#10 Mengapa Kita Bersahabat

64 1 1
                                    

PERSAHABATAN
Berawal dari ketidak kenalan…
Berawal dari keasingan
Berawal dari kebencian…
Berawal dari keegoisan…

Seiring berjalannya waktu,
Semua berubah, menjadi…
Keriangan,
Kebahagiaan,
Kecanda tawaan,

Terlupakan lah semua hal yang buruk
Yang terpikir adalah…
Bagaimana kita bisa terus bersama
Selamanya

Padahal suatu saat nanti kita akan
Berpisah…
Karena setiap pertemuan pasti akan ada
Perpisahan…

Oh,  sahabatku…
Terima kasih untuk semua hal yang kau beri,
Semoga persahabatan kita abadi

I  LOVE  YOU  IXA
By  : Salamah

   Tak terasa akhirnya kami naik ke kelas 9 dan Salamah menjadi juara satu umum di sekolahan. Dan karena hal ini ibuku sendiri membandingkan aku dengannya secara tidak langsung. Bukannya marah tapi aku sendiri ikut senang juga karena yang dipuji ibuku tidak lain adalah Salamah.

“Yan, temen mu cewek yang pake kerudung itu kok bisa pinter banget sih ?” tanya ibu keheranan sepulang mengambil rapot.
“Aku juga kurang tau buk, setahuku dia suka Siomay Bandung sama Batagor.” jawab ku teringat makanan favoritnya.
“Nah, coba ditiru. Siapa tahu kamu bisa pinter juga.” sahut ibu meledek ku.
“Enggak ah buk. Aku enggak suka sambal kacangnya.” jawabku murung.
“Eh kenapa sama sambal kacang ? Alergi apa gimana?” ibu kebingungan.
“Pernah aku ngeledek dia pas makan Siomay karna sambal kacangnya.” aku menjelaskan.
“Terus… Terus gimana?” tanya ibu makin penasaran.
“Malah ditonjok pipiku sama dia.” sahutku sambil tersenyum mengingat kejadian itu.
“Hebat juga ya dia. Kan ibu udah bilang jangan suka mengejek orang lain.” ibuku menasehatiku.
“Ngomong-ngomong, namanya siapa ?” tanya ibuku.
“Salamah namanya.” kujawab pelan.
“Bagus namanya mirip seperti anaknya.” ibuku tersenyum lebar.
“Dijaga terus persahabatannya.” pesan ibuku.
“Insya Allah buk. Doanya ya.” aku ikut tersenyum.

    Saat ini Pak Marjono yang menjadi wali kelas kami sekaligus guru Bahasa Inggris, menurutku beliau memang memiliki penampilan sangat menyeramkan. Tetapi berkat bapak ini juga aku merasa bersyukur, betapa senangnya saat pelajaran Bahasa Inggris kami bertukar tempat duduk, saat itu Salamah tepat di depanku. Finally seneng banget kan aku…

   Duduk di belakangnya masih saja membuatku gugup, karena saat ia menengok kebelakang wajahnya yang begitu dekat dapat aku lihat dan itu membuat jantungku push up naik turun sendiri. Sesuatu yang bernama penakut, pengecut dan pembohong masih saja hinggap dalam diriku. Walau sudah kucoba untuk menghilangkannya  selama 3 tahun ini ternyata masih saja tidak berhasil.

   Aku sendiri mempunyai keinginan untuk bisa jujur dan terus terang mengungkapkan persaaanku pada Salamah sebelum kelulusan. Hingga suatu ketika di hari Jum’at, entah ada angin darimana rasa percaya diriku muncul. Hari ini aku akan coba mengungkapkan perasaanku padanya sepulang sekolah nanti.

“Pagi itu…”
“Saat aku melihat Salamah aku langsung deg–deg an sendiri.”
“Mana bisa aku, bisa nggak ya ?” gumamku dalam hati.
“Bisa… Bisa… Pasti bisa…” jawab hatiku.
“Nanti ditolak nggak ya ?” aku mulai minder lagi.
“Ah nggak masalah… Yang penting aku udah jujur…”
“Tapi jika aku mencoba pacaran, aku gagal memenuhi pesan ibuku.” pikiranku tambah bingung.

    Itu adalah kata-kata yang terus muncul di benakku saat ini. Aku mulai membayangkan seandainya Salamah juga menyukaiku. Tapi aku juga membayangkan jika ibuku tahu hal ini betapa kecewanya beliau.

Tapi… Tapi…
Takdir berkata lain…
“Aku benci…”
“Aku membenci Salamah…”
“Mulai hari ini…”

===================================
THIRD -After Graduation -
*Update Tiap Minggu Malam
*Kritik, saran dan komentar saya harapkan dari kalian 😚😚

THIRD -After Graduation- [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang