliah yang jauh dari sibuk nya kota Jakarta adalah bukan semata-mata untuk mengistirahatkan lelah nya diri dari kata merindu. Tapi juga sebagai healing dari kenangan yang selalu pulang dalam ingatan yang tidak selalu pada waktu nya.

Hanya mengingat kan Rai pada kesedihan. Ingin rasa nya istirahat dari luka yang pernah ada, dari kenangan-kenangan yang pernah terjadi di sekolah itu, dengan Kak Deni.

Berharap setelah ini segala rasa dan harap sudah lenyap. Dan hati bisa benar-benar tenang.

Melepaskan mu bukan lah hal yang mudah untuk ku. Bukan hal yang ku mau, tetapi hal yang harus ku lakukan. Kadang orang hanya hadir sebagai sejarah, sebagai pengobat luka, namun tidak untuk menjadi bagian dari takdir apalagi sebagai masa depan! Tapi aku berharap kamu bukan hanya jadi sejarah maupun pengobat luka ku. Tapi aku berdoa semoga kamu menjadi bagian dari takdir dan masa depan ku.

Keyakinan yang selalu di yakini Rai, bahwa cinta tak akan mungkin salah berlabuh, jika dia takdirku dia akan tetap jadi milik ku, apapun ujian yang akan kita hadapi sebelum kita bersatu, karna jodoh tak akan tertukar. Semua sudah Tuhan atur sesuai porsi nya masing-masing.

Kini saat nya Rai check in ke Turki, ia berangkat dari Bandara Internasional Soekarno Hatta pukul 08.00 pagi ini.

Berat rasanya pergi tanpa menghubungi kak Deni. Rai tau, Kak Deni di sana pun sedang sibuk dengan urusan kuliah dan Rai tidak ingin menganggu nya. Rai pergi dengan rasa bimbang di hati, rasa cemas memikirkan apakah kak Deni sudah tau bahwa hari ini dia akan berangkat ke Turki, apakah kak Deni akan mengkhawatirkan diri nya?Keraguan itu terus menyelimuti hati Rai. Pergi dengan kebimbangan sangatlah tidak enak.

Sambil menunggu pesawat yang akan ditumpangi Rai menuju Turki fly, ia sibuk memainkan handphone nya. Sibuk bolak balik membuka dan menutup room chat dengan Kak Deni, chat yang tertera sekitar 1 tahun lalu. Ingin rasa nya menghubungi kak Deni, tapi rasa takut di hati Rai jauh lebih besar dari kekhawatiran nya saat ini.

Sampai pada akhirnya pesawat yang Rai tunggu-tunggu lepas landas juga. Ia terbang selama kurang lebih 12 jam 30 menit. Dalam perjalanan itu Rai hanya tertidur dan bermimpi jika jauh di sana Kak Deni sedang memikirkan diri nya juga.

Hal itu semakin membuat Rai merasa bersalah karna tidak memberi kabar pada kak Deni.

Sesampai nya di Turki, Rai check out di Bandara Internasional Ataturk. Kemudian ia melanjutkan perjalanan menuju rumah bibi nya dengan mobil  jemputan yang memang sengaja sudah bibi nya pesan kan untuk menjemput Rai di bandara.

Paruh Waktu (saat kita bertemu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang