Countdown

2.3K 398 67
                                    

Felix setengah berekspektasi bahwa jalanan akan penuh kendaraan, tapi nyatanya tidak. Sebagian besar orang tampaknya sibuk menghabiskan malam tahun baru mereka di club atau semacamnya. Sepertinya tidak banyak manusia setipe Felix yang memutuskan mengemudi dua jam sebelum pergantian tahun.

Felix never understands the euphoria. Baginya tahun baru hanya perubahan kalender. Tetapi rata-rata manusia meromantisasi segala hal yang terjadi dalam hidup mereka, jadi mungkin merayakan tahun baru juga sesuatu yang harus dilakukan. Ia sendiri berhenti merayakan sesuatu ketika berusia sepuluh tahun.

*
*
*

- Felix -

Junho is so cute. A very healthy baby that smiles a lot. Felix mencintainya sejak pertama melihat wajah mungil adiknya itu. Orangtuanya menghabiskan waktu di rumah sakit sejak dua hari sebelum kelahiran, dan ia tetap di rumah bersama pengasuhnya. Ia sangat cemas. Jantungnya berdetak lebih kencang pada setiap telepon yang mencapai rumah. Ia berharap orangtuanya segera menelepon, memberitahunya bahwa ia adalah seorang hyung sekarang.

Telepon yang ditunggu sepanjang hari datang ketika Felix terlelap. Pengasuhnya mengangkat telepon itu. Di pagi hari Felix dikejutkan dengan sebuah telur dadar yang dihiasi saus membentuk sebuah nama.

"Jun..Junho?"

Felix mendongak, menatap pengasuhnya. Bingung.

"Siapa Junho?"

Pengasuhnya yang baik tersenyum lebar.

"Adikmu. Kau seorang kakak sekarang, Lixie."

Felix never feel happier. How much more perfect can life be? Seperti kata ibu Eunbi, semua hal akan menjadi baik jika Felix menunggu dengan sabar.

*
*
*

Felix menekan kode yang masih ia hafal diluar kepala. Hyunjin tidak pernah mengubah security code-nya. Kebiasaan buruk yang sulit diubah, pikir Felix. Ia memasuki apartemen yang gelap gulita, tirai-tirai terbuka. Menampilkan panorama Seoul yang penuh warna, tidak sabar menyambut hari pertama di tahun yang baru.

Felix still feels it’s weird. Hwang Hyunjin membelakanginya, pria itu menatap keluar melalui jendela, mengenakan sleeveless striped shirt kumal yang Felix ingat dibeli hampir enam tahun lalu. It was Felix's favorite.

"You’re not out partying?" suaranya bergema dalam apartemen yang luas.

"If I am, I wouldn’t be here," jawab Felix dengan acuh sembari melepas mantelnya.

Hyunjin terkekeh. Dia berbalik dan melangkah menuju Felix yang masih sibuk dengan mantelnya. Hyunjin menyelipkan tangannya dan memeluk Felix dari belakang. Bibirnya mengecup leher yang lebih muda.

"Let me wash up first," gumam Felix.

"Kau bisa mandi nanti," bisik Hyunjin.

*
*
*

- Junho -

Junho loved having a big brother. Hyung sangat baik, dia bertanggung jawab, dan yang paling penting dia sabar pada setiap tingkah aneh Junho.

Junho tahu keluarganya kaya. Ia tahu keluarganya jauh lebih kaya dibanding keluarga teman-temannya. Jadi ia tidak mengerti mengapa orangtuanya tidak merayakan ulang tahun  hyung seperti mereka merayakan ulangtahunnya. Mengapa mereka memilih memuji prestasi konyolnya di taman kanak-kanak dibanding memuji Felix hyung yang mendapat medali emas olimpiade sains?

a place where the sun doesn't shine || hyunlixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang