43. Keputusan (2)

48 3 0
                                    


"Gue" Anja menunjuk dirinya

"Ck, bukan noh ibuk kantin" ketus Aira

"Kalau lo belum bisa gak pap..."

"Gue ikut" jawab Anja memotong ucapan Amanda

"Oke"

*****
Keadaan kantin cukup ramai di penuhi oleh para siswa yang tengah sibuk membeli makanan untuk mengisi perut mereka yang lapar

"Kantin kuy" ajak Aira

"Deluan aja ntar gue nyusul" kata Anja

"Emang lo mau kemana?" tanya Novia

"Gue ada perlu sama kak Dimas" jawab Anja

"Cie sekarang main nya sama kak Dimas, ciee" goda Aira

"Apa'an sih lebay banget, udah ayok gue laper" kesal Amanda lalu pergi meninggalkan sahabat'nya

"Eh dasar kecebong anyut" ejek Aira

"Yaudah kita deluan ya Ja" pamit Novia

"Iya, sisain bangku buat gue duduk ya" ucap Anja terkekeh di balas acungan jempol dari Novia

"Huh, tenang Anja semoga ini menjadi keputusan yang terbaik" gumam Anja meyakinkan dirinya

Anja berjalan menuju ruang UKS, Anja berharap semoga Dimas ada di sana, karena Anja tadi sempat melewati kelas Dimas tak ada satu orang pun di dalamnya, termasuk Dimas

"Mungkin lagi di UKS" gumam Anja berjalan ke ruang UKS

"Permisi, boleh masuk kak?" ucap Anja yang melihat Dimas tengah asik bermain game online

"Anja, boleh lah, lo kan anggota PMR juga, ngapain minta izin segala" kata Dimas setelah mematikan handphone nya

"Hehe, tadi gue liat kak Dimas lagi asik main game, takut ganggu" kata Anja

"Santai aja kali Ja, eh Btw ada apa lo kesini?" tanya Dimas

"Hm, jadi gini kak, gue...."

Tok tok tok

"Permisi kak, mau minta minyak angin buat temen saya lagi sakit perut" ucap salah satu siswa kelas X

"Ooo iya dik sebentar ya" ucap Dimas sopan ingin beranjak dari tempat duduknya

"Gue aja yang ambilin kak" kata Anja menahan Dimas untuk mengambil minyak angin

"Nih dik, kalau teman nya gak sanggup buat ngikutin pelajaran bawa ke UKS aja ya dik" ucap Anja memberi tahu

"Iya kak, makasi ya kak Anja" ucap adik itu

Setelah adik kelasnya sudah pergi, Dimas kembali menanyakan ucapan Anja yang sempat terpotong tadi

"Lanjut Ja" ujarnya

"Hm, jadi gini kak, gue mau ngundurin diri dari ekskul PMR ini" ucap Anja menunduk, ia takut apa yang akan Dimas katakan tentang dirinya nanti

"Anja lo becanda kan?" tanya Dimas terkekeh

"Gue ser...serius kak"

"Tapi kenapa lo tiba-tiba ngundurin diri lo?"

"Apa karena omongan Reynan yang dirumah sakit?" tanya Dimas spontan

Tanpa Anja inginkan ia meneteskan air matanya "eng....engga kak" gugup Anja

"Kalau engga kenapa lo nangis?" tanya Dimas seolah memaksa Anja untuk jujur

"Gue...gue udah ambil keputusan ini kak"

"Dan ngebiarin Reynan bangga karena ucapannya yang kemarin itu benar?" lanjut Dimas

"Segampang itu buat jatuhin semangat lo Ja? Lo disini buat bantuin orang-orang yang lagi sakit bukan untuk di puji sama orang-orang. Lo sebagai anggota PMR harus terima apapun yang dikatakan orang-orang buat lo, itu udah jadi resiko lo, harusnya lo jadikan itu sebagai motivasi buat lo, bukan malah jadi lemah dan ngundurin diri kaya gini, kalau kayak gini, lo sama aja ngebuktiin kalau ucapan orang-orang diluar sana tentang diri lo benar" ucapan Dimas sangat berefek buat Anja

"Gue juga tau, lo udah ngundurin diri kan dari Osis" ucap Dimas

"Ka...kakak tau dari mana?" tanya Anja

"Gk penting gue tau dari mana, yang jelas gue gak suka cara lo yang kayak begini"

"Tap..."

"Apa yang lo dapatin setelah ngambil keputusan kayak gini? Apa dengan cara ini lo bakalan buat orang-orang percaya lagi sama lo, engga kan?, ck lo harusnya nge buktiin Ja kalau lo gak salah, lo gak ada niatan buat Sabina celaka, kejadian kemarin itu semua nya diluar dugaan lo, gue bahkna semua anggota PMR lainnya. JADI STOP BUAT NYALAHIN DIRI LO SENDIRI" ucap Dimas lalu pergi meninggalkan Anja yang masih terduduk sambil menundukkan kepalanya, ia mencerna setiap perkataan Dimas barusan

"Yaa kak Dimas benar, gue harus buktiin kalau gue gak salah" gumam Anja lalu menghapus air matanya

*****
Tak terasa kini bel sudah berbunyi bertanda bahwa jam istirahat sudah berakhir, Anja yang belum sempat ke kantin pun merasakan lapar yang kini sedang di landanya, sepertinya cacing-cacing di perut Anja meronta-ronta ingin meminta asupan makanan

"Gue laper" gumam Anja

Anja berjalan lemas dengan wajah yang di tekuk, ia berniat ingin membeli makanan yang ada di kantin, tapi seseorang memanggil namanya membuat Anja berhenti dan menoleh ke belakang

"Anja" panggil orang itu

"Iy...iya buk" sahut Anja, ya orang itu adalah buk Lia wali kelas nya

"Kenapa kamu belum masuk ke kelas, kamu gak denger bunyi bel?" tanya buk lia

"Denger kok buk, ini saya mau masuk ke kelas" jawab Anja

"Kalau begitu, saya minta tolong ambilkan buku saya yang tertinggal di perpustakaan, buku berwarna hijau di atas meja buk Santi" ucap buk Lia memberi tahu Anja

"Baik buk" ucap Anja dengan senyum sumringahnya, ia sangat senang karena dengan begitu ia bisa sekalian ke kantin. karena perpustakaan mereka dekat dengan kantin dan juga rooftop sekolahnya

"Oke gue bakalan ke perpus dulu, habis itu gue ke kantin beli makanan, terus gue pergi ke rooftop sekolah buat gue makan, ck Anja lo emang anak pintar, bener yang mama gue bilang" ucap Anja dalam hatinya sambil memikirkan strategi

"Heh, kenapa kamu senyum-senyum?" tanya buk Lia, membuat Anja tersadar dari alam mem batinnya

"Hehe gk papa buk" jawab Anja dengan senyum manisnya

"Habis dari perpustakaan langsung masuk ke kelas, jangan mampir kemana-mana lagi" tegas buk Lia

Pupus sudah harapan Anja, strategi yang ia pikirkan tadi sudah lenyap dengen perginya buk Lia yang meninggalkan Anja yang masih berdiri diam di tempatnya

"Sabar ya cing, orang sabar nanti rezeki makan nya banyak" ucap Anja menunduk berbicara pada cacing-cacing yang berada di perut nya.















































Hai guys, jangan lupa Vote and coment nya 😂👋
Saranghae💙

Okeh guys bye bye, tunggu part selanjutnya ya :)

@unicorn 💙

UNICORN [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang