enam

27 17 18
                                    

bagian enam: es krim

Sore ini, sehabis pulang sekolah seluruh panitia yang akan bertugas di bazar nantinya sedang berkumpul di ruang OSIS untuk rapat terakhir.

"Jadi lo semua udah tau tugas masing-masing kan?" Tanya seorang cowok di depan sana. Dia Angga, ketua Osis SMA Senjakala.

Angga itu bisa dibilang tipe ketos perfeksionis. Udah ganteng, punya tubuh proporsional, tegas tapi tidak terlalu formal.

Melihat tidak ada pertanyaan lagi, Angga berdeham. "Kayaknya udah pada paham."

"Gue cuma mau mengingatkan sekali lagi, mohon kerja samanya. Yang senior harap dibantu adek lo yang kelas sepuluh karena mereka mungkin baru pertama kali jadi panitia event gini."

"Yang junior juga jangan sok pintar, ada yang gak paham tanya sama gue atau sama senior kalian." Ujar Angga tegas.

Riska mencolek bahu seseorang yang duduk di sampingnya. "Woy, curut. Coba sebutin tugas sama apa aja yang harus lo bawa buat event besok." Ucap Riska setengah berbisik.

Dandy menoleh sambil mendengus pelan. "Besok gue harus bawa kamera, laptop sama flashdisk. Tugas gue jadi tukang jepret selama bazar berlangsung. Trus dipindahin ke flashdisk. Itu doang kan?"

Riska terkekeh. "Sip. Buat urusan cuci foto, masukin ke album sekolah trus nempel di mading. Itu tugas gue. Adil kan?"

Dandy bergumam.

"Yaudah kalo gak ada pertanyaan lagi. Semoga acara kita besok berjalan lancar. Gue tutup rapat kita kali ini."

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh." Angga keluar dari ruangan dengan tangan yang dimasukkan dalam saku celana. Setelah Angga keluar, satu persatu panitia mulai membereskan barang-barangnya dan pamit pulang.

Kini hanya tinggal Riska, Dandy, Tesa dan tiga orang panitia dari kelas sebelas yang tidak Riska kenal.

Riska yang sedang memainkan ponselnya melirik Dandy yang tiba-tiba berdiri lalu ke luar dari ruangan.

Beberapa menit kemudian, pemuda itu sudah kembali dengan dua buah cornetto di tangannya.

Dandy menyodorkan salah satunya pada Riska.

"Eh?" Cewek itu menatapnya bingung.

"Cuaca lagi gerah. Gue pikir es krim bisa sedikit membantu. Lo mau kan?" Ujar Dandy.

Mata Riska berbinar. "Lo beliin buat gue?" Dandy mengangguk.

"Ih, baik banget deh. Thanks, Dan!" Riska tersenyum antusias sambil menerima es krim tersebut.

Dandy ikut tersenyum lalu duduk bersila di sebelah Riska. Ia fokus memakan es krimnya.

Perlakuan Dandy tadi sontak membuat Tesa dan anak-anak lainnya terkikik geli sambil tersenyum menggoda pada kedua remaja di depannya.

"Ekhem, ada yang bakal cinlok nih kayaknya." Tesa angkat bicara, membuat Dandy mendengus kecil. "Apaan sih, Kak."

Tesa terkekeh lalu beralih menatap sahabatnya yang tengah mencomot es krim.

"Astaga, Riska! Itu kenapa wajah lo udah kayak kepiting rebus?"

Sialan lo, Tes.

[tbc gaes]

2019/06/13
[01.20 p.m.]
keel-kun,

WORK PARTNERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang