delapan

30 14 17
                                    

bagian delapan: pulang bareng

Rapat panitia udah kelar dari setengah jam yang lalu, tapi Riska masih berada di ruang Osis untuk menyelesaikan tulisannya.

Gadis itu melihat jam di ponselnya. Sudah hampir maghrib. Ia pun memutuskan untuk pulang saja. Tesa, Dandy dan yang lainnya udah pulang dari tadi. Kini hanya tinggal dia dan—Rendy.

Ah iya, Riska baru sadar kalau pemuda itu masih di sini dari tadi.

Setelah membereskan barang-barangnya. Riska menyandang ranselnya lalu melirik Rendy yang masih fokus bermain game di ponselnya.

"Ren, gue duluan. Ntar jangan lupa kunci pintunya." Ucap Riska.

"Udah dijemput?" Rendy bertanya tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel.

"Nggak dijemput, orang tua gue berangkat ke luar kota. Gue pulang naik taksi."

Riska menatap Rendy heran. Tiba-tiba ia bangkit dari posisi tidurnya.

Pemuda itu mengenakan jaketnya lalu meraih kunci motornya yang berada di sofa. Ia berjalan menghampiri Riska.

"Yaudah bareng gue aja."

"Eh, eh, gak usah. Gue bisa pulang sendiri kali." Tolak Riska. Ia merasa segan, lagipula Riska bukan tipe cewek manja.

Rendy melirik arlojinya. "Udah mau gelap nih. Lagian taksi kan jarang lewat di depan di sekolah kita.

Riska menggigit bibir bawahnya.

"Gue emang baru kenal sama lo. Tapi gak usah takut gitu juga kali, gak bakal diapa-apain neng." Rendy terkekeh.

Riska menimang-nimang. Akhirnya ia mengangguk. "Yaudah deh. Sorry ngerepotin."

"Nggak kali. Ayok!"

Rendy berjalan duluan. Pemuda itu mengunci ruangan Osis terlebih dahulu baru berjalan menuju parkiran sambil bersiul.

Riska mengekorinya dari belakang dengan senyum yang tak henti-hentinya mengembang.

Asik! Asik! Pulang bareng pangeran sekolah!

[tbc gaes]

a/n:
Riska emang gitu, sok jaim kalau di depan cogan:(

2019/06/15
[04.46 p.m.]
keel-kun,

WORK PARTNERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang