DAISY; Empat

50 6 0
                                    

===Happy Reading===

Kamar bernuansa pink dan putih itu sangat besar dan rapi. Membuat siapapun yang memasukinya, pasti langsung beranggapan bahwa sang mpunya penggemar warna pink. Kamar mandi adalah salah satu fasilitas dari kamar besar ini. Ada pula meja belajar yang terletak di pojok ruang, berhadapan dengan jendela langsung  menghadap matahari terbit. Di sampingnya terdapat rak buku yang cukup besar.

Di pojok kanan dari pintu masuk, terdapat meja rias dengan lemari pakaian di sampingnya. Di sampingnya lagi terdapat ranjang berukuran queen menghadap ke utara dilengkapi nakas kecil di sampingnya. Ranjang itu berdampingan dengan pintu kaca besar yang mengarah ke balkon. Kamar yang sangat nyaman untuk di tempati bukan? Tapi tidak dengan kenyataannya.

Seseorang sedang telentang di atas kasur besar itu. Lin, menatap ke arah langit-langit kamarnya. Ia masih mengenakan seragam sekolah.

Lin senyum-senyum sendiri mengingat kejadian tadi di UKS. Bersama dengan seorang Regantara Aldevaro merupakan sebuah keberuntungan baginya. Ia tidak pernah membayangkan dirinya seperti itu. Apakah ia terlalu lebay?

Lin mengambil ponsel yang terletak di sampingnya. Ia membuat sebuah pola yang cukup rumit di atas layar ponselnya. Setelah berhasil, ia langsung membuka chat dengan Meli. Ia ingin menceritakan kejadian tadi. Lin menscroll mencari chatnya dengan Meli. Saat menemukan, ia menekannya. Baru saja ingin mengetikkan sesuatu, tetapi ia hentikan.

"Nggak usah aja deh. Mending aku kasih tau langsung aja."

"Kasih tau aja deh."

"Ehhh gausah."

"Eh kasih tau enggak? Auu ah pusing!" Lin melempar ponselnya.

Ia bangun dan mengganti seragamnya dengan baju biasa.

"Hari ini hari Rabu. Iya hari Rabu..." Ucap Lin terdengar bersenandung setelah keluar dari kamar mandi. Lin menghentikan langkahnya.

"Hari Rabu. Hmm kenapa aku ngga asing sama hari Rabu?" Lin mengelus dagunya.

"Aiisshh emang ada apa sihh sama hari Rabu?" Ucap Lin sambil mengambil ponselnya.

Dia membuka ponselnya. Tepatnya membuka aplikasi line. Di sana tertera Ekskul Music dengan jelas berada di chat teratas.

Lin membuka percakapan itu. Dia membelalakkan matanya.

"Astagaaaa hari ini ada Reopen anggota baru. Kok aku bisa lupa? Malah balik duluan. Gimana sih Lin?" Lin berbalik ke kamar mandi. Berniat mengganti seragamnya.

Padahal Lin tadi membuka aplikasi line dan akan memulai chatnya dengan Meli. Kenapa ia tidak melihat jika ada ekskul musik di sana? Padahal dengan jelas group itu ada di chat paling atas. Dasar Lin.

"Ya ampunn jam berapa ini?" Lin mencak-mencak di depan kamar mandi. Merutuki dirinya yang selalu payah dalam hal ingat mengingat.

Lin menatap ke arah jam dinding.

"Belum telat Lin, belum telat. Ini masih pada ishoma." Lin menghela napas. Ia menatap ke arah layar ponselnya. Di sana ratusan chat mentag dirinya. Karena seharusnya ia sedang breefing sekarang.

"Hadehh mati kau Lin di tangan ketua." Lin bergegas keluar kamar.

Ia mengeluarkan sepedanya, tanpa salam tanpa pamit, ia langsung mengayuh sepedanya menuju sekolah. Bodoamat jika dirinya tidak pamit, toh juga tidak akan ada yang menjawab.

🌼🌼🌼

Lin berlari-lari dari parkiran menuju ruang musik. Bayangkan saja jika ia tidak menggunakan seragam. Pasti sang ketua tambah marah-marah padanya.

DAISYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang