Past (masa lampau/lalu)
Persidangan perceraian kedua orang tuaku beberapa jam lagi akan segera dimulai, rasa sedih, kecewa, lega, menjadi satu, sedih karena orang tuaku berpisah, kecewa karena perbuatan ayahku, dan lega karena ibu tidak akan lagi menderita. Disini kakak ku juga ikut hadir bersama ayah dan aku bersama ibu juga mbah. Di persidangan nanti hak asuh anak akan dijatuhkan, aku yakin bahwa hak asu anak akan jatuh kepada ibu.
****
Tepat pukul 09:00 pagi semua saksi masuk ke persidangan kedua orang tuaku, cukup menegangkan berada disini untuk menyaksisakan perceraian ini ditambah lagi hak asuh akan diputuskan.
"Pak sabir dan bu liyah bedasarkan laporan saya menyatakan bahwa hak asu anak jatuh di tangan ibunya, yaitu ibu kamaliyah."
"Alhamdulillah." itulah kata yang terucap dari pihak ibuku, aku sangat bersyukur sekali, mendengar pernyataan hakim, kakak langsung berlari menghampiri dan memeluk ku. Setelah pengumuman hak asuh anak, terlihat ekspresi tak terima di wajah ayahku.
"Liyah" panggil ayah saat kami hendak keluar ruang persidangan. ibu menoleh dengan menggandeng tanganku dan kakak di kedua tanganya.
"Biar aku yang bawa Nara."
"Nggak mas, mereka ikut sama aku."
"Oke, tapi izinin aku saat aku ingin ketemu mereka."
"Iya mas, kamu ayahnya jadi aku nggak berhak ngelarang ketemu asalkan jangan kamu bawa." setelah kaliamat itu terucap, ibu, aku, kakak dan mbah pergi meninggalkan ayah dan menuju parkiran mobil untuk pulang.
Tapi kenapa dengan wajah kak nara, wajahnya seperti menahan tangis ya mungkin ia sedih karna ibu dan ayah berpisah, sama denganku aku juga sedih tapi aku tak menunjukkanya, karna aku tidak ingin semua orang tau kalau aku bersedih.
~~
Now (sekarang)
"Shira, Ashira bangun nak udah jam 4 lebih 15, udah pagi loh, kamu nggak mau bantuin budhe masak?" seperti biasanya di pagi hari suara yang begitu hangat selalu membuatku terbangun dari tidur bahkan mimpi indah ku, semenjak ibu memutuskan pergi dan semua meninggalkan ku hanya budhe ku lah yang mau menerima ku, ia membesarkan ku, memberiku saku, membayar uang sekolah, memberi kehangatan keluarga, dan semuanya, ia adalah pengganti ibu bagiku.
"Iya budheku sayang Shira bangun nihh." ku berjalan menuju pintu dengan senyuman.
"selamat pagi budheku sayang."
"Yuk buruan bantuin masak, cuci muka dulu sana."
"Siap budhe, budhe ke dapur dulu aja nanti Shira nyusul."
"Okey"****
Terhidang beberapa jenis masakan di meja makan, waktu sudah menunjukkan pukul 6 kurang 15 menit saatnya aku mandi dan siap siap berangkat sekolah. Mulai dari mandi, membereskan tempat tidur, menyiapkan buku. Setelah semua selesai aku memanggil mas fathan dan mbak bella yang kamarnya berada di lantai 2 sedangkan aku ada di lantai satu untuk sarapan.
"Mbak bella turun yuk sarapan."
"iya ra bentar lagi." kini giliranku memanggil mas fathan"Mas fathan turun yuk sarapan."
"Iya Shira." setelah berbalik badan mas fathan membuka pintu dan berjalan di belakang ku, sosok laki laki yang mungkin tak aku benci karna aku tau benar sifat mas fathan yang begitu baik dengan wanita, semoga saja pemikiran ku itu untuk selamanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
INT (I'am Not Them)
RomanceKeyna Ashira Sabiyah Pacaran? Menikah? Oh tidak hal itu sebisa mungkin aku jauhin dari hidup ini kalau bisa untuk selamanya, semua cowok itu sama aja, semua cowok itu brengsek, bisanya nyakitin dan hancurin hidup perempuan, setelah itu mereka pergi...