KONDISI YANG LEMAH

191 32 4
                                    

"Jadi semua ini saling berhubungan. Benar-benar rumah ini adalah awal dari sebuah kematian" batin afi dengan kesal.

"Brooo..." Teriak hans dari depan pintu garasi hingga Membuat Afi membulatkan mata mencoba melihat hans dengan jelas. Sedangkan sosok aurel menghilang begitu saja.

____-

"Lo kenapa?" Tanya hans sambil menghampiri afi.

"Gue gak papah.." lirih afi.

"Kenapa lo lama banget di dalam garasi? Ini hari udah mulai gelapp" ucap hans

"Itu apa yang lo pegang?" Lanjut hans ketika melihat kertas yang afi pegang dengan gemetar.

Afi tidak menjawab, dia hanya mematung dan memegang kertas itu dengan lemas.

"Energi gue hampir habis.. tolong bawa gue ke rumah tia. Gue gak kuat" ucap afi dengan sangat lirih.

"Bro lo kenapa?" Tanya hans sambil memapah afi keluar garasi.

"Nanti gue jelasin di dalam"

Tanpa banyak tanya lagi, hans langsung membawa afi dengan cepat kedalam rumah tia.

"Tiaa.." Teriak hans hingga membuat tia kaget dan berlari menghampiri hans

"Afi kenapa?" Tanya tia ketika melihat afi dalam kondisi lemah.

"Gue gak tahu, yang penting sekarang lo tunjukin kamarnya dimana?afi perlu istirahat" pekik hans.

"Sini.." tia buru-buru membantu hans memapah afi kedalam kamar.

"Badan afi panas sekali hans." ucap tia ketika merebahkan tubuh afi diatas kasur.

"Kita bawa ke dokter saja yaa." lanjut tia.

"Gak perlu. Gue hanya perlu istirahat" ucap afi sambil memegang tangan tia dengan senyuman yang dingin.

"Ya sudah bentar gue ambil kompresan dulu." lirih tia mengalah, kemudian berlalu keluar kamar.

"Afi kenapa?" Tanya niki ketika tia diluar.

"Dia sakit" jawab tia singkat dengan wajah khawatir.

Niki yang mendengar jawaban tia langsung membulatkan matanya dan masuk kedalam kamar.

"Fi lo kenapa?" Tanya niki tiba-tiba.

"Gue baik-baik saja, hanya saja akhir-akhir ini gue terlalu banyak berinteraksi dengan sosok hantu, jadi energi gue terkuras habis" lirih afi dengan lemas.

"Ini pasti gara-gara lo sering bertemu dengan sosok si danil." Kesal niki.

"Gue sudah biasa menghadapi kondisi seperti ini" afi tersenyum dibalik wajah pucatnya.

"Bro sebenarnya tadi kenapa lo lama banget didalam garasi? Bikin khawatir. Mana tadi berisik banget didalam garasi, kayak ada yang berantem" Tanya hans dengan penasaran.

"Tadi gue habis ketemu sosok hantu penunggu garasi itu" ucap afi dengan santai.

"Astagaaa.. lo ngapain main-main sama hantu disana?" Pekik hans.

"Tadi gue dapet petunjuk soal si danil"

Hans dan niki saling berpandangan karena bingung.

"Petunjuk Apa?" Tanya niki

Afi menyerahkan sebuah kertas kepada niki dan hans.
Perlahan hans membuka kertas yang terlihat lusuh itu.

"Mereka siapa bro?" Tanya hans.

"Lelaki itu si danil" jawab afi.

Hans membulatkan mata karena kaget. Begitu pula niki yang hanya diam seribu bahasa.

"Terus, kenapa sosok hantu digarasi itu ngasih lo foto ini?" Hans semakin penasaran.

"Sosok perempuan itu namanya aurel, dan dia adalah wanita yang ada dalam foto itu bersama si danil. Ternyata dia pacarnya si danil yang mati gantung diri digarasi itu. Dulu, rumah ini adalah rumahnya si aurel" jelas afi.

Niki dan hans hanya menganggukan kepala menandakan mengerti.

"Jadi sebuah masalah yang sekarang tia hadapi bersama kita, berawal dari rumah ini" lirih afi.

"Emm oke gue paham.. tapi apakah semua fakta ini akan mebantu kita?" Tanya hans.

"Semoga saja bisa" ucap niki dengan tiba-tiba.

"Malam ini gue bakal bicara sama tia mencoba menjalankan rencana pertama" lanjut niki.

"Tapi lo harus hati-hati." Lirih hans.

"Pasti." jawab niki dengan yakin.

"Hei kalian lagi ngomongin apa sih kok serius banget?" Pekik tia dari depan pintu kamar sambil membawa wadah air dan handuk kecil.

"Gak ada kok. Kita cuma khawatir sama keadaan afisan" ucap niki sambil tersenyum.

"Iya nihh, ngadak-ngadak afi sakit. Ngerepotin saja" ejek tia sambil naik keatas kasur dan duduk disamping afi.

"Kalau lo merasa kerepotan, gue pulang saja kerumah" lirih afi dengan kesal.

"Ya elahhh lo baperan banget sihh. Sini kepalanya gue kompress" ucap tia sambil mengusap kepala afi.

"Uhhh mulaii deh" Pekik hans.

"Nik keluar yuk, kita masak dulu buat makan malam" lanjut hans sambil menarik tangan niki.

"Ehh lo main tarik saja" niki berusaha melepaskan genggaman hans. Namun, hans semakin kencang menggenggam tangan niki dan menariknya keluar kamar.

"Mereka itu kayak anak kecil" lirih tia sambil membasahi handuk kecilnya.

"Lo juga masih kayak anak kecil" goda afi.

"Dihh.. lagi sakit masih berani ya goda gue. Kalau sudah gue tinggalin tahu rasa lo" ucap tia kesal.

Afi yang mendengar perkataan tia, langsung terdiam. Sedangkan tia mulai mengompres kepala afi.

"Lo jangan sakit kayak gini, gue khawatir" lanjut tia.

"Emm maafin gue belum bisa jagain lo dengan baik. Tapi lo jangan pernah tinggalin gue" lirih afi.

Tia langsung membulatkan mata karena perkataan afi.

"Dihh lo ngomong apa sih, gue cuma becanda kok. Gue gak bakal ninggalin lo begitu saja" ucap tia dengan wajah murung.

"Jangan murung kayak gituuu. Jelek" lirih afi sambil mencubit hidung tia.

"Ih sakiit" pekik tia kemudian tertawa kecil.

Ketika afi melihat tia tertawa, seulas senyum terlihat dibibirnya.

BERSAMBUNG....

NEXT? Jangan lupa vote and comment😊😊

By Hendrawati

RUMAHKU CINTA & KEMATIANKU (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang