sembilan

21 10 5
                                    

bagian sembilan: merajuk?

Dandy mendorong pintu kayu tersebut dengan kasar. Wajahnya terlihat sangat kelelahan saat masuk ke dalam ruangan Osis. Ternyata hari kedua lebih parah dari semalam.

Lebih banyak sekolah yang ikut berpartisipasi, lebih banyak kakak kelas ganjen yang datang, artinya semakin banyak pula Dandy jadi rebutan hari ini.

Ia mengelap keringat yang mengalir di pelipisnya lalu menghampiri Riska yang sedang menempel sesuatu. Untuk mading sepertinya.

"Eh, eh, bantuin gue nempel ini dong. Di mading lantai dua sama lantai tiga gih." Riska menyodorkan sebuah karton yang sudah dipenuhi dengan foto dan tulisan kegiatan bazar hari pertama kemarin, membuat Dandy menghela nafas.

"Gue yang nempelin?"

"Ya iyalah. Buruan!"

Dengan berat, pemuda itu menyeret langkahnya keluar dari ruangan. Ia baru saja istirahat tiga menit dan sekarang harus bergerak lagi.

Sekitar lima belas menit kemudian Dandy sudah kembali. Ia duduk di samping Riska sambil meluruskan kakinya.

"Yah, lem pake habis segala lagi," Riska melirik orang di sampingnya, "kebetulan ada lo. Beliin lem di koperasi dong. Please."

"Hah? Gue lagi yang harus beliin lem?"

"Iya, ih. Kan di sini kita cuma berdua doang."

"Buruan, Dan. Pake duit lo dulu, ntar gue ganti."

Dandy bergumam malas lalu beranjak dari tempatnya.

∆∆∆

"Kok lemnya yang ini sih?" Dandy baru aja datang dan langsung diomelin sama cewek di depannya ini.

Pemuda itu melipat kedua tangannya di depan dada. "Apa lagi?" Dengusnya.

"Ini tuh selotip, bukan lem kertas. Lo kira nempel foto pake selotip gitu?" Riska tak kalah kesalnya, "bisa bedain gak sih?" Tanpa sadar nada suaranya meninggi.

"Gue udah sabar dari tadi, Kak." Suara dingin Dandy membuat Riska mendongak.

Pemuda itu menatap Riska dengan ekspresi datar. "Gue udah nurutin apa yang lo suruh dari tadi. Ini, itu, gue udah nurutin semua."

"Tapi, sepertinya lo belum puas ya nunjukkin sikap senioritas lo itu?"

Riska menggelengkan kepalanya. Dia tidak bermaksud seperti itu.

Dandy meletakkan kamera yang tadi tergantung di lehernya dengan kasar ke atas meja. "Gue bakal beli lem kertas yang lo minta. Nanti gue suruh Jun anter ke sini." Ucapnya tanpa menatap Riska sedikit pun.

Lalu ia berjalan meninggalkan ruangan tersebut.

"Dandy, ish! Jangan merajuk gitu dong. Gue nggak maksud gitu." Riska mengacak-acak rambutnya frustasi.

Dari tadi ia diam karena merasa merinding melihat Dandy mendadak dingin kayak tadi.

[tbc gaes]

a/n:
mampus doi merujak:)

2019/06/17
[08.16 a.m.]
keel-kun,

WORK PARTNERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang