Part 5 | Smile

3.7K 878 90
                                    


Yuta
Lo samperin aja alamatnya daripada nganggur terus

Jisoo
awwww makasih sayaaaang😍
_______________________________

Enaknya punya teman kayak Yuta begini. Mau bantuin dia cari kerja. Enggak kayak Ari seringnya menghujat-hujat. Walaupun sering dapat hujatan Ari, dia tetap sayang kok sama Ari.

Sesayang itu Jisoo sama mereka berdua.

“Ngapain mondar-mandir?” atensinya beralih dari ponsel ke Ari. Sejak tadi dia berjalan secara bolak-balik di depannya. Ekspresinya terlihat serius berpikir, dan setiap Jisoo tanya ‘ada apa’ Ari bukannya memberi dia jawaban malah mengabaikannya. “Ar!” tegurnya untuk kesekian kalinya diabaikan.

Ari berhenti sejenak sekedar menolehkan kepalanya ke Jisoo, tanpa menjawab dia kembali melakukan aktivitas sok pentingnya. Jisoo kesal terabaikan. Ia mendengus tanpa mau memperdulikan Ari lagi, dia berusaha memfokuskan atensinya dengan ponsel.

Ibu jarinya menaik-turunkan layar membaca acak tulisan di layarnya. Entah mengapa ibu jarinya tertarik menyentuh chatroom sunyi yang sudah lama tidak ada obrolan. Masih terpampang jelas dialah orang terakhir yang mengirim pesan. Tidak ada kehidupan disitu masih tertandai satu centang, dan bar chat tertulis ‘terakhir dia lihat...’


Pemilik kontak nama ‘boss Lee’ seriusan hilang.

Jisoo mengejek jika ex-her boss berlagak layaknya James Bond. Tak bisa dipungkiri isi kepalanya membandingkan dengan sendirinya antara James Bond dan Taeyong. Lalu tak lama dia tertawa setelah puas menghina-hina Taeyong di pikirannya. James Bond terlalu sempurna jika dibandingkan dengan Lee Taeyong. Mantan bossnya itu tidak ada apa-apanya disandingkan dengan tokoh fiksi James Bond.

“Gue gak habis pikir,” lalu Ari mulai bermonolog setelah satu jam asyik dengan aktivitas sok pintarnya. “Aneh gak sih, dia tiba-tiba sering nongol di tempat kerja gue?” kali ini atensinya terpusatkan pada Jisoo.

Jisoo yang terlalu asyik dengan pikiran lawaknya hanya merespon singkat, “mungkin” lalu kembali tertawa sinting.

“Tiga hari ini gue sering ngelihat dia. Mana sok-sokan akrab sama gue lagi.”

“Oh” respon Jisoo super singkat, padat, dan jelas. Pikirannya masih terpenuhi adegan penyiksaan Lee Taeyong. Jisoo tak sanggup menahan perut menggelitiki perutnya sambil mereplay setiap adegan penyiksaan Taeyong yang hanya ada didalam isi kepalanya.

Ari baru kemudian tersadar kalau Jisoo tidak begitu serius merespon curhatannya. Dia mengomel, “Nyesel gue cerita sama lo!” menghentakkan kaki ke lantai segera berpindah tempat ke kamar sengaja meninggalkan Jisoo dengan kesintingannya.

“Dih ngambek” ledek Jisoo masih menahan tawa dikarenakan isi kepalanya terlalu asyik menyiksa sang mantan boss.

Meanwhile Taeyong ditempatnya terlalu serius merenung memandangi ponsel matinya.

“Gak usah terlalu serius, yong” tegur Seulgi. Entah mengapa teguran Seulgi membuat bulu romanya bergidik ngeri, seakan-akan ada seseorang tengah membicarakannya.

....

“Good morning anak gadisnya om Dongwook” senyum bahagia menghiasi wajah rupawan Hendery. Ekspresi Jisoo flat ketika membuka pintu flatmate yang muncul di depannya si anak sultan. “Jutek amat mukanya” ujarnya menunjuk ekspresi jutek gadis didepannya.

“Heh bocah, ngapain lo kesini?”

“Secara psikologi aku telah memasuki tahapan remaja akhir, bisa dikatakan bukan bocah lagi. Aku sudah berumur duapuluh tahun berdasarkan perhitungan usia internasional” jelas Hendery.

Jisoo tak acuh sama penjelasan si anak sultan yang menurutnya anak SD terjebak ditubuh Hendery. “Gak peduli” ucapnya sambil menutup pintu flatmate. “Lo ngapain sih kesini?” tanyanya lagi sebelum berniat meninggalkan Hendery.

“Perintah om Dongwook minta aku jagain anak gadisnya. Beliau takut anak gadisnya lecet, hahaha” dia tertawa hambar, Jisoo menatapnya aneh. Mungkin dari kecil Om Han terlalu kebanyakan memberi Hendery vitamin makanya otak dia sedikit agak tidak beres.

“Sebenarnya itu cuma alibiku doang,” kata Hendery meralat omongannya. “Aku kesini emang mau ketemu kamu”

Jisoo belum merespon, dia masih menunggu Hendery menyelesaikan omongannya.

“Apa?” serunya karena Hendery tak kunjung juga melanjutkan omongannya.

Pria yang mengaku memasuki tahapan usia remaja akhir ini, senyam-senyum didepan Jisoo.

“Sinting!” lama-lama Jisoo ngeri ngelihat Hendery senyum. Ini bocah habis kesambet apaansih.

“Kesambet cintanya kakak, hahaha” Hendery tertawa keras, Jisoo semakin menatapnya aneh. Disisi lain dia merinding ketika Hendery memanggilnya kakak. Sumpah, bentukan kayak Hendery enggak cocok manggil dia kakak. Lebih cocokan adiknya Yohan.

“Sinting lo!” ujarnya berniat melewati Hendery namun cengkraman dilengannya menahan langkahnya. “Heh!”

Hendery senyum lebar, dan dengan percaya diri dia menyelipkan tangannya dilengan Jisoo kemudian mengajak si gadis Kim jalan beriringan.

“Mau kemana hari ini aku anterin. Anggap aja sebagai pacar yang setia anter kemanapun,” kekehnya mengherankan Jisoo.

“Hen, lo seriusan sinting?”

“Menurut kamu?” kepalanya menoleh kesamping membalas tatapan bingung Jisoo disampingnya.

Hendery tersenyum lagi. Jisoo ketakutan sendiri membayangkan mulut Hendery sobek akibat terlalu sering tersenyum. Kayaknya ini anak perlu sekali-kali ketemu psikolog.

 Kayaknya ini anak perlu sekali-kali ketemu psikolog

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[2.1] Hello, Lee! | taesoo ft. hendery [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang