Sabtu, 15 Juni 2019
Pkl 02.56
Di Bus, perjalanan pulang dari mudik.
Assalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarokaatuh.Minal Aidin Wal Faidzin ya teman-teman, mohon maaf lahir dan batin. Maaf karena selama ramadhan kemarin aku cuma update sekali :(
Maafin ya, maafin kan? Kan? Kan? *maksa*
Bercanda hehehe. Semoga dimaafkan ya:D Okedeh, yuk kita mulai.
***
"Pesantren, ya?"
Pertanyaan yang sering aku terima dari orang-orang yang belum kenal akrab sama aku. Ada yang bisa nebak karena kenapa?
.
.
.
.
.Karena aku berpakaian syar'i. Pakai gamis.
Pernah juga. Aku beli baju gamis yang kepanjangan, akhirnya aku bawa ke tukang jahit. Dan ditanya sama penjahitnya.
"Mau masuk pesantren, ya?"
Setiap ada yang nanya gitu, pasti aku diam dulu. Terus senyum kecil.
Sedih.
Aku ngerasa sedih sekaligus miris.
Bukan karena aku gak suka sama santri atau pesantren, justru aku daridulu pengiiin bangettt nyantren tapi Qodarullah (takdir Allah) belum mengizinkan.
Tapi, yang bikin aku sedih itu kenapa kesannya yang berpakaian syar'i itu pasti wanita yang nyantren? Yang berpakaian syar'i itu lulusan pesantren? Yang berpakaian syar'i itu Ustadzah? Yang berkerudung panjang itu cocoknya ibu-ibu?
Menurutku, ini adalah mindset yang turun-temurun ada di kalangan masyarakat. Dan ini gak boleh dibiarkan.
Berpakaian gamis longgar, kerudung (khimar) menutupi dada, itu Syariat Islam. Allah yang memerintahkan...
Ada di surah An-Nur ayat 31. Allah SWT berfirman:
وَقُلْ لِّـلْمُؤْمِنٰتِ يَغْضُضْنَ مِنْ اَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوْجَهُنَّ وَلَا يُبْدِيْنَ زِيْنَتَهُنَّ اِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَـضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلٰى جُيُوْبِهِنَّ ۖ وَلَا يُبْدِيْنَ زِيْنَتَهُنَّ اِلَّا لِبُعُوْلَتِهِنَّ اَوْ اٰبَآئِهِنَّ اَوْ اٰبَآءِ بُعُوْلَتِهِنَّ اَوْ اَبْنَآئِهِنَّ اَوْ اَبْنَآءِ بُعُوْلَتِهِنَّ اَوْ اِخْوَا نِهِنَّ اَوْ بَنِيْۤ اِخْوَا نِهِنَّ اَوْ بَنِيْۤ اَخَوٰتِهِنَّ اَوْ نِسَآئِهِنَّ اَوْ مَا مَلَـكَتْ اَيْمَا نُهُنَّ اَوِ التّٰبِعِيْنَ غَيْرِ اُولِى الْاِرْبَةِ مِنَ الرِّجَا لِ اَوِ الطِّفْلِ الَّذِيْنَ لَمْ يَظْهَرُوْا عَلٰى عَوْرٰتِ النِّسَآءِ ۖ وَلَا يَضْرِبْنَ بِاَرْجُلِهِنَّ لِيُـعْلَمَ مَا يُخْفِيْنَ مِنْ زِيْنَتِهِنَّ ۗ وَتُوْبُوْۤا اِلَى اللّٰهِ جَمِيْعًا اَيُّهَ الْمُؤْمِنُوْنَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
"Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau para perempuan (sesama Islam) mereka, atau hamba sahaya yang mereka miliki, atau para pelayan laki-laki (tua) yang tidak mempunyai keinginan (terhadap perempuan), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Dan janganlah mereka mengentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung."
Dan juga di surah Al-Ahzab ayat 59. Allah SWT berfirman:
يٰۤـاَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِّاَزْوَاجِكَ وَبَنٰتِكَ وَنِسَآءِ الْمُؤْمِنِيْنَ يُدْنِيْنَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَا بِيْبِهِنَّ ۗ ذٰلِكَ اَدْنٰۤى اَنْ يُّعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ ۗ وَكَا نَ اللّٰهُ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا
"Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin, Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang."
Jadi, berpakaian syar'i sebenarnya bukan cuma buat mereka yang menempuh pendidikan agama Islam lebih dalam seperti pesantren. Dan bukan juga cuma untuk ibu-ibu. Tapi, berpakaian syar'i adalah kewajiban setiap wanita muslimah, dan sebagai bentuk kepatuhan kita atas perintah Allah.
Kenapa Allah suruh kita (muslimah) berpakaian syar'i? Bukan tanpa suatu alasan, itu untuk kebaikan kita... Salah satunya supaya kita tetap terjaga.
Jadi, yuk, ubah mindset kita.
Kalaupun belum siap berpakaian syar'i, niatkan karena Allah, bismillah. Pasti nanti Allah permudah, Allah kasih jalan.
Aku aja dulu awal mau istiqomah berhijab itu susah, rada bimbang juga. Setiap mau ke warung, aku ngambil handuk buat dijadiin kerudung dadakan. Serius. Dulu aku heran, "kenapa sih harus tetep nutup aurat? Kan cuma ke warung, deket. Lari juga cepet, nanti balik lagi ke rumah supaya gaada yang liat."
Emang sih, deket. Tapi, gak lama aku sadar. Gimana kalau pas di jalan papasan sama cowok? Gimana kalau ternyata yang melayani pembelinya itu cowok? Aurat kita bakal kelihatan...
Dan akhirnya, Alhamdulillah. Kalau mau keluar rumah aku berhijab.
Gak ribet kok :) Bisa karena terbiasa. Bismillah, ya...
Aku nulis ini bukan karena aku ustadzah kok, tapi semoga kelak jadi ustadzah ya hihi aamiin.
Aku bukan lulusan pesantren, aku saat ini siswi di SMK Kesehatan.
Apalagi jadi ibu-ibu, aku belum ya. :D
Berpakaian syar'i memang gak menjamin seseorang itu baik. Termasuk aku. Masih banyakkkk dosa yang aku perbuat. Akhlak ku juga belum baik. Tapi, ini adalah langkah-langkah awal yang aku lakukan untuk menjadi baik. Aku mau Allah meridhoi, aku mau menaati perintah Allah, semoga Allah membuka jalan untukku berhijrah mengenai hal lainnya.
Karena kebaikan, selalu melahirkan kebaikan yang lain.
Yuk, kita berproses menjadi lebih baik bareng-bareng. Meskipun aku gak tau jarak kita (aku dan pembaca catatanku) sejauh apa *eaaa.*
Kalau kamu ada yang punya pengalaman waktu berpakaian syar'i, boleh banget berbagi. Boleh komen atau pesan pribadi, aku senang dengar cerita hehehe.
Maaf, yaa kalau tulisanku kali ini menyinggung. Semoga ada hikmah yang bisa kita ambil. Cukup sekian dulu ya teman-teman, semoga bertemu di catatan ku selanjutnya, insyaa Allah💕
Wassalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarokaatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Hidup Singkat
RandomKedua bola mataku menyaksikan. Lalu, hatiku berucap pelan, "Kejadian ini perlu kau abadikan dalam bentuk tulisan." ... Selamat datang, selamat berpetualang ke dalam isi pikiranku yang sebagian besar tak mampu ku ungkapkan...