[14] Sensi

17.6K 1.4K 112
                                    

Ting!

Lucas ganteng
| Siang bu;)

Kedua alis tebalnya mengerut,wajahnya mulai memanas akibat perasaan marah dan cemburu. Dengan cepat Mark membuka kunci ponselmu. Setelah membaca notifikasi pesan dilayar lockscreen tadi, emosi Mark mulai tersulut. Terlebih lagi dengan nama kontak yang menjijikkan seperti itu, Mark ragu Lucas-lah yang menamai nomor ponselnya seperti itu. Membayangkannya membuat Mark semakin dilanda kecemburuan.

You blocked Lucas ganteng

Mark menyeringai puas. Rasakan, sekarang Lucas tidak akan bisa menghubungimu lagi. Gumam Mark dalam hati.

Padahal hanya dengan satu pesan sapaan saja, Mark langsung terbakar rasa cemburu dan berakhir memblokir nomor Lucas diponselmu.

Tak lama kemudian pintu bercat putih itu terbuka. Kamu melangkah masuk setelah menyelesaikan keperluanmu dari kamar kecil. Untung saja letak kamar kecil dirumah sakit tempat Mark bekerja tidak begitu jauh dari ruangan Mark, sehingga kamu tidak perlu membuang-buang waktu untuk berjalan.

Jam makan siang saat ini terasa berbeda bagi Mark. Karena ini merupakan pertama kalinya kamu datang dan membawakan makan siang untuk Mark. Itulah mengapa Mark sendiri terlihat senyum-senyum tidak jelas sedari tadi, sebelum pesan sialan dari Lucas itu menghancurkan euforia kesenangannya. Berhubung kamu tidak membawa ponsel saat kekamar kecil, Mark dengan leluasa dapat mengobrak-abrik seluruh isi ponselmu.

"Mark?" Panggilmu setelah mendudukkan tubuhmu dihadapannya yang terhalangi meja kerjanya.

Mark meletakkan ponselmu. "Udah selesai?" Tanya Mark kini melepaskan kacamatanya.

Kamu mengangguk. "Kok belum dimakan sih?" Kamu segera menyiapkan makanan yang telah kamu bawa. Menyuruh Mark untuk segera memakan makan siang itu.

Alih-alih menuruti perintahmu, Mark malah menunjukkan wajah masamnya. "Kamu ngasih nomor telfon ke Lucas-Lucas itu?" Tanya Mark to the point. Bahkan kini sepasang matanya sudah menatapmu penuh intimidasi.

Kamu menarik nafas panjang dan menghembuskannya, membalas tatapan mata Mark sebelum menjawab pertanyaannya. "Iya." Balasmu singkat.

Terdengar hembusan nafas kasar didepanmu. Ternyata Mark mendengus dengan raut masamnya. Tanpa mengucapkan kalimat apapun, Mark mulai menyantap makan siangnya.

Kamu menunggu hingga waktu istirahat Mark selesai. Merasa bosan karena Mark yang terlihat mengabaikan keberadaanmu setelah ia melayangkan pertanyaan tadi. Kamu memijat dahimu pening lantaran menghadapi sifat cemburuan Mark yang sudah memasuki level akut ini.

Akhirnya kamu juga memilih untuk bungkam, meraih ponselmu yang tergeletak diatas meja. Membuka beberapa aplikasi secara acak dan rasa bosanmu tidak juga menghilang.

"Mark." Panggilmu lirih. Mark yang sedang menelan makanannya pun hanya menanggapi dengan gerakan kepala, tanpa menatapmu.

"Mark sayang." Panggilmu manja. Pertahanan Mark tidak runtuh, ia masih menanggapimu seperti yang sebelumnya.

Terbesit ide cemerlang diotak pas-pas an mu. Dengan gerak pelan kamu bangkit dan menempatkan dirimu tepat dibelakang tubuh Mark. Mark tidak menyadari pergerakanmu dan tiba-tiba ia merasakan pijatan lembut dikedua pundaknya. Mark menyelesaikan kunyahannya dan menoleh kebelakang. Sedikit tersentak saat mendapatimu berdiri dibelakang kursinya dengan kedua telapak tangan lentik yang memijat lembut bahu Mark.

Kini sepenuhnya pikiran Mark terisi olehmu. Bagaimana tidak? Kamu terus-terusan menggodanya dengan sengaja menggerakkan tanganmu dileher Mark. Cukup! Mark tidak tahan lagi!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 14, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Marriage Life : with MarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang