Hari ini akhir pekan, dimana mereka diliburkan sejenak dari kegiatan sekolah yang melelahkan- setidaknya begitu lah kata Naruto dan Kurama. Orang tua mereka sedang dalam perjalanan bisnis selama dua hari, dan selama itu juga mereka akan dititipkan di kediaman Uchiha yang berada tepat disamping kediaman mereka.
Mikoto menyambutnya dengan semangat. Ia bahkan memasangkan Itachi-Kurama dan Sasuke-Naruto dalam satu kamar, dan hal itu mendapat teguran Fugaku karna bagaimana pun Sasuke adalah laki laki sedangkan Naruto adalah perempuan. Mikoto bahkan dengan tegas mengatakan tak akan terjadi sesuatu ang fatal. Ia hanya tak tahu, jika setiap hari kamar 'Kakak' akan selalu hancur karna baku hantam antara Itachi dan Kurama, dan kamar 'Adik' akan selalu diwarnai dengan kicauan kicauan 'Indah' Sasuke dan Naruto.
"Anak anak, saatnya turun untuk sarapan!" Panggil Mikoto dengan suara dan aura lembut khasnya. Yah, sebenarnya Naruto dan Kurama tidak terlalu mempermasalahkan jika ditinggal di kediaman Uchiha seperti ini. Pertama, Mikoto itu tidak sadis dan Kedua, Mikoto membangunkan mereka dengan suara malaikat dan tanpa gedoran maut yang membuat telinga mereka sakit bahkan dalam keadaan belum sepenuhnya sadar.
Akhirnya keempat anak itu turun dengan tampang kucel. Hanya Itachi yang terlihat 'sedikit' segar. Melihat hal itu, Mikoto hanya bisa menggelengkan kepala.
"Ayo, sarapan. Kalau sudah selesai kalian langsung mandi dan setelah itu kita akan berenang di halaman belakang." Anak anak langsung terlihat antusias. Mereka langsung berlari ke meja makan yang diatasnya sudah tersedia menu sarapan mereka- pancake manis dengan madu dan wipe cream.
Sesuai ucapan Mikoto, mereka berlari untuk berlomba siapa yang mendapat giliran mandi terlebih dahulu. Mereka melakukan batu gunting kertas yang dimenangkan telak oleh Kurama. Dan hal itu mendapat sorakan tak terima dari 3 anak lainnya.
"Kurama curang!" - Naruto
"Huuu dia pasti sudah melihat tanganku terlebih dahulu." - Itachi
"Hn. Hanya beruntung." - Sasuke
.
.
.
.
"Nah, kalian bermain dulu lah di sini. Ibu akan membuatkan kalian Pie." Mikoto baru saja akan meninggalkan mereka jika saja Naruto tidak menerjangnya. "Aku juga mau buat!" Ujar Naruto sambil memasang wajah memohon terbaiknya.
Dari belakang, 3 anak lainnya terlihat tak terima dan mengatakan Naruto harus ikut bersama mereka bermain di kolam air karet yang sudah susah payah mereka siapkan. "Hei, Naru! Kau harus ikut bermain disini bersama kami!"
Naruto memeletkan lidahnya membuat Mikoto tertawa kemudian berkata "Sudah, biar Naruto membantu Ibu. Kalian bermain lah puas puas. Saat sudah selesai akan Ibu panggilkan kok."
Mereka berdua mulai berjalan memasuki dapur. Di dapur Naruto terus bertanya apa yang harus dia lakukan, pie apa yang akan dibuat, dan lain lain. Mikoto pun dengan sabar menjawab satu persatu pertanyaannya.
"Bibi, aku harus apa?"
"Tolong ambilkan bahan untuk adonan di rak atas. Naru bisa?"
"Bisa, bisa! Oh ya, kita akan membuat pie apa?"
"Pie Apel."
"Wah, pasti akan habis diserbu Kurama."
Mikoto menggeleng kecil melihat tingkah menggemaskan Naruto yang malah asik bermain main dengan tepung. Wajah dan bajunya penuh dengan tepung. Kemudian sambil mengaduk adonannya, Mikoto berkata "Naruto suka memasak? Nanti kalau sudah menikah dengan Sasuke, Naru bisa bantu bibi di dapur setiap hari."
Naruto memiringkan kepalanya bingung lalu berkata "Menikah? Menikah itu apa bi? Kenapa dengan Sasu teme?"
"Menikah itu seperti bibi dan paman, atau ibu dan ayahmu."
"Lalu aku juga akan punya bayi yang lucu seperti di Tv?"
"Tentu saja, khehehe."
Naruto terlihat berpikir. Ia sampai lupa kalau panci berisi mentega cair yang akan diambilnya itu masih panas. "Hmmm, teme dan aku? Memang bi- ahh panas panas." Mikoto langsung berlari menghampirinya dengan panik. Ia membawa Naruto ke wastafel cuci piring untuk menyiram tangannya yang melepuh.
"Aduh, Naru sayang. Kau harus berhati hati." Tegur Mikoto lembut sambil menyeka tangan mungil Naruto. "Apa masih terasa sakit?" Tanyanya. Naruto tersenyum lebar lalu menjawab "Tadi sakit! Sekarang sudah tidak sakit lagi. Karna bibi Mikoto luka ku langsung sembuh." Dan kegiatan membuat pie itu dihiasi dengan tawa mereka berdua.
.
.
.
.
Di tempat lain....
"Aduhhh, panas sekali!" Keluh Kurama sambil menyeka keringatnya. Itachi yang berada disebelahnya mengangguk. Mereka berdua masih berendam di kolam karet sedangkan Sasuke hanya duduk duduk di teras tanpa berniat bergabung dengan para kakak yang berpanas panasan. Untuk apa berpanas panasan? Membuat hitam saja, pikirnya keji.
Itachi menoleh kearah Kurama yang terus menatap ke arah pintu. "Kau kenapa?" Tanyanya heran. Tanpa mengalihkan pandangan, Kurama menjawab. "Aku bisa mencium wangi apel dari sini."
Itachi berusaha mengendus endus kemudian berkata "Aku tak mencium bau apel." dengan wajah datarnya. Beberapa menit menunggu, akhirnya yang ditunggu tiba.
"Anak anak, ayo masuk. Kita makan pie nya bersama." Dengan kecepatan kilat, Kurama dan Itachi sudah sampai di meja makan. Dari belakang Sasuke mengikuti mereka dengan santai. Terkadang ia berpikir, sebenarnya yang lebih tua itu siapa? Mereka- Itachi dan Kurama atau dirinya? Dasar kekanakan, dengusnya.
"KURAMA! JANGAN DIHABISKAN DULUUU! AKU KAN BELUM MAKAN!"
To Be Continued
Jajang!! Haloo epribadeh!! Welkambek di ff ini yuhuu #PukulDrum
Benar benar hari yang melelahkan. Dapet ide ini juga karna kondisi di rumah sekarang bener bener panasnya menyengat. Hahh, bisa dehidrasi nih lama lama #KipasKipas
Ada yang inget sama ff ini? Ada yang nunggu? Makasih banget lohhh kalo udah nungguin #BungkukBadan
Sekian, semoga kalian suka ya.
Salam hangat,
Lavender Joo
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Teme & Dobe Forever ▶SFN
AcakNaruto dan Sasuke itu sahabat- katanya. Tapi bagaimana jika akhirnya terkuak dimana terdapat rasa di salah satu pihak atau... dua belah pihak? Apa mereka akan terus menyebut kalau mereka sahabat? • Highest Rank • #3 in sasufemnaru #2 in Kurama #15 i...