T

14 6 1
                                    

Past (masa lampau/lalu)

Sudah 1minggu lebih aku nginap di rumah mbah, berangkat sekolah dan semua kegiatanku dilakukan di rumah mbah, jarak rumah mbah kesekolah lebih jauh daripada jarak rumahku ke sekolah, sampai saat ini aku masih menganggap ayahku berada diluar kota meskipun aku tidak tau apa yang ia  lakukan, aku merasa ada yang aneh dengan mama dan kakak. saat malam di hari pertamaku nginap di rumah mbah, aku tak sengaja mendengar pembicaraan mbah dan mama diruang tamu.

"Kamaliyah kamu yakin keputusan kamu sudah benar?" itu kalimat pertama yang aku dengar dari mulut mbah atau nenek yang kupanggil 'mbah' sesuai dengan panggilan orang jawa untuk seorang nenek, ia bertanya tentang sebuah keputusan kepada mamaku yang memang memiliki nama Kamaliyah.

"Sudah bu, aku sudah nggak tahan lagi, bukanya aku nggak kuat bu, tetapi ini sudah kelewatan,  mas sabir setiap hari teleponan dengan wanita lain meskipun ada aku di depanya, ia sering sekali pulang malam dan marah marah nggak jelas dan nggak jarang pula ia menghina aku bu, sudah cukup ini semua, aku mau akhiri semuanya." ibuku menjelaskan apa yang ia rasakan selama ini sambil menagis, ia menyebut nama ayahku dengan derai air matanya mengalir deras membuatku yang melihatnya ikut menangis, ibu tidak tahu kehadiranku karenaku melihat sambil bersembunyi, sekarang aku mengerti ibu mengajakku kesini karna ingin menjauh dari ayah, sekejam itukah ayah kepada ibu?, tapi kenapa aku tidak tahu, mengapa ibu menderita seorang diri, rasa kecewa terhadap ayah mulai muncul di hatiku, tak percaya rasanya mendengar bahwa ayahku melakukan hal itu, di depan ku ia adalah sosok yang bertanggung jawab, cerdas, bijaksana dan penyayang, apa hanya di depanku? atau mungkin di depan kakak ku juga, apa karena kami adalah anaknya?.

****

Setelah menguping pembicaraan ibu dan mbah aku menuju kamar, saat hendak membuka pintu terdengar suara kakakku tapi apakah benar ia sedang menangis karna yang kudengar adalah suara isakan, ku lanjutkan niatku untuk membuka pintu Lalu masuk, perlahan ku hampiri kakak yang memang sedang menangis di bibir tempat tidurnya.

"Kak sebenarnya ada apasih?, kenapa akhir akhir ini kakak sama mama sering nangis?, aku jadi ikut sedih tapi aku nggak cukup tau apa yang sebenarnya terjadi, beri tau aku kak aku mohon, aku sudah besar dan aku sudah cukup mengerti apa yag terjadi, apa masalahnya kak, ayo ngomong kak." tanyaku panjang lebar saat aku udah duduk disamping kaka dan menghadapkan tubuhnya untuk menghadap ku, untuk memulai mendengar penjelasan kakak.

"Dek, kamu nggak bakal ngerti."
Terlihat isak tangis kakak semakin keras.

"Aku bakal ngerti kak, aku sudah mulai paham kak tentang ini semua, ayo jelasin kak."

"Dek, ayah sama mama mau bercerai."

"Apa? Bercerai? Apa alasanya kak." aku sungguh kaget mendengar apa yang sesungguhnya, jadi yang ditanyakan mbah tentang keputusan mama tadi tentang perceraian, mungkin semua orang mengira anak seusia ku tidak tau perceraian tapi kalian salah aku cukup pandai untuk mengetahui apa yang mungkin tak diketahui anak seusia ku.

"Ayah selingkuh dek, asal kamu tau, saat kamu sudah tidur aku sering liat mama berantem dengan ayah, ayah suka menghina mama, bahkan ayah pernah hambir mukul mama. Aku yang ngasih saran mama agar kita pulang ke rumah mbah, kakak nggak betah liat mama kayak gitu terus dek." jelas kak Nara yang membuatku semakin paham apa yang terjadi, jadi ini alasan kakak memilih ikut mama saat ayah menyuruh kami memilih antara ibu atau ayah di saat pertama kali aku melihat ayah dan ibu bertengkar, padahal sosok kakak ku sangat manja dan selalu memilih ayah berbeda denganku yang sangat manja dengan ibu.

INT (I'am Not Them)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang