DAISY; Tujuh

33 6 0
                                    

Hari ini Lina sangat pusing gara-gara ucapan Meli. Semalam Meli memberitahunya saran yang cukup buruk untuk membuatnya takjub. Masa iya Lin harus melakukan apa yang dikatakan Meli? Oh itu bukanlah Lin sama sekali.

Bayangkan ia harus bertingkah sedikit lebih berani, seperti memberikan bekal, memberi minum, dan terang-terangan memberikan bunga serta surat itu ke kelas Regan sendiri. Selama ini, Melilah yang menaruh bunga daisy, satu kotak susu dan surat itu di kolong meja Regan. Dan tidak pernah ketahuan sama sekali. Ok, Ia mengakui kehebatan Meli dalam melakukannya.

Tapi mana berani Lin terang-terangan seperti yang dikatakan Meli. Yang ada ia malah disebut ganjen sama fans-fans cowok itu.

Lina meletakkan kepalanya di atas meja dan menghadap ke arah tembok. Kelas 11 IPS 2 masih sangat sepi, karena ini baru pukul 06.15. Lin memejamkan kedua matanya.

"Oh Lorddd...itu bukan Lin sama sekali!" teriak Lin dengan mendongakkan kepalanya.

Sekejab, ia kembali ke posisi sebelumnya.

Satu persatu penghuni kelas IPS 2 datang. Lin masih dengan posisinya hingga bel masuk berbunyi. Guru yang mengajar juga sudah tiba. Dengan malas, Lin mengeluarkan buku pelajarannya.

"Selamat pagi anak-anak..."

"Pagi buuuu..." kompak murid-murid.

"Baik kita akan lanjut pada bab 7."

"Di sini..." Lina memandang guru itu dengan terbengong-bengong.

Satu kata yang mendeskripsikan seorang guru di depan adalah...ngebut. Namanya Bu Dyah guru matematika yang dikenal dengan cara pembelajarannya yang super ngebut.

Selalu, jika guru itu sedang mengajar maka dua kata yang selalu terlintas di kepala Lina adalah 'ga ngerti' 'ga mudeng' 'ga paham' 'ngomong apasih?'. Karena memang benar ia tidak tahu sama sekali apa yang diterangkan guru itu. Entahlah dengan yang lain.

Saat kelas 10, guru matematika kelas Lin adalah Bu Tutik. Kalian tahu? Lama, lambat, lelet. Kata-kata itu pasti sering dikeluhkan oleh beberapa murid. Banyak teman-teman Lin yang lebih memilih untuk tidur.

Dan saat ia kelas 11, matematika berjalan 2× lebih cepat. Bayangkan dua bulan sebelum Ulangan Akhir Semester, materi sudah selesai. Astaga padahal ia tidak paham satupun materi yang diterangkan guru itu. Otaknya memang lemah dengan pelajaran satu ini.

"ALIANA YUANDA!" suara toa yang amat menggelegar membuat aksi bengong Lin terpecahkan.

"Iya Bu? Saya?" tanya Lin menunjuk dirinya sendiri. Semua penghuni kelas itu menatap ke arahnya.

"Iya siapa lagi? Kamu itu dipanggil ga jawab, budeg kamu? Masih muda udah budeg. Sekarang kerjakan soal nomor 3!" perintah Bu Dyah.

Lin menatap ke arah papan tulis. Di sana Selena baru saja selesai mengerjakan soal nomor 1 dan 2. Murid kesayangan Bu Dyah yang memang pandai dalam matematika. Ia menatap ke arah Lin kemudian memiringkan bibirnya.

'Huuhh sombong sekali dia.' ucap Lin dalam hati.

Lin mengalihkan pandangannya ke arah Bu Dyah. "Maaf bu, saya tidak mendengarkan penjelasan bu guru." aku Lin pasrah yang membuat senyuman Selena semakin mengejek dirinya.

"Ooo jadi daritadi kamu melamun? Saya kira kamu liat papan tulis tadi mendengarkan penjelasan saya. Sekarang kamu keluar dari kelas saya, bersihkan perpustakaan sampai jam saya selesai!"

Bagaikan disambar petir dipagi buta, sungguh ucapan bu Dyah sangat menohok. Lin menghela nafas, kemudian berjalan meninggalkan kelas.

🌼🌼🌼

DAISYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang