Terdengar pintu kamar yang terbuka lalu tertutup, menandakan bahwa seseorang baru saja masuk. Kamu yakin seratus persen itu adalah Mark. Dengan gerakan cepat kamu berbaring menyamping dan menaikkan selimut hingga batas dada. Berlagak seakan-akan kamu telah terlelap.
Mark sepertinya percaya-percaya saja diatas sandiwaramu. Ia lantas meletakkan tas hitamnya dan berlalu kedalam kamar mandi. Setelah sekitar sepuluh menit mengguyuri tubuh lelahnya dengan air hangat, Mark keluar dengan piyama tidur yang kalian beli tempo hari.
Omong - omong, kini Mark sudah bergelar sebagai seorang dokter ahli bedah. Pekerjaan impiannya sejak dahulu. Setelah melewati perjalanan panjang dan usaha keras yang sangat menguras otak, akhirnya Mark dapat menikmati profesinya itu sekarang.
Malam ini Mark pulang sangat larut. Jadwal operasi sangat padat hari ini. Sampai-sampai Mark lupa mengabarimu bahwa ia akan pulang terlambat. Namun saat tiba dirumah tadi Mark bernapas lega karena kamu tidak menunggunya. Tanpa ia ketahui, bahwa sebenarnya kamu sangat khawatir padanya.
Meskipun demikian, kamu masih mencoba untuk menghindari Mark. Semenjak Mark berlaku lebih 'dewasa' akhir-akhir ini, kamu sedikit takut saat ia tiba-tiba mendekatimu. Oleh sebab itu lah kamu berpura-pura tidur sekarang ini. Karena kamu yakin, Mark tidak akan berbuat sesuatu ketika kamu terlelap.
Kamu merasakan sebuah lengan melingkar ditubuhmu. "Goodnight, princess. Sleep well and have a nice dream. I love you a lot." bisik Mark dibelakangmu.
Kamu diam-diam menyunggingkan sebuah senyuman. Entah kenapa Mark terdengar berkali-kali lipat lebih manis disaat seperti ini, disaat untaian kalimat romantis yang keluar dari bibirnya tanpa suatu perencanaan. Bukan ketika ia bertingkah 'nakal' dan terus menggodamu. Pipimu memanas sendiri membayangkannya.
Kamu membuat gerakan menggeliat dan berakting seperti seseorang ketika waktu tidurnya terganggu. "Mark?" tanyamu dengan suara rendah yang disengaja, menyerupai orang bangun tidur. Kamu menghadapkan tubuhmu padanya.
Mark nampak sedikit terlonjak kaget. "Eh kebangun ya?" tanyanya merasa bersalah. Kamu menggeleng dan membenamkan wajahmu pada dada bidangnya. Menghirup dalam aroma mint yang menyeruak indra penciummu.
Mark bergeming namun sebelah lengannya yang melingkari tubuhmu bergerak naik. Menyisir pelan suraimu dengan jemarinya. Kamu mencoba untuk memejamkan mata dan menikmati saat-saat Mark menyayangimu seperti ini.
"Ada masalah dirumah sakit?" tanyamu dengan suara yang tertahan di dadanya.
"Engga." balas Mark. Usapannya pada kepala bagian belakangmu masih berlangsung. "Aku ada jadwal operasi tiga kali hari ini." imbuhnya.
Kamu seketika menatap wajah Mark. "Ugh, jadi dokter ternyata nguji mental juga ya. Kamu ga takut apa?" tanyamu penasaran, mencoba untuk membangun obrolan pelepas penat pada diri Mark.
Mark menggeleng dan tersenyum lebar sebelum menggumamkan sesuatu. "Lebih takut kalau kamu ninggalin aku." balasnya.
Dengan refleks kamu menyubit kecil pinggangnya. "Ya ga mungkin lah!" sanggahmu lantang. Memang terkadang Mark sering berbicara sesuatu yang impossible.
"Tapi beneran, aku takut kamu ninggalin aku." katanya lagi, terdengar lebih serius dari yang sebelumnya. Kamu menanggapi perkataannya dengan sebuah kecupan ringan dibibir.
"Terima kasih udah nerima laki-laki yang lebih muda dari kamu ini buat memimpin keluarga. Terima kasih juga karena udah nerima aku apa adanya, ngadepin sifat pencemburuku dan nyayangin aku dengan sepenuh hati. Kamu tau, aku laki-laki beruntung bisa millikin kamu untuk selamanya." kata Mark diakhiri dengan menempelkan bibirnya pada dahimu. Menciumnya cukup lama seakan menyalurkan perasaannya.
Kamu membatu. Lidahmu kelu dan tidak dapat membalas perkataannya. Yang dapat kamu lakukan hanya mempertemukan bibirmu dengan miliknya. Menumpahkan semua perasaanmu dengan sebuah sentuhan dan gerakan pada bibirnya.
"MARK KITA KESIANGAN!" pekikmu kencang ketika menyalakan ponsel disamping tempat tidurmu dan melihat angka yang menunjukkan pukul 09.40
Lebih dari terlambat.
Mark bergumam dengan mata tertutup. Namun bukannya bangun, ia malah membenarkan posisi tidurnya dan memunggungimu. Melihat hal itu membuatmu geram dan melemparkan sebuah bantal pada Mark.
Tidak ada tanda-tanda risih dari Mark atas perlakuanmu. Ia masih pulas dengan dengkuran kecil yang terdengar. Kamu semakin geram padanya dan saat itu juga sebuah ide gila terlintas diotakmu.
Dengan perlahan, kamu menaiki tubuh Mark dan duduk diatas pinggangnya yang sedang menyamping. Kamu mencondongkan tubuhmu kedepan dan bersiap-siap untuk meneriakinya.
"MARK SAYANG BANGUN GAK!!!" teriakmu tepat didepan telinganya.
Mark terperanjat dan seketika membuat tubuhnya menjadi keadaan terlentang dengan kamu diatasnya. "Apasih?" tanyanya setengah sadar.
"Lho lho, kamu ngapain disitu?!" pekik Mark ketika menyadari kamu sedang menindihnya.
"LAGI MASAK—YA BANGUNIN KAMU LAH! MAU KERJA ENGGAK?!" teriakmu dan tubuhmu sedikit bergerak.
"Sekarang jam berapa?"
"Jam setengah sepuluh. Puas tidurnya?" balasmu ketus. Dan hendak bangun dari posisimu.
Mark terlihat santai lalu kemudian mengeram tertahan ketika kakimu tidak sengaja menyentuh 'sesuatu' dibawah sana. "Ngh, gausah kerja aja." katanya dengan wajah memerah menahan libidonya yang melonjak naik.
Dengan pelan Mark membawamu untuk berbaring didadanya. Kamu berulang kali mencoba memberontak atas perlakuannya itu namun gagal.
"Kangenn." rengek Mark manja.
❌❌❌❌
menurut kalian Mark disini tuh gimana si???
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Life : with Mark
Fanficft. nct mark [17+] ⇛ BAHASA ↬Mark itu suamiable walaupun lebih muda dari kamu. ⚠cheesy & cringe ©2019 by dyna-ssi