Nara berjalan di koridor, hari ini adalah hari pertama ia sekolah sejak kepindahannya dari sekolah lamanya, siulan siulan kaum adam tidak membuat Nara menoleh untuk sekedar memberi senyum.
Ia hanya menunduk risih, keramaian yang awalnya bikin pengap, sejenak senyap ketika gadis itu melintas.
Banyak mereka berbisik namun sama sekali tidak mengusik Nara.
Namun kehadiran cowok di samping Nara membuat seluruh siulan terhenti. Sebab kini Alvarez Fernando merangkul bahu Nara.
"Al, malu diliatin!" Nara berusaha melepas rangkulan di bahunya, namun bukannya melonggar, rangkulan di bahunya semakin erat.
"Biar mereka gak genit, Nar."
Nara hanya menunduk, menatap ujung sepatunya. Ia benci menjadi pusat perhatian.
"Ini kelas lo, masuk sana!" Kini Alva sudah melepas rangkulan nya. Kemudian ia berlalu dari sana.
Nara menatap ke dalam kelas, benar saja. Kini seluruh penghuni kelas menatap nya. Ia tak ambil pusing, ia berjalan ke pojokan, lalu ia duduk di kursi paling belakang. Sendiri, dan sepi.
"Hai!" Gadis dengan rambut terkucir dua duduk di sampingnya, ia mengulurkan tangannya yang disambut hangat oleh Nara.
"Gue Nara." Ucapnya singkat.
"Gue Fia, lo anak baru ya?" Nara mengangguk, lalu mengeluarkan ponselnya yang bergetar dari saku rok abu-abu nya.
Alvarez Fernando:
Ra, gue bisa minta tlg anterin makan g? Gue di kls gue dkt perpus. Lo bisa liat maps sklh di mading. XII ips 1Nara menghela napas, lalu bangkit dari kursinya.
"Lo mau kemana, Ra?"
"Kantin."
"Mau gue temenin gak? Lo kan anak baru pasti susah nyarinya."
Nara menatap Fia, ia tampak tulus menawarkan. Apa salahnya berteman dengannya, ia terlihat gadis yang baik.
Nara mengangguk, membuat Fia tersenyum senang. Kemudian kedua gadis itu berjalan beriringan keluar kelas.
∆∆∆∆
Kini Nara sudah berdiri di depan kelas XII IPS 1, Nara tampak bimbang untuk masuk ke dalam kelas.
"Ra, cepetan masuk." Fia yang sedari tadi berdiri di samping Nara menyenggol bahu Nara.
"Gue telfon aja kali ya."
"Gausah Ra, lama. Langsung masuk aja, gue tungguin sini." Kata Fia meyakinkan.
Nara tampak ragu namun akhirnya ia memberanikan diri untuk masuk. Kelas yang awalnya riuh, hening seketika.
Semua menatap Nara dengan tatapan bingung. Termasuk laki-laki yang menatapnya dengan tatapan memuja.
Alva yang duduk dipojok kelas, berjalan menghampiri Nara.
"Gue pikir lo ga dateng!" Ucapan Alva membuat Nara mengangkat kepalanya. Lalu menyodorkan bungkusan makanan dan air mineral ke arah Alva.
"Yaudah lo udah bisa balik. Tau jalan kan? Ga perlu dianter juga kan?"
Nara menggeleng, lalu keluar dari kelas Alva dengan tergesa. Fia yang mengetahui ditinggal oleh Nara berlari menyamakan langkahnya dengan Nara.
"Ra, lo kok ninggalin gue sih." Protes Fia cemberut.
"Ehh, sorry Fi. Gue lupa." Nara menggaruk tengkuknya kikuk disertai cengiran nya.
"Lo udah lama pacaran sama Alva?"
Nara mengangguk.
"Lo pindah kesini bukan karena Alva kan?"
Nara menggeleng, "Lo kok mikir gitu, gue gak nyaman sama sekolah gue yang dulu."
"Gue pikir karena Alva. Gue takut lo lebih gak nyaman kalo sekolah disini." Fia bergumam, namun Nara masih dapat mendengarnya.
"Maksud lo?"
"Hah? Apaan? Gue gak ada ngomong apa-apa kok. Halu lo ya."
∆∆∆∆
Segini dulu buat awal.
Liatin dulu sejauh mana yang mengapresiasi karya ku yang gak seberapa ini.
Ini cerita kedua aku setelah Fatiyasa.
Mohon apresiasinya ya.
Jangan lupa klik bintang di pojok kiri bawah ya!!
See you next time!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Nara!
Ficțiune adolescențiNara Athana Sheyla, siswa pindahan kelas dua belas dari Dharma Bakti. Entah apa alasannya memilih pindah sekolah di tahun terakhir. Tapi salah satunya karena pacarnya bersekolah di Nirwana, namun bukannya semakin dekat dengan Alvarez, ia justru men...