I

9 6 2
                                    

Past (masa lampau/lalu)

Rumah terasa sunyi tanpa kehadiran kakak, aku selalu kepikiran bagaimana keadaan kakak, sekarang sedang apa dia, aku tau kakak pasti sangat terluka, ayah adalah sosok yang sangat ia cintai lebih dari pada ibu, tetapi apa yang ia lihat tentang ayah sangat membuatnya despresi, akhir akhir ini setelah masalah kedua orang tuaku, ia sering diam, melamun, bahkan tiba tiba menangis, ayahku sudah menyakiti hati 3 wanita, aku tak percaya ia tega melakukanya.

"Shira, maafkan mama." setelah terdengar pintu kamarku terbuka menampilkan sosok yang terlihat kuat tetapi sebenarnya rapuh, wajah yang selalu berusaha tersenyum di depanku, ia adalah ibuku.

"Masuk ma, kenapa mama minta maaf."

"Karena mama kamu jadi terpisah dengan kakak kamu untuk sementara, tapi tenang setelah ini mama akan bawa kakak kamu kembali." perlahan ia menghampiriku yang sedang duduk dibibir kasur menghadapnya.

"Iya ma, aku percaya sama mama."

"Shira mama mau jelasin sesuatu sama kamu."

"Iya, apa ama."

"Beberapa minggu lagi mama dan ayah resmi bercerai, dan setelah itu kita akan tinggal disini dengan mbah, apa Shira keberatan jika ikut mama, atau mungkin di hati Shira ada keinginan ikut ayah." tetes demi tetes air mata mengalir dari kedua matanya, suara yang tegas menjadi bergetar, aku tau apa yang sedang ia rasakan, itu pasti sakit sekali.

"Nggak ma, Shira ikut mama aja ya." ku mencoba untuk tidak menangis di depan ibu aku tak ingin beliau menjadi lebih sedih lagi.

Detik selanjutnya beliau memeluku "maafin mama ya Shira, di usia kamu sekarang, kamu harus memahami situasi ini, maafin mama udah misahin kamu dari ayah, maafin mama Shira." begituu bergetar beliau berkata membuat hatiku sangat tersentuh sehingga tak sanggup lagi menahan tangisan ini.

"Ini bukan salah mama, jangan salahkan diri sendiri ma, Shira maafin mama kok." perlahan ku lepaskan pelukan ini kutatap wajah lelah ibuku ku usap jejak jejak air mata di pipinya.

"Ma aku bukan seperti anak pada umumnya, mungkin anak lain akan sulit memahami situasi ini jika usia mereka seusiaku. mulai sekarang aku akan menjadi anak yang mandiri, kuat, dan cerdas ma."

"Makasih ya shira." kecupan di keningku mengakhiri percakapan ini, ibu keluar dari kamarku meninggalkan ku sendiri, aku terlalu takut sendiri, aku takut jika suatu saat nanti semua orang akan meninggalkanku, aku berjanji pada diri sendiri bahwa mulai sekarang aku akan menjadi anak yang mandiri, aku tidak mau seseorang menindasku, dan aku akan belajar menjadi kuat dengan kesendirian.

~~

Now (sekarang)

Ruangan ber-AC yang sedikit besar dengan beberapa jendela kaca yang di dalamnya terdapat banyak sekali lukisan dan alat alatnya yang membuatku semangat dan sedikit menghilangkan rasa lelahku

"Selamat sore, perkenalkan nama saya Keyna Ashira Sabiyah, biasa dipanggil Shira." sore ini adalah waktu pertama kali aku mengikuti ekstrakurikuler melukis, dan ternyata di sini tidak sedikit sosok laki laki, salah satunya cowok yang akhir akhir ini jadi perbincangan kaum hawa di sekolah ini karna sifatnya yang pendiam, kalem, dan ganteng, dia seangkatan denganku bahkan kelasnya bersebelahan dengan kelasku namanya Kano ketua kelas X IPA 2, mau gimana lagi aku sudah telanjur mendaftar. Satu satu memperkenalkan diri kedepan sebelum memulai pembelajaran melukis di hari pertama ini. Jadwal ekstra lukis yaitu sepulang sekolah hari rabu dan kamis.

INT (I'am Not Them)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang