BOHONG

163 24 7
                                    

Perlahan tia menganggukan kepalanya dan berhasil membuat afi meneteskan air matanya.

"Gue pikir lo sahabat gue. Tapi ternyata bukan!! Gue kecewa sama lo semua." Ucap afi kemudian berlalu pergi meninggalkan ketiga sahabatnya.
____-

"Afi..." Teriak tia namun tidak dihiraukan sama sekali.

Sesaat tia menatap kedua sahabatnya dengan sayu dan penuh rasa bersalah.

"Gue gak papah, lo kejar saja si afi." Lirih hans.

Seketika tia berlari mengejar afi meski air matanya terus berjatuhan menghalangi pandangan.

"Fi lo dimana??" Teriak tia hingga mampu membuat semua orang menatap aneh kearahnya.

Tia terlihat terus berlari kesana kemari hingga akhirnya terlintas kenangan saat dirinya bersama afi di atap gedung.

Tanpa berpikir panjang lagi, tia langsung berlari menaiki tiap anak tangga dengan cepat. Hingga afisan berhasil dia temukan yang terlihat berdiri membelakanginya.

"Afi" lirih tia sambil mencoba terus mengatur nafasnya kembali.

Terlihat afi sedikit menyunggingkan senyumnya dengan sinis.

"Ternyata lo tidak lupa dengan tempat ini." Lirih afi dan berhasil membuat tia tersentak.

"Kenapa lo diam?" Tanya afi sedikit menekankan nada bicaranya.

Perlahan afi terlihat memutar tubuhnya menghadap kearah tia kemudian menatapnya dengan tajam.

"Kenapa lo tega?" Lanjut afi dengan nada putus asa

"Fi" lirih tia dan hendak mendekati afi.

"Berhenti" cegah afi.

"Jangan berani lo mendekat."

"Fi gue mohon lo dengerin penjelasan gue." Lirih tia.

"Penjelasan apa lagi? Penjelasan kalau lo selama ini berbohong?  Kalau lo selama ini hanya merekayasa cerita? Hei gue juga punya perasaan, meski gue hilang ingatan, lo gak berhak berbohong." Sentak afi dengan penuh kemarahan.

"Tapi gue melakukan itu semua ada alasannya fi. Gue gak mau kalau lo terluka karena mengingat semuanya." Jelas tia.

"Hei apa yang lo lakukan kali ini? Lo sudah melukai perasaan gue" teriak afi.

"Gue sangat kecewa ketika gue tahu lo membohongi perasaan gue, dan selama ini gue percaya dengan semua perkataan lo. Tapi apa yang lo lakukan? Lo mengarahkan perasaan gue pada orang yang salah. Sudah sangat lama gue hidup dengan kebohongan dan lo membiarkan gue bingung dengan perasaan gue. Lo orang yang gue cinta, dan lo paksa gue untuk percaya kalau niki wanita yang gue cinta selama ini. Lo memanfaatkan ingatan gue yang memburuk." Pekik afi dengan jelas.

"Apa lo gak mikir perasaan gue ketika gue ingat semuanya?" Perkataan afi kali ini berhasil membuat tia bertanya-tanya.

"Lo sudah ingat semuanya?" Lirih tia dengan ragu.

"Apa pentingnya buat lo kalau gue ingat semuanya? Lo takut semua kebohongan lo kebongkar???"

"BUKAN" teriak tia dengan isak tangisnya yang pilu.

"Lalu apa? Sebenarnya apa maksud lo bohongi gue kayak gini? Kalau lo gak cinta lagi sama gue seharusnya lo ngomong, gak usah bersandiwara sejauh ini."

"Fi gue masih cinta sama lo." Lirih tia.

"BOHONG".

"Tolong percaya sama gue fi."

"PERCAYA? lo minta gue percaya sama lo setelah kebohongan ini semua? MIMPI LO"  sentak afi.

"Fi, gue minta maaf. Gue gak bermaksud membohongi perasaan lo. Dengerin dulu penjelasan gue." Kali ini air mata tia terlihat turun semakin deras

"CUKUP. Gue gak mau denger penjelasan lo lagi. Sekarang lo PERGI.." teriak afi.

"Fi gue mohon." Pinta tia sambil terus menangis.

"Gue bilang Pergi."

"Fi."

"PERGII" sentak afi hingga membuat tia mematung dan berlari mejauh menyisakan sesak dalam hatinya.

"Aaaaaaaaaahh" teriak afi kemudian mengacak rambutnya dengan kesal.

Disisi lain tia terlihat berlari tanpa arah hingga akhirnya menabrak hans hingga terjatuh.

"Ma-maaf, gue gak sengaja" ucap tia dengan terbata-bata meski air matanya terus meluruh.

"Lo kenapa kayak gini? Masalah lo sama afi belum selesai?" Tanya hans sambil membantu tia berdiri kembali.

Tia hanya mengangguk dan menahan sakit didadanya.

"Sudahlah, lo pergi ke kelas biar gue sama niki bicara sama si afi." Ucap hans dengan tenang.

"Gue ikut" lirih tia.

"Perasaan lo sama si afi masih memanas, kalau lo ikut, yang ada si afi malah semakin marah."

"Gue mohon lo harus ngerti." Lanjut hans.

Sesaat tia terlihat terdiam, namun tidak lama, tia terlihat menganggukan kepala kemudian berlalu meninggalkan hans dan niki.

"Yuk" ajak hans sambil menarik tangan niki dengan lembut.

BERSAMBUNG...

NEXT? Jangan lupa vote and comment.

By Hendrawati

RUMAHKU CINTA & KEMATIANKU (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang