"Mana HP ku kok nggak ada?" candaku pada ayah dan ibu.
"Coba dicari dulu, kamu taruh mana tadi?" sahut ayah.
"Pasti mau bohongin ibu lagi nih bocah." sambil tersenyum.
"Yah ketahuan deh, tau aja ibuk kalo aku cuma bercanda."Akhirnya dengan perasaan harap-harap cemas, tepat pukul 4 sore kubuka situs pengumuman SBMPTN. Beberapa kali kucoba mengaksesnya, namun berulang kali gagal. Hampir sepuluh kali kucoba namun tak ada tanda situsnya memunculkan pengumuman.
"Sini biar ayah aja yang pencet, pasti bisa." ucap ayah dengan pasti.
"Okeee, dicoba aja kalo bisa." sahutku menantang.
"Klik..."
"Lho kok masih sama aja Yan."
"Dibilangin nggak percaya, makanya jangan kepedean." jawab ibuku sambil menahan tawa.
"Yaudah biar adil, yang mencet ibu aja, siapa tahu bisa." usul ku.
"Okeee, setuju coba biar ibuk mu. Paling juga nggak bisa." sahut ayah sedikit kesal.Dengan muka penuh pengharapan aku dan ayah menunggu ujung telunjuk ibu memencet pengumuman SBMPTN. Aku berharap tangan ibu bisa menjadi perantara baik dari Allah padaku. Kulihat muka ayah masih sedikit kesal akibat ledekan ibu tadi. Tangan ibu juga terlihat gemetar saat akan membuka pengumuman sore itu,
"Bismillah... Bismillah... Bismillah." gumamku terus menerus dalam hati.
"Klik..."
"Gimana buk hasilnya?" tanya ayah
"Ini kok nggak kelihatan tulisannya." muka ibu kebingungan.
"Mana buk, coba tak lihat." sambil mengambil HP yang dipegang Ibu.
"Gimana Yan, error lagi yaa?" tanya Ayah dan Ibu.
"Pak... Buk..." menetes air mataku.
"Gimana, gagal lagi yaa?" ibuku menenangkan.
"Gapapa Yan, mungkin belum rezeki mu lagi." tambah ayah.
"Alhamdulillah Ian diterima di UNS." kuteruskan sujud syukur.
"Alhamdulillah... Alhamdulillah yaa Allah." mereka berdua ikut menangis.Aku memeluk kedua orang tua seketika setelah bangun dari sujud, perasaan haru yang beberapa menit tadi menjadi harap kini telah menjadi tangis. Tangis bahagia atas semua usaha, doa dan penantian yang telah kulalui bebrapa bulan yang lalu. Aku yang saat ini benar-benar tidak menyangka dapat lolos tes SBMPTN yang amat sulit itu. Jika tidak dengan kuasa-Nya kurasa aku mungkin akan gagal, bahkan gagal saat dulu disindir oleh pengawas ruangan.
Tapi takdir berkata lain, aku yang notabane nya lulusan SMK dan memang harus bekerja di industri mencoba keluar dari zona nyaman itu dengan mendaftar di Perguruan Tinggi. Istilah nya kutinggalkan yang pasti demi memilih sesuatu yang mungkin. Dan alhamdulillah semua itu berbuah berkah dititik ini berkat dukungan dari orang-orang yang menyayangiku.
Seperti yang kalian tahu, kebanyakan mahasiswa baru atau yang lebih identik dipanggil "maba". Diawal mereka diterima masuk di Perguruan Tinggi yang mereka idam-idamkan pasti mereka akan membuat janji pada diri mereka sendiri.
"Kelak saat aku duduk di bangku perkuliahan aku akan merubah sikap, tidak kekanak-kanakan lagi." kata si A.
"Saat kuliah nanti aku akan bersungguh-sungguh supaya bisa kumlot dan lulus tepat waktu." ujar si B.
"Pas kuliah nanti aku bakalan cari pacar, mungkin bisa jadi pendamping hidup juga." ambisi si C.Banyak sekali janji-janji yang kita buat saking senangnya kita bisa kuliah dan nyata nya mungkin kelak saat kuliah bagi sebagian orang janji-janji itu bisa menjadi penyemangat bagi mereka dan akhirnya terwujud. Dan untuk sebagian orang juga janji-janji ini akan luntur dan dilupakan nantinya.
===================================
THIRD -After Graduation -
*Update Tiap Minggu Malam
*Kritik, saran dan komentar saya harapkan dari kalian 😚😚
KAMU SEDANG MEMBACA
THIRD -After Graduation- [END]
Teen Fiction"Bukan melulu tentang mencintai seseorang, tapi lebih pada menyukai setiap perjumpaan."