[3] Drunk

16.5K 1.8K 56
                                    

Sebelum baca vote dulu ya, kamu. Vote ga bayar kok, hehe









"Elah segelas doang, yakin laki lo?" kata pria berkulit putih pucat itu yang menawarkan segelas alkohol pada Mark. Mark terus menolak karena memang belum pernah dan tidak berminat untuk mencoba hal-hal seperti itu.

"Mark, lagian ini buat ngerayain tahap koas kita yang barusan rampung. Lo ga seneng kita bentar lagi jadi dokter?" bujuk pria itu lagi. Mark mendengus dan merampas gelas yang berisi alkohol itu. Diteguknya isi gelas itu hingga tandas.

"Puas?" kata Mark dan menghapus jejak air yang tertinggal dibibirnya. Sedangkan temannya itu tertawa puas dan kembali meneguk minuman ditangannya. Merasakan sensasi panas air itu yang membakar tenggorokannya.

"Heran gue sama lo Der, jadi dokter tapi kok goblok gini. Lo tau kan alkohol ga baik buat tubuh? Mau mati lo?" ucap Mark dan membenarkan posisi duduknya diatas sofa empuk rumah pria berkulit putih pucat itu.

"Ya gue tau. Mati sih ga mungkin, nakal sekali kali gapapa kali Mark." balasnya.

Mark menggeleng. "Jadi, lo mau kan nemenin gue minum malem ini?" tanya pria itu lagi.

Mark mengisi penuh gelasnya. "Ayoklah,"





"Duh, nyusahin banget ni bocah. Tau gitu ga gue ajak minum."

Ting Tong

"Mana ga pake dibuka lagi ni pintu. WOI ADA ORANG GA SIH?!" teriak pria itu sambil menahan tubuh Mark yang sempoyongan didepan pintu apartment Mark.

Pintu terbuka dan kamu terkejut saat mendapati Mark dengan tubuh yang merunduk, matanya sedikit terpejam.

"Tolong ini suami lo nyusahin banget. Lempar dikamar mandi aja biar mati sekalian." kata pria itu dan menyerahkan Mark padamu.

"E-eh? Ini kenapa Mark bisa begini?" tanyamu panik dan berusaha menahan berat badan Mark dibahumu.

"Dia mabuk. Oh iya, gue Hendery. Kalo Mark sadar bilang suruh telpon gue, utang dia belom lunas. Gue duluan, bye." kata pria itu dan berlalu.

Kamu dengan susah payah menuntun Mark masuk kedalam dan menghempaskan tubuh itu keatas sofa. Mark mendengkur halus dengan mulut terbuka. Kamu ingin tertawa saja rasanya namun sebisa mungkin kamu tahan.

Kamu merasa tidak tega jika meninggalkan Mark begitu saja disana. Akhirnya kamu berinisiatif untuk melepas kaus kakinya.

Kamu duduk disebelah Mark yang terbaring disofa dengan kepala yang menumpu disenderan sofa, sedangkan kaki panjangnya terjatuh begitu saja menyentuh lantai.

Kamu menunduk dan menarik lepas kedua buah kaus kaki Mark, setelah itu kamu beralih menatap Mark.

"Der, Hendery. Sini lo." racau Mark dengan mata tertutup. Namun kedua tangannya bergerak kesana kemari.

Kamu hendak bangkit namun-

Huekk

Mark muntah. Kamu menatap Mark dengan kondisi mengenaskan. Kamu menghembuskan nafas pelan dan berjalan kedapur untuk mengambil air.

Kamu kembali dengan sebaskom air hangat dan handuk. Kamu lagi-lagi menghela nafas panjang. Jika saja Mark bukan suamimu, kamu tidak akan rela melakukan ini.

Satu persatu kancing kemeja Mark yang terkena muntahannya terlepas, kamu menaruhnya disisi lain sofa. Setelah itu kamu mengelap dada Mark dengan kain yang kamu peras.

"Nah udah selesai." katamu menatap Mark yang kini masih bertelanjang dada. Kamu masuk kekamar untuk mengambil selimut untuk Mark.

"Tidur yang nyenyak ya Mark, aku masuk kekamar dulu."

Namun tiba-tiba pergelangan tanganmu ditahan. Kamu terdiam dan melihat ternyata ulah Mark. Tetapi matanya masih terpejam. Tanganmu ditarik lagi hingga kamu jatuh diatas paha Mark.

Kedua lengan Mark memelukmu dari belakang dan mulutnya bergumam hal tidak jelas. Karena tidak nyaman, kamu membalikkan badan dan mendapati Mark yang masih tertidur pulas. Lengannya masih melingkar diperutmu.

Kamu bingung harus berbuat apa. Pelan-pelan kamu bangkit dari pangkuan Mark namun Mark malah memelukmu dan membuat kalian terbaring disofa.

Kamu mengaduh dalam hati. Mark mengubah posisi kalian dengan kepala dan kaki masing-masing diujung sofa. Kemudian ia membenamkan wajahmu didadanya.




Kamu mengerjap pelan setelah merasa tanganmu menyentuh kulit seseorang. Setelah menyesuaikan penglihatanmu, kamu pun membuka perlahan kelopak matamu.

"Morning." sapa Mark yang kini tengah menatap kedalam matamu.

Kamu terbelalak dan membuka selimut yang membungkus tubuh kalian berdua. Jadi semalam kamu tertidur diatas sofa dengan Mark?!

Kamu tak bersuara. Kamu dan Mark saling membalas tatapan mata. Tanpa sadar, kamu mengeratkan pelukanmu dipinggangnya.

"Diluar hujan. Dingin?" tanya Mark. Kamu mengangguk dan Mark memelukmu erat.

Mark tertawa melihatmu. Ia tidak sadar sama sekali dengan kejadian semalam. Mark juga bingung kenapa kalian bisa disini, dengan keadaan Mark yang tak memakai atasan lagi.

"Mark," panggilmu teredam dadanya. Mark berdeham menanggapimu.

"Kamu kemarin kenapa mabuk?"

Mark merutuki dirinya. Sial, ia menuruti ajakan Hendery tadi malam. Sekarang Mark bingung harus berkata jujur padamu atau tidak.

"Kamu minum ya?" tanyamu lagi. Mark masih bergeming. Kamu sedikit memberikan jarak tubuhmu dengan Mark dan menatap Mark dalam.

"Jujur."

Mark menghela nafas dan mengusap pipimu. "Iya, aku diajak Hendery minum kemarin. Maaf ya." kata Mark.

Entah dapat keberanian darimana, kamu memajukan wajahmu dan mengecup bibir Mark. Mark turut membalas perlakuanmu. Setelah cukup lama bibir kalian saling tertaut, kamu melepaskannya dengan nafas memburu.

"I love you," kata Mark dan menempelkan dahinya pada dahimu.




✖✖✖✖✖✖

See u in next chap~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

See u in next chap~

Marriage Life : with MarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang