Bab 13

7 1 0
                                    

Throwback

"Apa jadi nya, jika kisah lama yang sudah terpendam harus bangkit kembali. Menimbulkan segenap ingatan-ingatan kecil yang sejak lama berusaha untuk di lupakan. "

Rai berangkat dari Turki pada pukul 14.28 dan akan sampai di Jakarta sekitar pukul 23.05 di Bandara Internasional Soekarno Hatta.

Selama perjalanan Rai tak begitu menikmati. Sebuah buku, secangkir teh, dan earphone di telinga nya sudah cukup menjadi hiburan di malam yang dingin saat semua nya sedang tertidur lelap.

Walau begitu pikiran nya tak tertuju pada cerita yang ia baca. Pikiran nya merambat pada sosok Deni yang sekarang.

"Bagaimana ia sekarang??" pikir Rai,

Foto Deni masih terpampang jelas di dompet nya. Diam-diam Rai pernah melakukan hal gila pada foto itu. Tanpa sepengetahuan kak Deni, Rai mencetak foto nya dan menyimpan nya di dompet dengan alasan agar selalu bisa melihatnya nya.

Perjalanan yang begitu singkat, tak membuat Rai mengantuk, perhatian nya terus saja tertuju pada buku.

Tak terasa, pesawat sudah landas, dan tiba di Bandara Internasional Soekarno Hatta.

"Hufffttt.. lelah rasa nya, ingin segera sampai rumah dan membanting tubuh ke tempat tidur." ujar Rai

Dari bandara, sekitar 15-20 menit menuju rumah Rai. Setiba nya di rumah, Rai membawa koper nya ke kamar dan bergegas membersihkan tubuh.

Begitupun dengan kedua orang tua dan kakak nya. Seusai mandi Rai membaringkan tubuh di tempat tidur sejenak, memikirkan apa yang akan ia lakukan pasca sarjana. Rai berencana untuk tinggal dengan bibi nya di daerah Ciputat, Tanggerang. Rai ingin bisa lebih banyak berinteraksi dengan masyarakat luar, ketimbang menghabiskan hari-hari nya di dalam rumah.

Rumah adalah sebuah penjara untuk Rai. Saat ingin tidur, lagi-lagi Rai terbayang sosok Deni yang lugu dan polos. Entah kenapa bayangan Deni selalu hadir di saat yang tidak tepat, di saat Rai benar-benar merasa lelah dan ingin beristirahat sekali pun.

Namun, kali ini Rai tak ingin menyerah, ia paksakan untuk memejamkan mata nya.
Dan terlelap lah dia dengan mimpinya.

⏱⏱⏱
🏥🏥🏥

Di Singapura, keadaan Deni tak kunjung membaik. Kini sudah hampir 5 bulan koma kemudian tersadar juga. Saat sadar, Deni tak lagi menjadi diri nya. Ia bagai orang yang tak punya tujuan hidup, yang hanya menghabiskan waktu nya untuk melamun. Sesekali ia berteriak menyebut nama Rai. Sudah dua tahun terakhir Deni bersikap seperti itu, pasca tersadar dari koma.

Namun, orang tua Deni tak patah semangat untuk tetap mengurus Deni. Terkadang muncul di benak ibunya untuk mencari sosok Rai, wanita yang selalu di sebut namanya oleh Deni. Sampai suatu ketika, Deni kembali masuk rumah sakit dan kritis, karna over dosis obat yang di konsumsi nya. Deni mungkin hilang kesadaran, tapi jika di tanya tentang Rai spontan ia berlagak seperti orang normal.

ICU
💊💊💊

"Mah, Deni masih hidup kah? Kalau Deni masih ada waktu, Deni cuma mau satu hal sebelum Deni pergi, Deni cuma ingin bertemu dengan Rai. Tolong ya mah carikan Rai dan bawa dia ke sini. Deni cuma mau minta maaf mah sama Rai" ucap Deni dengan terbata-bata....

Lamban laun tubuh Deni yang makin melemah, mata nya sayup-sayup mulai tertutup. Dan kembali tak sadarkan diri.

Kini Deni benar-benar di ambang hidup dan mati. Hati Citra bak teriris, tertusuk, tercabik-cabik mendengar ucapan putra nya. Tak tega bila sampai tak dapat memenuhi keinginan nya untuk bertemu dengan Rai, adik kelas nya dulu.

Paruh Waktu (saat kita bertemu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang