sebelas

47 13 9
                                    

bagian sebelas: tiket

Dandy mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Panitia yang lain masih ramai berada di dalam, tapi pemuda itu tidak dapat menemukan sosok yang dicarinya dari tadi.

"Permisi. Ada yang liat Kak Riska, nggak?" Tanya Dandy.

Beberapa dari mereka menggeleng.

Dandy berdecak. Ia berjalan ke luar, berniat mencari ke tempat lain.

Saat berjalan di koridor, ia berpapasan dengan Tesa. Yang dia tau, kakak kelas berkacamata itu adalah teman dekatnya Riska.

Tanpa pikir panjang, ia memanggil cewek tersebut. "Kak Tesa!"

Merasa namanya dipanggil, Tesa berhenti lalu menatap pemuda di depannya sambil mengernyit. "Kenapa?"

"Hm, itu, Liat Riska nggak, Kak? Dari tadi gue nyariin dia."

Tesa mengulum senyum. "Nyariin? Khawatir apa gimana, nih?"

"Itu, dia kan partner gue, makanya gue cariin, Kak." Dandy mengusap tengkuknya, tanda bahwa ia sedang salah tingkah.

Tesa terkekeh.

"Riska udah pulang duluan."

"Lah, kok buru-buru sih? Flashdisk nya aja belum gue kasih ke dia." Dandy mengerutkan dahi, "dia sakit, ada perlu apa gimana, Kak?"

"Mana gue tau, tanya aja sendiri sama orangnya."

Dandy berdecak.

"Telfon gih. Lo punya nomernya kan?"

Pemuda itu menggeleng.

"Duh, parah. Masa mau pdkt tapi nomer telfon doi aja nggak ada." Tesa membenarkan posisi kaca matanya. Ia merogoh ponselnya dalam saku rok lalu menyodorkannya pada pemuda di hadapannya. "Telfon pake handphone gue dulu, nih."

"Eh, oke-oke, Kak." Ia menerimanya ragu-ragu.

Setelah menemukan kontak Riska. Ia menekan tombol hijau. Berdering.

Seketika jantung Dandy memompa sedikit lebih cepat.

Tak butuh waktu lama, panggilan tersebut diangkat.  Halo, Tes? Kenapa nelfon?  Tanya seseorang di seberang sana yang suaranya sangat Dandy kenal.

"Ini gue, Dandy."

Eh, Dandy? Tumben nelfon nih? Pake nomer orang lagi. Riska malah terkekeh.

Oh pasti gara-gara gue lupa ambil flashdisk dari lo ya?

"Iya. Lo dimana sekarang? Kenapa buru-buru pulang ke rumah?

Gue nggak di rumah kok.

Berarti masih di sekitaran sekolah? Dimana? Gue mau ketemuan bentar, ada yang mau gue kasih.

Gue juga nggak di sekolah, Dandy. Tadi Rendy tiba-tiba ajakin gue nonton live music di mall, gue udah nolak tapi dianya maksa.

Jadi ya gue terima aja, nggak enak sama dia.

Dandy tersenyum kecut. "Oh gitu ya. Yaudah maaf ganggu waktu kalian berdua. Have fun!"

Eh tadi katanya mau kasih sesuatu ke gue? Apaan tuh?

"Nggak jadi."

Dandy lalu memutuskan panggilan.

Setelah mengembalikan ponsel milik Tesa dan berterima kasih, pemuda itu langsung melangkah cepat ke depan gerbang.

Ia menghela nafas kasar.

"Keduluan mulu gue."

Lirihnya sambil meremas dua buah tiket menonton konser musik di tangannya lalu membuangnya ke tempat sampah.

[tbc gaes]

2019/06/12
[04.55 p.m.]
keel-kun,

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 18, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

WORK PARTNERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang