KESAL

124 25 2
                                    

"Lo itu pintar, cantik, penyayang, terlebih tingkah lo juga mirip banget sama adik gue. Kalau saja gue lebih dulu ketemu sama lo. Mungkin gue akan jatuh cinta sama lo." Lirih afi dengan tiba-tiba.

Sontak perkataan afi membuat tia mematung kelu, seakan waktu telah berhenti hingga belaian angin pun tidak lagi terasa.

____-

"Maaf, gue gak suka di sama-samakan sama siapapun. Gue ya gue, bukan orang lain." Celetuk tia sambil memanyunkan bibirnya.

"Bukan gitu maksud gue."

"Yaelah, jelas-jelas barusan lo samain gue sama adik lo." Ketus tia.

"Kalau faktanya sikap lo mirip sama adik gue emangnya kenapa? salah?" Tanya afi terheran.

"Ya gue tetep gak suka, gue gak mau kalau lo suka sama gue hanya gara-gara sikap gue mirip sama adik lo. Berarti lo bukan suka sama gue, tapi lo suka sama adik lo." Cerocos tia dengan kesal.

"Iya deh iya maaf. Tapi Jika saja dipersenkan, lo itu 80% sangat berbeda dengan adik gue. Berarti kemiripan lo sama adik gue cuma 20%, nah dengan kata lain gue itu suka sama lo  sepenuhnya, bukan karena lo mirip adik gue." Jelas afi dengan pasti.

Seketika tia melongo tidak percaya. Dia hanya terdiam tanpa reaksi sedikitpun.

"Sudahlah kenapa harus di perdebatkan? Gak penting kan? Secara gue sudah terlanjur jadian sama si niki. " Lanjut afi hingga berhasil membuat hati tia terasa tertusuk berpuluh-puluh kali.

Tidak terlalu lama setelah menahan sakit di dadanya, tia terlihat langsung tersenyum mencoba menyembunyikan kekecewaannya.

"Hei santai saja. Emangnya siapa yang mau lo suka sama gue?" Pekik tia kemudian tertawa geli.

"Terus kenapa barusan lo masalahin perkataan gue?"

"Ya gue cuma gak suka." Ucap tia sambil menutup kembali buku-bukunya.

"Kita ke kelas sekarang." Lanjut tia kemudian berdiri dan berjalan meninggalkan afi yang tengah tersenyum jahil.

***
Setelah mereka sampai dikelas, tia telihat duduk dibangkunya bersama hans dan niki. Sedangkan afi terlihat langsung menghampiri niki kemudian melingkarkan tangannya dileher  niki. Sontak perbuatannya kali ini berhasil membuat tia dan hans terkaget. Terlebih niki yang terlihat membulatkan matanya dengan tubuh yang mematung kaku.

"Nik, nanti malam kita makan diluar ya?" Ucap afi tiba-tiba.

"Hah?" Niki terlihat kebingungan ketika dia berhasil menangkap raut muka hans yang tengah memendam marah.

"Kenapa? Kita belum pernah makan malam bersama di luarkan?" Tanya afi sedikit manja.

"I-iya" ucap niki gugup.

"Berarti nanti malam kita dinner oke?" Lirih afi di telinga niki dengan lembut.

Niki terlihat menganggukan kepala dan dengan perlahan melepaskan tangan afi dari lehernya.

Tanpa berkata sepatah katapun hans terlihat langsung pergi dari hadapan niki dan keluar kelas dengan marah.

"Bro lo mau kemana?" Teriak afi.

"Bunuh orang." Jawab hans dengan kesal.

"Dih kenapa dia?" Gerutu afi.

"Mungkin ada urusan penting diluar." Ucap tia mencoba membuat afi tidak curiga.

"Emm.. gue mau ke toilet dulu." Lirih niki sambil berdiri kemudian berbalik jalan ke luar kelas.

Ketika niki berlalu afi terlihat menatap tia hingga membuat tia ketakutan jika afi memberikan beberapa pertanyaan yang tidak bisa dia jawab.

Setalah beberapa lama terdiam tanpa pembicaraan. Afi terlihat menghela nafas kemudian berdiri dari posisi duduknya.

"Kenapa kita sering terjebak berdua seperti ini?" Lirih afi tiba-tiba kemudian menarik tangan tia keluar kelas.

BERSAMBUNG...

Next? Jangan lupa vote and comment.

By Hendrawati

RUMAHKU CINTA & KEMATIANKU (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang