#03 Kurang Teliti

181 7 1
                                    

Dingin udara pagi menembus kemeja yang terbalut jaket saat motorku mulai menyusuri jalan Solo-Jogja pagi itu. Dalam perjalanan menuju tempat tes aku terus berdoa agar diberi keselamatan. Hari ini langit sangat gelap karena mendung yang terus menyelimuti beberapa minggu terakhir. Saat di lampu merah aku teringat kata-kata ibu ku saat tadi berpamitan.

"Buk...Pak... Ian pamit dulu yaa. Doakan lancar mengerjakan tes hari ini." sambil kucium kedua tangan dan memeluk mereka.
"Iyaa, Le. Bapak selalu berdoa untuk kesuksesanmu."
"Ibuk pun juga. Pesen ibuk kerjakan sebisamu jangan pernah berbuat curang seperti mencontek, jangan lupa juga berdoa sebelum tes dimulai dan bersyukur jika dapat mengerjakan soal-soal nya." sahut ibu.
"Aamiin ya Allah, Ian berangkat dulu." kataku yang sudah duduk diatas motor.
"Jangan lupa bawa jas hujan." teriak bapak mengingatkan.
"Ibuk berdoa hari ini hujannya malam saja." sahut ibuk ke bapak.

Aku tersenyum mengingat kata-kata dari ibu, tapi perlu kalian tahu semua yang dikatakan ibuku jarang meleset. Dan hari ini perkataannya terbukti walaupun mendung, sampai aku tiba di tempat tes pun tidak ada air hujan yang turun membasahiku.
Kebetulan tempat tes SBMPTN yang aku dapat berada di Fakultas Ekonomi dan Bisnis di Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS).

Sebuah kampus yang aku impikan pun menjadi sejarah penentu untuk ku. Kadang aku merasa seperti sudah digariskan Allah SWT untuk diterima di UNS, namun seringkali ketakutan jika ini memang hanyalah kebetulan biasa lebih mendominasi pikiranku.

"Saya akan membacakan aturan dari tes SBMPTN 2017 tolong diperhatikan dengan seksama." kata salah satu pengawas ruangan.
"Nanti semisal ada kecurangan yang dilakukan, kemungkinan terburuk kalian tidak akan bisa diterima walaupun nilai kalian bagus." pengawas kedua menambahkan.

Tidak lupa aku berdoa sebelum soal tes dibagikan agar hari ini akan kemudahan dan pertolongan dari-Nya. Baru sekitar lima menit berlalu pensil ku malah tumpul karena terlalu kutekan ke kertas LJK nya. Karna tidak ada pensil cadangan yang kubawa, seketika muncul rasa panik dan keringat bercucuran dari wajah ku. Untung saja peserta di sampingku membawa rautan.

"Ssssssst, anu mbak mau pinjem rautan boleh ?" tanyaku memelas.
"Boleh mas, cepetan." sahutnya cukup keras.
"Makasih mbak." jawab ku pelan.

Mungkin karena suara mbak nya yang lumayan keras salah satu pengawas yang berkeliling lansung menatapku dengan sinis. Di satu sisi aku merasa tertolong, tetapi karena kejadian ini aku mendapat teguran dari pengawas ruangan.

"Mas, yang jujur mengerjakannya. Kalau memang tidak bisa kenapa harus nyontek." kata pengawas dengan suara yang terdengar seisi kelas.
"Saya pinjam rautan pak, pensil saya tumpul." jawab ku lirih.
"Kamu ini niat ikut tes tidak ? suaranya semakin keras.
"Maaf pak saya lupa." muka ku tertunduk
"Jangan-jangan kamu juga lupa sudah belajar apa saja?" satu kelas menertawakanku.
"Tenang semua !!! Lanjut mengerjakannya." sahut pengawas itu sambil berjalan menjauh dariku.

Dengan muka yang memerah akibat sindiran pengawas dan tawa dari seisi kelas, aku merasa malu pada diriku sendiri. Mengapa disaat sepenting ini kebiasaan lupa muncul dan mengacaukan segalanya. Lirik lagu manusia bodoh dari Ada Band terus terniang di kepalaku.

Mungkin ada sekitar tiga puluh menitan waktu terbuang karena aku hanya diam mematung setelah kejadian itu. Namun kalau mengingat orang-orang yang telah mendukungku dan usaha yang telah aku lakukan selama sebulan ini. Aku mulai menggenggam pensil lagi dan mengerjakan soal SBMPTN.

"Alhamdulillah." ucapku setelah selesai mengerjakan soal.

Aku tahu mereka yang ada di kelas ini memang telah berusaha mati-matian dalam belajar. Mungkin banyak dari mereka yang usahanya lebih keras daripada usahaku. Sekarang hanya tinggal berdoa dan menyerahkan sisa nya pada yang diatas. Aku lalu keluar meninggalkan ruangan dan tidak lupa memberi kabar pada orang tuaku dan seseorang yang telah mengajariku.

"Alhamdulillah tes nya udah selesai." tulis ku singkat.
"Lho kok cepet banget ?" balasnya.
"Iyaa, tapi aku ngerasa nya lama banget pas ngerjain." jawab ku.
"Tapi bisa kan ngerjainnya ?"
"Iyaa bisa, tapi kurang."
"Kurang apa Yan ?" tanyanya.
"Kurang motivasi." jawab ku mengingat kejadian pas diruangan tes tadi.
"Semangat Yan."
"Makasih ya." mendadak mata ku sendu.

Hari ini aku bersyukur bisa mengerjakan tes SBMPTN, walaupun mungkin ada beberapa hal yang mengganggu pikiranku. Namun kuputuskan untuk siap menghadapi kemungkinan gagal lolos saat pengumuman nantinya. Aku memang selalu memutuskan untuk memilih kemungkinan terburuk dalam setiap tes yang kujalani saat ini maupun sebelumnya.

Bukan berarti pesimis, tapi ketika diri kita sudah ada persiapan akan hal terburuk kemungkinan jatuh lebih dalam tidak akan semenyakitkan dibanding hanya memikirkan kemungkinan berhasilnya saja, itu menurutku.

===================================
THIRD -After Graduation -
*Update Tiap Minggu Malam
*Kritik, saran dan komentar saya harapkan dari kalian 😚😚

THIRD -After Graduation- [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang