[10] Here We Go

15.6K 1.5K 125
                                    


Kamu merentangkan kedua tanganmu setelah mendarat dengan selamat di Haneda Airport , Tokyo. Menghirup dalam-dalam udara yang terasa sedikit lembab karena gerimis yang membasahi tanah Jepang sore ini. Dan untuk kedua kalinya, kamu menginjakkan kakimu disana.

Kamu memiringkan tubuhmu untuk mengecek posisi Mark yang mengekorimu dibelakang sana. Ia terlihat sedikit kesusahan membawa dua koper dikanan dan kiri tangannya sedangkan kamu berdiri jauh didepannya tanpa membawa apapun, hanya tas gendong kecil yang berada dipundakmu. Mendadak kamu kembali kedalam duniamu, berlari kencang menghampirinya dan mengambil alih satu koper coklat milikmu dari genggaman tangan Mark.

"Yaampun aku sampai lupa ada kamu. Hehe maaf ya Mark." ujarmu sambil menggaruk leher belakangmu. Menunjukkan sebuah cengiran tidak enak pada Mark karena telah mengabaikannya.

Mark menghela nafas dan tersenyum tipis. Ia membawa tangannya ke atas kepalamu dan mengusapnya perlahan. "Iya aku maafin. Tapi lain kali liat-liat sekeliling kamu, ntar kalau ada orang yang mau macem-macem sama kamu gimana?" balas Mark.

Kamu ingin membalas perkataannya sebelum Mark menarik tanganmu dan kalian berjalan beriringan untuk menunggu mobil jemputan. Kalian berdua duduk pada salah satu kursi diteras toko tanpa berbicara apapun. Ramainya trotoar dengan manusia-manusia berjas rapi dan berpayung menjadi pemandangan langka untukmu dan Mark saat ini.

Kamu melirik Mark yang sedang menatap lurus jalanan. Kamu khawatir Mark masih sedikit marah karena masalah kecil tadi itu. Kamu menggeleng-gelengkan kepalamu. Tidak, Mark bukan 'anak kecil' lagi yang akan merajuk hanya karena hal sepele. Sungguh bukan gaya seorang Mark Lee.

Tiba-tiba kamu merasakan hawa dingin yang menyelimuti anggota tubuhmu. Beruntungnya, kamu menggunakan skinny jeans yang cukup menutupi kakimu sampai batas mata kaki. Semuanya aman kecuali telapak tanganmu. Kamu tidak terbiasa mengenakan kaus tangan, lagipula kamu dan Mark berkunjung ke Jepang tidak saat salju turun.

Mark menolehkan kepalanya saat menyadarimu sedang menggesekkan kedua telapak tanganmu. Kamu sedikit tersentak saat sebuah tangan menggenggam telapak tanganmu dan memasukkannya kedalam kantung jaketnya. Kamu menatap Mark yang diam-diam tersenyum masih dengan menatap lurus jalanan.

"Masih dingin?" tanya Mark. Kini ia mengarahkan pandangannya padamu. Kamu mengangguk sebagai balasan. Lalu tiba-tiba Mark mendekatkan wajahnya kebelakang telingamu. Kemudian ia membisikkan sesuatu disana.

"Nanti kalau udah sampai, aku angetin lagi. Mau gak?" lirih Mark sambil menahan tawanya dalam hati. Sangat menyenangkan menjahilimu seperti ini, pikirnya.

"Oh kamu mau buatin aku teh anget? Atau wedang—IH MARK MESUMMM!" kamu langsung meneriakinya dan menghujam Mark dengan pukulan-pukulan dibahunya begitu kamu paham akan kalimat yang Mark katakan.

"Kamu ngambek?" tanya Mark sambil mencoba memutar tubuhmu supaya menghadapnya. Kamu menurut pasrah ketika Mark membawamu kedalam sebuah pelukan hangat.

"Maksud aku angetin kayak gini. Emangnya kamu mikir apaan?" ujar Mark, masih mengurung tubuhmu dalam dekapannya.

Pipimu memanas. Dengan perlahan kamu melepaskan pelukan kalian dan menatap Mark malu. "Uhm, y-ya..ga gitu, akukangataukalaucumapeluk." ucapmu secepat kilat. Mark tertawa kencang dan menarik sebelah pipimu gemas.

"Eh, itu mobilnya udah sampai. Ayo!" ajak Mark ketika CRV hitam terparkir tak jauh dari tempatmu dan Mark duduk. Mark mengetahuinya karena sebelumnya orang itu sudah memberitahu Mark tentang tipe dan model mobilnya itu.

Dengan segera Mark menggandengmu dengan sebelah tangannya, sedangkan satunya lagi menarik koper. Begitu pula denganmu. Mark membukakan pintu untukmu dan menyuruhmu untuk masuk terlebih dahulu. Kemudian Mark menarik dua koper kalian dan memasukkannya ke bagasi mobil.

Marriage Life : with MarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang