#07 Akan Ada

99 6 0
                                    

  Aku hidup di keluarga yang sederhana. Dulu waktu kecil, ayah tidak pernah membelikan aku mainan seperti yang teman-teman miliki. Walau ada uang, Ayah tetap menyuruhku hidup berhemat. Sampai akhirnya untuk memenuhi keinginanku memiliki tas roda seperti milik teman di sekolah. Ayah membuatkan ku tas roda sendiri dari rangka tas roda bekas dan tas yang biasa aku pakai ke sekolah yang digabungkan dengan kawat.

  Walau bukan tas roda baru seperti milik teman-teman, aku sudah merasa senang sekali dan bersyukur atas hal itu. Dulu sebelum sekolah aku selalu ikut ibuku mencari rumput di sawah. Saat anak-anak sibuk bermain dengan mainan keren mereka, aku asik bermain sendiri di sawah. Membuat uang-uangan dari daun pisang,bermain lumpur dan selalu menghafal surat-surat pendek sambil disimak ibuku. Intinya dulu kesederhanaan telah membuat keluarga kami bahagia dan merasa kaya, kaya hati lebih tepatnya dan itu yang selalu diajarkan kedua orang tua.

  Persahabatan adalah sebuah kata yang paling penting dalam hidupku. Mungkin aku memaknainya seperti itu karena kejadian di masa lalu. Saat itu aku masih belia dan aku tidak memiliki banyak teman seperti saat ini. Dulu ada beberapa anak selalu mengejek ku karena keluargaku memiliki kekurangan dan tidak seperti yang  lainnya.

  Aku sering kali marah saat diejek oleh mereka tapi karna masih kecil aku hanya bisa menangis tersedu-sedu. Ketika tahu aku menangis karena ejekan mereka ibuku selalu berkata bahwa kekurangan yang aku miliki ini adalah kelebihan sekaligus anugerah yang diberikan Allah padaku untuk kemudian manjadi penyemangatku. Ibuku juga selalu melabrak dan memarahi mereka

“Kalian sudah besar… Mengapa tega mengejek Afriyan…” teriak ibuku.
“Dia masih kecil… Apa kalian tidak punya belas kasian…”
“Apa mau saya adukan sama orang tua kalian…”
Begitulah yang selalu ibuku katakan pada mereka dan mereka pun mungkin takut sehingga tidak berani menggangguku lagi. Tapi setelah beberapa bulan mereka akan begitu lagi. Pernah untuk membuatku tenang ibuku menasehatiku,
“Kelak…”
“Jika kamu sudah beranjak remaja pun dewasa.”
“Kamu akan bertemu banyak teman yang baik dan tulus.”
“Mereka akan lebih memahami dan menerimamu apa adanya”

  Kala kelas 6 SD tiap kali tidur, aku sering mendapat mimpi yang sama. Disana aku bertemu dengan seseorang yang sangat asing dan belum pernah kutemui sebelumnya. Dia duduk dibawah pohon sambil membaca buku, rasa canggung selalu aku tunjukkan padanya walaupun itu dalam mimpi. Beberapa kali bertemu, tapi tak pernah sekalipun kusapa. Hingga akhirnya entah di mimpiku yang keberapa ia beranjak dari tempat duduknya, dan kuputuskan untuk menyapanya sebelum ia pergi.

"Hai!"  tanyaku menyapa.
"Hmmmm" dia hanya diam tak menjawab.
"Kenalan boleh? Aku Ian, kamu?"
"Nama ku Sa.... " jawabnya singkat.

  Paginya waktu bangun aku malah lupa nama gadis itu. Setelah malam itu aku tidak pernah mendapat mimpi bertemu gadis itu lagi. Sampai muncul perkataan ini dalam hatiku,

“Saat aku bertemu denganmu lagi, saat itu aku akan mengenalimu lebih dulu."

  "Saat aku bertemu denganmu lagi, saat itu aku akan menyukaimu lebih dulu.”

Setelah mimpi itu, di tak kunjung hadir lagi dan aku tak pernah bertemu dengannya. Betapa terkejutnya saat pendaftaran masuk SMP, sosok gadis yang ada di mimpiku muncul di kenyataan. Saat itu juga aku berfikir entah ini hanya anggapanku saja atau memang ternyata benar. Satu… Dua… Tiga… Empat… Lima… Enam… Tujuh… Delapan… Sembilan… Sepuluh… genap aku menghitung hingga sepuluh gadis itu masih ada di depan mataku. Subhanallah rupanya ini kenyataan dan aku sadar kalau saat ini,

“Waktu yang terhenti bagiku, mungkin sudah mulai berjalan kembali.” gumamku senang dalam hati.

===================================
THIRD -After Graduation -
*Update Tiap Minggu Malam
*Kritik, saran dan komentar saya harapkan dari kalian 😚😚

THIRD -After Graduation- [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang