[2] Jealous

18.7K 2K 230
                                    

Sebelum baca vote dulu ya, kamu. Vote ga bayar kok, hehe.

note : latar tempat buku ini bukan Seoul.



Sebenarnya sekarang ini kamu sudah berada dirumah. Namun salah satu muridmu masih menunggu jemputan. Kamu tidak mungkin membiarkannya begitu saja sedangkan tugasmu adalah menjaga anak didikmu.

"Darrel laper?" tanyamu saat melihat Darrel—muridmu—berdiam diri dengan mata yang terus menatap gerbang sekolah.

"Darrel, mau ibu anter aja gak? Nanti kelamaan disini" katamu dan mengusap rambut pria kecil itu.

Darrel menggeleng. "Gak usah bu, Dalel nungguin papa aja" katanya keukeuh.

Kamu menghembuskan nafas pelan dan ikut menunggu. Tak lama kemudian sebuah mobil berhenti didepan gerbang. Darrel yang sedari tadi menujukan pandangannya ke arah sana pun dengan cepat turun dan berlari menghampiri mobil itu.

"Darrel" panggilmu sambil mengejarnya. Takut jika anak itu tersandung sesuatu dan terjatuh.

Pintu mobil itu terbuka dan seorang pria keluar dari sana. Ia menghampiri Darrel dan menggendongnya.

"Tunggu dulu pak," cegatmu yang membuat dua orang itu menghentikan langkahnya.

Pria itu—penjemput Darrel—menoleh dan memberikan tatapan bertanya padamu.

"Saya cuma mau ngasih tau, lain kali kalau jemput Darrel jangan terlambat. Soalnya takut aja kalau saya gak ada trus Darrel sendirian kan ga baik." jelasmu dan memperhatikan Darrel digendongan pria itu.

Ia tersenyum dan menyuruh Darrel masuk duluan kedalam mobil. Pria itu mengulurkan tangannya.

"Kenalan dulu," ia tersenyum dan menatap tangannya. Kamu menerima jabatan tangannya sambil tersenyum kaku.

"Lucas"

Setelah saling menyebutkan nama, kamu melepaskan tautan tangan kalian. Jika dilihat-lihat Lucas masih terlalu muda menjadi seorang Ayah.

"Ngomong-ngomong, anda orang tua Darrel?" tanyamu.

Lucas menggeleng. "Darrel sepupu aku. Oh iya jangan formal gitu dong, panggil Lucas aja. Aa Lucas juga bisa, hehe" Lucas tertawa. Kamu mengangguk ragu dan tertawa canggung.

"Ibu pulang sama siapa?" kata Lucas setelah berpikir keras.

"Ha? Itu, saya naik gojek, ini lagi mau telpon. Anda-maksudnya Lucas kalo mau pulang duluan aja" kamu merogoh tas dan mengambil ponsel.

Lucas tertawa kecil melihatmu. Tiba-tiba terlintas ide untuk bertukar nomor teleponnya denganmu. Ia pun berdeham.

"Ibu boleh pinjam hp bentar gak? Aku lupa bawa hp dan harus kasih tau orang tua Darrel kalau Darrel udah aku jemput" alibi Lucas. Ia melayangkan sebuah wink padamu.

"Ooh, gitu, ya" katamu sambil menyumpahi laki-laki ini dalam hati.

Ganjen amat batinmu.

"Nih" kamu meyodorkan ponselmu dan memutuskan untuk memesan gojek setelah Lucas pergi.

Lucas menerimanya dan mulai mengetikkan sesuatu disana. Namun kamu heran ketika Lucas menempelkan ponselmu ditelinga, sesuatu bergetar disaku celananya.

Kamu terbelalak ketika melihat Lucas mengeluarkan ponselnya dari saku itu. Sedangkan Lucas tersenyum senang setelah ia berhasil memasukkan nomor teleponnya diponselmu. Sial, kamu dibodohi.

"Hehe, maaf Bu. Ini hp nya makasih. Nanti malam aku telfon" kata Lucas dengan cengiran. Kamu mengambil ponselmu.

"Maaf tapi lo mau nelfon siapa ya? Ini istri gue" kamu dan Lucas menoleh ketika tiba-tiba ada seseorang yang membalas ucapan Lucas.

"Mark?" kamu menatap Mark tak percaya. Bagaimana ia bisa disini?

Mark menatapmu sebelum merengkuh pinggangmu mendekat padanya. Lucas terheran-heran melihat pemandangan didepannya ini.

"Suami? Ibu udah nikah?" tanya Lucas penasaran.

Kamu mengangguk. "Iya, kenalin ini suami saya, Mark" kamu memperkenalkan Mark pada Lucas.

Mark menyeringai sedangkan Lucas mengusak rambutnya frustasi. Sudah sekian kalinya ia gagal PDKT sebab semua wanita yang ia dekati sudah bersuami. Poor Lucas.

"Yuk ay kita pulang" Mark membawamu kemobilnya dan meninggalkan Lucas yang sedang merutuki diri sendiri.


"Mark, kamu kok bisa disini" tanyamu heran. Mark masih menggunakan baju yang ia pakai sebelum pergi kerumah sakit tadi pagi. Kamu curiga jika ia izin keluar untuk menjemputmu.

Mark belum juga merespon. Ia sibuk menyetir dan tidak memperhatikanmu. Akhirnya kamu bergelayut dilengan kirinya.

"Mark~" katamu manja.

Mark menahan diri untuk tidak menghentikan mesin mobil. Ia menguatkan iman dan berusaha fokus pada jalanan.

"Mark kamu cemburu??" kamu menusuk pipi tirusnya dari samping.

"Ngga" balas Mark singkat.

Kamu menghembuskan nafas dan memilih untuk mencium pipinya supaya Mark luluh. Bertepatan dengan itu lampu lalu lintas didepan sana berubah warna merah.

Ciumanmu dipipinya membawa bencana bagimu, Mark menolehkan kepalanya kesamping dan meraup bibirmu rakus. Menyesapnya seakan-akan bibirmu adalah candu. Tak selang lama ia melepaskan ciuman kalian. Mark menempelkan dahinya didahimu.

"Lain kali jangan mau diajak ngobrol sama orang gajelas kaya gitu" lirihnya sambil menatap dalam bola matamu.

Kamu mengangguk patuh dan tenggelam dalam iris jelaganya. Mark tersenyum dan mengusap puncak kepalamu.

"Pinter" katanya sambil mengacak-acak ponimu. Kamu cemberut dan mencubit pinggangnya.

"Aw, sakit tau kak" Mark tertawa disepanjang jalan akibat ulahmu yang tidak terima diperlakukan seperti anak kecil.




✖✖✖✖✖✖

Agak susah sebenernya bikin yg model kek gini. Tapi aku usaha keras supaya tokoh mark disini tetep ngebaperin:"v

Oiya, latar tempat indo ya.

See you

bidang bangett omoo bahunyaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


bidang bangett omoo bahunyaa

Marriage Life : with MarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang