Dreiunddreißig

18.6K 2K 232
                                    

Ada Typo ? Bilaaang

•••

Jeno bingung, Apa yang harus ia lakukan sekarang.

Jeno telah menghamili bocah polos yang sedang tertidur di ranjangnya sekarang.

Apakah ia harus bertanggung jawab ?

Tapi... Bagaimana dengan orang tuanya ? Apa mereka akan menyetujuinya.

'Ya Tuhan.... Kenapa kau memberikan ujian yang sangat berat untukku' —Batin Jeno.

Jeno memandang wajah polos dan manis milik adiknya yang sedang tertidur itu. Ia ingin membangunkannya tetapi ia tidak tega. Tapi kan ia belum sarapan dan sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 12.05 siang.

Mau tak mau Jeno harus membangunkan Jaemin. Ia tak mau adiknya sakit dan... Calon anaknya juga.

"Jaemin-ah~ bangun. Kau belum sarapan dan sekarang sudah siang Jung Jaemin." Jeno menepuk-nepuk tubuh Jaemin agar Jaemin terbangun.

"Ughh, tapi Nana pusing Hyuuung~ hiks- pusing~" Jaemin bangun dan duduk di ranjangnya lalu menangis sambil memegang kepalanya.

"Apa pusing sekali, Hmm ?" Tanya Jeno.

"Iyaa~ hiks-" Jaemin melengkungkan bibirnya ke bawah dan menatap Jeno dengan tatapan sendunya.

"Ututututu... sekarang makan dulu, oke ? Hyung akan memanaskan sarapan yang Eomma buat tadi pagi, tunggu oke." Jeno pun beranjak dari ranjangnya dan pergi ke dapur untuk memanaskan makanan yang harusnya untuk Jaemin tadi pagi.

|| Baby Boy — Nomin ||
©2019, wakandaa__

•Jeno, Jaemin, and Baby•

"Nah... Sekarang makan, ya Nanaku~" Jeno memberi satu suapan untuk Jaemin dan Jaemin pun menerima suapannya.

"Enak ?" Tanya Jeno.

"Enaaak~ masakan Eomma Taeyong terbaiiiiik !!" Jawab Jaemin setelah makanannya tertelan sempurna.

"Hahaha, maka dari itu di habiskan nee." Jeno pun memberi suapannya lagi sampai makanannya habis.

Setelah makanannya habis, Jeno memberi Jaemin segelas air putih untuk Jaemin.

"Aahh, kenyaaaang." Ucap Jaemin.

Jeno yang melihat itu tersenyum tampan, lalu pergi ke dapur untuk menaruh piring dan gelas kotornya itu lalu kembali ke kamarnya Jaemin lagi.

Mereka duduk di ranjang, suasana menjadi canggung padahal sebelumnya mereka terlihat biasa saja.

"Eung... Hyung." Panggil Jaemin.

"Ya ? Ada apa ?"

"Aku ingin memberi tahumu." Ucap Jaemin.

"Apa ?"

"Jadi sebenarnya aku itu—"

"Kamu hamil kan ? Aku tau, aku akan bertanggung jawab, maafkan aku oke ? Saat itu hormonku benar-benar sedang berada di puncaknya jadi aku tidak bisa berfikir jernih dan langsung..." Jeno tidak melanjutkan ucapannya.

"Tidak, Hyung. Ini bukan salahmu saja, ini salahku juga. Tapi... Ba-bagaimana dengan orang tua kita ? A-apa lagi Appa akan sangat menyeramkan jika sedang marah." Ujar Jaemin.

"Itu tanggunganku, aku yang salah jadi aku harus menanggunginya. Dan untuk sekarang lupakan itu, lebih baik kau istirahat jangan terlalu melakukan banyak aktivitas oke ? Tidak baik untuk baby kita." Jeno mengecup punggung tangan Jaemin.

"Ughh, Hyung aku saja baru bangun dan makan masa tidur lagiii." Ucap Jaemin.

"Lalu, kau mau apa ?" Tanya Jeno.

"Aku tidak ingin apa-apa, Hyung." Jawab Jaemin.

"Benarkah ? Biasanya, ibu hamil itu akan mengidam dan meminta sesuatu yang aneh-aneh pada suaminya." Ujar Jeno.

"Aku bukan Ibu ! Aku laki-laki dan Hyung bukan suamiku !"

"Iya, sekarang aku bukan suami kamu tapi suatu hari nanti aku akan menjadikanmu sebagai istriku, pendampingku sehidup sematiku." Ucap Jeno, lalu mengecup punggung tangan dan kening Jaemin lama.

Jaemin yang diperlakukan seperti itu langsung menunduk, wajahnya sudah merah padam. Ia malu sekali, jantungnya pun berdetak dua kali lebih cepat dari sebelumnya.

"Hei," Jeno menangkap wajah Jaemin.

"...jangan tutupi wajah manismu itu, aku tak bisa melihatnya." Jeno mengusap pipi Jaemin.

"Ughh, Hyuuung aku maluuu." Jaemin menelusupkan wajahnya di dada Jeno.

"Lucunyaaa." Jeno mengusap-usap kepala Jaemin.

Jaemin semakin menenggelamkan wajahnya di dada Jeno.

"Nana~ mulai sekarang kau adalah prioritasku, segalanya bagiku dan kau juga Baby," Jeno turun dari ranjang dan mensejajarkan wajahnya dengan perut Jaemin.

"Anakku, kau juga prioritasku. Jangan nakal oke ? Jadilah anak yang baik, jangan menyusahkan Mommymu." Lalu Jeno mengecup perut Jaemin yang masih datar.

"Jenoo, dia tidak akan mendengarmu lagi pula dia masih sangat keciiil." Ucap Jaemin.

"Tidak apa-apa, mungkin saja Tuhan memberi tahunya. Sekarang, istirahat jangan kelelahan." Jeno duduk kembali di ranjang milik Jaemin dan menidurkan Jaemin disampingnya.

"Sekarang tidurlah, aku akan membangunkanmu nanti." Jeno mengecup kening Jaemin dan beranjak dari ranjang Jaemin.

"Jangan kemana-mana, Hyung. Hyung tidur di sebelahku saja." Jaemin menarik tangan Jeno.

"Baiklah-baiklah." Jeno menidurkan dirinya di samping Jaemin.

"Selamat tidur, Hyung."

"Selamat tidur juga, Sayang dan selamat tidur juga, uri segi." Jeno dan Jaemin pun tertidur dan menuju ke alam mimpi mereka masing-masing

Selamat tidur nyenyak uri Nomin, semoga kalian mimpi indah.

TBC

Pas 700 word huhuuu.

Udah bau-bau mau end nih.

Bye byeee

Qiqi💚

Baby Boy | ɴᴏᴍɪɴ ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang