Sorry for the typo(s)
"Kak,"
"Hm?"
Matamu fokus pada simpul benang dan sebuah jarum ditanganmu. Meskipun akhir pekan sekalipun, perasaanmu seperti ada sesuatu yang kurang jika tidak menyibukkan diri dengan pekerjaan.
Mark menyentuh bahumu dan menggoyang-goyangkan nya tak sabaran. Akhirnya kamu menyelesaikan jahitanmu. Menatap Mark yang duduk disampingmu dengan sebuah senyuman. Sama seperti dirimu, ia juga tidak memiliki agenda apapun untuk hari ini.
"Apa?" tanyamu. Mark terkesiap dan membenarkan letak duduknya. Mengambil nafas panjang sebelum memilih untuk memberitahu sesuatu padamu.
"Umm...ujian tes aku kan udah selesai, sebentar lagi aku bakal jadi dokter. Kamu, kira-kira mau bulan madu apa engga?" tanya Mark penuh kehati-hatian.
Jantungmu berdegup. Bola matamu menatap dalam iris jelaga Mark, terlihat penuh ketulusan disana. Sedetik kemudian kamu tersenyum dan mengangguk kecil, membuat Mark ikut serta mengulum bibirnya senang.
"Aku sayang kamu." bisik Mark setelah menarik tubuhmu mendekat dan menguburkan kepalamu didadanya.
Senyummu terus mengembang. "Aku juga." cicitmu malu-malu.
"Ngomong-ngomong, aku boleh berhenti manggil kamu pakai embel embel 'kak' gak?" tanya Mark. Sebelah tangannya menyisir pelan rambutmu dengan penuh kasih sayang.
"Ya boleh aja. Emangnya kamu mau manggil aku gimana?" tanyamu penasaran. Mark menyeringai dan perlahan mendekatkan bibirnya pada telingamu, bersiap-siap untuk membisikkan sesuatu.
"How about, baby girl?" bisik Mark dengan deep voice yang berhasil membuatmu bergidik ngeri. Kamu menetralkan detak jantungmu.
"Terserah deh." balasmu tak mau ambil pusing.
Mark terkekeh geli dan menggigit sebelah pipimu. "Mark ih!!" pekikmu mencoba mengelak darinya.
"Nurut atau kamu aku hukum." kata Mark memperingati. Suaranya terdengar serius sehingga membuatmu berhenti memberontak.
"Good girl." kata Mark.
Mark mendorong pelan tubuhmu pada sofa sehingga membuatmu terbaring dengan mata melebar. "Udah selesai kan?" tanya Mark lembut.
Kamu menahan nafasmu sebentar sebelum menyadari pertanyaannya mengarah kemana. Sesaat kemudian kamu menganggukkan kepala kaku. Membuat senyuman dibibir Mark semakin mengembang.
"Berarti hitunganku bener." kata Mark sambil tertawa kecil. Kamu gugup. Mark menelungkupkan kedua telapak tangannya diwajahmu. Ibu jarinya mengelus pelan pipimu yang mulai berisi.
"Jangan gugup. Emangnya aku nyeremin ya?" tanya Mark.
Kamu menelan ludahmu dan menggeleng. Diam-diam kepala Mark mulai mendekat dan ketika wajahnya berada tepat didepan matamu, secara refleks kelopak matamu tertutup.
Detik demi detik berlalu namun kamu tidak merasakan sesuatu yang terjadi padamu. Dengan perlahan kamu membuka mata dan terlihatlah Mark yang sedang menahan tawanya. Tawa keras Mark pecah begitu kamu membuka mata secara keseluruhan.
"Nungguin apa, hm?" tanya Mark merayumu.
Kamu tidak dapat menahan rasa malu yang membuncah didalam dirimu. Sebelumnya kamu tidak pernah merasa malu yang benar-benar memalukan seperti ini. Tawa Mark mereda dan membantumu untuk duduk tegak diatas sofa.
"Maaf, hehe." kata Mark. Kamu tidak meresponnya karena perasaan malu dan kesal yang bercampur didalam dirimu.
"Maaf sayang, kamu kenapa ngambek sih? Ngambek gajadi aku cium, hm?" tanya Mark yang membuatmu seketika melotot.
"Engga!!!" teriakmu dan menghujani lengannya dengan pukulan-pukulan.
"Yaudah, yaudah. Aduh! Stop dong, aku kan udah minta maaf." kata Mark meminta ampun. Kamu berhenti memukulinya dan menatap ke lain arah.
Tiba-tiba Mark bangkit dan mengangkat tubuhmu. "Mark!!!!" pekikmu dan menggerak-gerakkan kedua kakimu yang tidak lagi menapak lantai.
"Ayo ganti baju, kita pergi jalan-jalan." katanya sebelum membawamu masuk kedalam kamar.
"Mau makan dulu?" tanya Mark meraih tanganmu dan mengusapnya lembut.
Kamu menggeleng. "Aku masih kenyang. Tapi kalau kamu laper gapapa, aku temenin makan." balasmu dan balik mengusap jempol Mark.
Mark tersenyum. "Aku juga masih kenyang. Ke mall aja ya." kata Mark bersamaan dengan lampu lalu lintas yang berubah menjadi hijau. Menginjak pedal gas dan menyetir dengan sebelah tangannya, sedangkan satunya lagi tetap berada diatas punggung tanganmu.
"ini cocok buat kita." kata Mark sambil menodongkan sebuah pakaian tidur berpasangan padamu.
"Ambil aja Mark. Aku suka." balasmu dan Mark mengangguk.
Kalian kembali berjalan dan singgah pada susunan parfum-parfum. Setelah mengambil dua botol parfum kesukaanmu kamu beralih pada kosmetik dan produk kecantikan lainnya.
Mark terus mengekorimu dan memandangimu yang sibuk berbelanja, sesekali ia melirik beberapa barang yang menurutnya menarik.
"Mark, sini deh." panggilmu tanpa memalingkan wajahmu dari dua buah lipstik ditanganmu.
"Buat ngajar cocok yang mana? Mate atau basah?" tanyamu pada Mark sambil menunjukkan dua buah lipstik dikanan dan kiri tanganmu.
Mark menatap lipstik ditangamu dan kemudian menatapmu. Sedangkan kamu menunggu tanggapan dan saran yang akan keluar dari bibirnya.
"Dua-duanya." balas Mark.
Kamu mengangguk dan memasukkan dua buah lipstik itu dikeranjang belanjaan. Namun ketika kamu hendak mencari kebutuhanmu yang lainnya, Mark menarik pergelangan tanganmu sehingga tubuhmu menempel pada tubuhnya.
"Akhirnya juga dua lipstik itu bakalan aku yang ngerasain dari kamu." kata Mark dan mengecup sekilas bibirmu.
✖✖✖✖✖✖
garing yaa wokwko
See you
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Life : with Mark
Fanfictionft. nct mark [17+] ⇛ BAHASA ↬Mark itu suamiable walaupun lebih muda dari kamu. ⚠cheesy & cringe ©2019 by dyna-ssi