vier

4.6K 946 101
                                    

Batavia,

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Batavia,

Jeffrey merebahkan tubuhnya diatas ranjang miliknya yang cukup luas, sangking luasnya ranjang ini muat untuk digunakan tiga orang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jeffrey merebahkan tubuhnya diatas ranjang miliknya yang cukup luas, sangking luasnya ranjang ini muat untuk digunakan tiga orang. Selama beberapa menit Jeffrey terus menatap kearab langit-langit ranjangnya yang berselambu. Kali ini bukan mengenai Roseanne, tetapi status keluarganyaㅡyang dipermasalahkan oleh Roseane tentu saja.

Keluarganya bukan Bangsawan dan bukan benar-benar Bangsawan, maksudnya ia memang kaya tapi tak sekaya seperti seorang Ratu England.

Jika dikatakan, ia masihlah kalangan tengah namun sedikit lebih tinggi. Tak ada yang bisa dibanggakan memang, Jeffrey setiap hari hidup seorang diri dirumah dan harta benda sama sekali tidak menghiburnya karena mereka hanyalah benda mati yang menopang kehidupannya yang serba mewah.

"Totok huh? Apa kerennya," gumamnya sembari mendengus kesal.

Jeffrey sudah kesal dengan sebutan itu semenjak ia kecil, entah apa yang terjadi Pribumi begitu menarik untuknya, tapi kala itu sangat susah untuk nya mendekati mereka karena setiap kali Jeffrey menyapa, siapapun pasti akan berlari menghindarinya dengan tangisan.

Memangnya ada apa? Jeffrey sama seperti mereka, hanyalah seorang manusia biasa. Namun, karena julukan dan ciri fisiknya, membuatnya terlihat seolah-olah seperti seorang monster.

Jeffrey tak berminat tumbuh dewasa dan menjadi seperti ayahnya, jika saja ia cukup memiliki keberanian, ia ingin memberontak dan membela para pribumi, mereka itu keren dimata Jeffrey.

Ditengah keheningan kamarnya, suara ketukan pintu mengalihkan fokusnya, membuat laki-laki itu melompat menuruni ranjangnya, membukakan pintu tersebut dan menemukan sang ayah berdiri disana dengan wajah datar dan topi menjulangnya yang masih masih ia kenakan dikepalanya.

"Malam Ayah, Ada apa?" tanya Jeffrey.

Van Coen terkekeh pelan lalu merangkul pundak Jeffrey dan berjalan masuk kedalam kamar anaknya itu. "Besok kau harus ikut ayah" Jeffrey mengerutkan keningnya, lalu menggeleng, menolak permintaan ayahnya itu, karena ia tahu, sudah pasti ini mengenai kehidupan laki-laki tua bangka ini.

Liefde En Oorlog ; JeffreyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang