Nara baru saja tiba di gerbang sekolah. Namun masih ada saja siswa perempuan yang membicarakan nya. Apa penting mengurusi hidup orang lain?
Ia hanya berjalan lurus di koridor, tidak tersenyum ataupun menyapa siswa lain. Ia hanya menunduk. Tak menggubris omongan orang lain. Bodoamat.
Bugh...
"Anjir." Nara mengumpat lalu mengangkat pandangannya, melihat orang yang sudah ia tabrak.
Nara melotot menatap siapa orang yang ia tabrak.
"Eh sorry maaf." Nara berujar lalu segera pergi dari sana. Secepat kilat ia harus menghindar. Yang ada ia bisa gila.
Setelah ia sampai di loker siswa, ia bersandar di dinding. Menetralisir degupan jantungnya akibat berjalan terburu-buru.
"Kok menghindar?" Pertanyaan itu mampu membuat Nara berjingkrak. Hampir terjatuh.
"Kenapa menghindar, Nara?" Cowok yang ada didepannya kini bertanya lagi. Menaikkan sebelah alisnya dengan kedua tangannya yang masuk kedalam saku celana.
"Gue gamau di omongin lagi, cukup." Nara menjawab tergesa. Lalu berusaha menyingkir dari sana. "Gue mau ke kelas, bentar lagi mau bel."
Namun cowok yang didepannya malah merentangkan kedua tangannya. Mencegah Nara untuk lewat.
"Jangan kayagini, Langit. gue mau ke kelas." Nara terlihat kesal.
"Yauda ayo barengan." Langit malah merangkul Nara, namun tidak semudah itu teman. Nara melepas rangkulan Langit dengan paksa.
Beruntung tidak ada siswa lain disini. Ia tidak mau terlihat bersama Langit. Ia yakin Langit cukup terkenal di sekolah dengan wajah tampannya.
"Lang, gue bisa minta tolong lo jaga jarak sama gue kalo di sekolah? Gue butuh waktu." Ujar Nara memohon, tanpa perlu jawaban Langit, ia meninggalkan nya di lorong loker. Tidak lagi menoleh. Hingga menghilang di belokan.
Langit menghela napas, benar kata Nara. Ia hanya butuh waktu, bukan orang baru.
••••
"NARA!!!!" Teriakan itu berasal dari pojok kelas.
Nara yang baru saja duduk di kursinya menutup telinganya rapat-rapat. Begitupun seisi kelas yang menatap kearahnya.
"Lo berisik banget sih, Fia." Nara melotot, lalu menoyor kepala Fia.
"Lo kemana aja sih? Semalem kenapa lo gak hadir? Mana gak bales chat gue lagi."
"Gue sakit, lupa titip surat." Nara menjawab, lalu mengeluarkan earphone dari tas nya.
Fia cemberut, "Lo kan bisa bilang gue. Biar gue bilangin sama wali kelas kita, abis tuh lo bisa bawa suratnya hari ini."
Nara menoleh, menatap Fia dengan tatapan jengah. "Sekali alpa gak buat gue tinggal kok Fi."
Lihat kan? Betapa santainya Nara?
Sedetik kemudian Fia merubah raut wajahnya menjadi serius, "Eh lo putus ya sama Alva?"
Nara mengangguk.
"Terus uang lo udah di balikin ga tuh sama Alva?"
Nara menoleh lagi, "Lo jangan buat gue badmood dong Fia Alisha." Lalu ia menyumpal telinganya dengan earphone.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nara!
Fiksi RemajaNara Athana Sheyla, siswa pindahan kelas dua belas dari Dharma Bakti. Entah apa alasannya memilih pindah sekolah di tahun terakhir. Tapi salah satunya karena pacarnya bersekolah di Nirwana, namun bukannya semakin dekat dengan Alvarez, ia justru men...