- Hyunjin -
Felix menolak membiarkan Hyunjin membantunya melepaskan pakaian ketika mereka sampai di kamar Hyunjin, tetapi Hyunjin tidak mengatakan apapun, ia memilih melepaskan celananya sendiri.
Hyunjin bisa merasakan Felix yang menahan rasa sakit ketika ia menyentuh tubuh yang lebih muda jadi ia memilih meletakkan tangannya di samping tubuh Felix ketika ia memasuki pemuda manis itu.
It was the slowest, quietest, and calmest intercourse they had in years.
Hyunjin merasa dirinya sangat dekat dengan Felix sehingga rasanya ia kembali di waktu ketika ada cinta dalam setiap sentuhan mereka. Ketika ia berani mengatakan perbuatan yang mereka lakukan sebagai making love dan bukannya seks tanpa makna.
Hyunjin tidak ingin melibatkan perasaannya jika hal itu menyangkut Felix. Hal itu yang ia tekankan pada dirinya sendiri. Jadi mengapa malam ini berbeda?
Apapun yang terjadi malam ini membuat Hyunjin merasa mereka masih saling mencintai. Seolah tidak ada yang rusak dari hubungan mereka. Seolah mereka tidak pernah menyakiti satu sama lain selama bertahun-tahun.
Hyunjin tidak bisa tidur, sementara disampingnya Felix sudah berenang di alam mimpi. Jemarinya secara perlahan menyibak ujung kemeja Felix, tetapi gerakannya terhenti begitu saja melihat perubahan warna di kulit pucat Felix.
Purple and blue.
Scars and stitches too, healed but visible.
Ia mengangkat fabrik itu lebih tinggi dan bekas luka itu semakin banyak. Ia bangun dari tempat tidur dan mengunci dirinya dalam kamar mandi.Hyunjin bahkan tidak ingat bagaimana ia berakhir dengan tertidur di dalam bathup, tetapi ia mendengar Felix meninggalkan apartemennya pagi-pagi sekali dan seketika ia merasa keheningan menyelimuti dunianya.
*
*
*- Felix -
Felix terbangun untuk mendapati tempat tidur yang kosong dan rasa sakit yang menjalari sekujur tubuhnya.
Ia harusnya tidak minum, mungkin lain kali ia harus mendengarkan perkataan Changbin.
Ia juga harusnya tidak membiarkan Hyunjin membawanya ke apartemen pria itu, tetapi Felix sudah terbiasa dengan pilihan bodoh yang seringkali ia buat.
Felix memerlukan banyak usaha untuk menggerakkan tubuhnya dan rasa sakit hebat mulai menyerang kepalanya ketika ia menyadari pintu kamar mandi tertutup. Jadi kemungkinan Hyunjin ada di dalam dan ia memiliki kesempatan untuk menyelinap pergi seperti yang biasa ia lakukan setelah sesi seks bersama Hwang Hyunjin.
Ia harusnya pergi begitu saja tetapi ia tidak bisa menghilangkan keinginan untuk menatap wajah Hyunjin di pagi hari. Biasanya, Felix bisa memperhatikan wajah terlelap Hyunjin sebelum ia pergi, seolah one night stand mereka memang sedingin itu. Tapi tidak pagi ini, karena rupanya, Hyunjin bangun lebih awal darinya. Hal ini tidak biasa dan Felix kecewa. Tidak mudah baginya untuk beradaptasi pada rutinitas baru.
Atau mungkin itu karena ketiadaan presensi Hyunjin membuat dunia Felix lebih hening dibanding sebelumnya.
Felix tiba di apartemennya sendiri tanpa kesempatan untuk menjumpai Hyunjin. Ketika ia menenggelamkan diri dalam bathup-nya ia kembali memikirkan fakta bahwa kini ia tidak mampu merasakan alkohol dari bibir Hyunjin. Ia juga tidak bisa membaui sandalwood, pine, dan citrus yang biasanya melingkupi tubuh pria Hwang itu.
Felix submerged his head before the tears fall down so he can’t say he cried again.
Felix eats less and sleeps more. Segala hal terasa hambar dan semakin banyak kegiatan yang ia lakukan semakin mengingatkan bahwa kini lidah dan hidungnya tidak lagi berfungsi. Setiap hari ia mencoba makanan yang berbeda, just to try his luck.
Tetapi setiap makanan yang ia beli baik itu mahal atau murah rasanya tidak berbeda dengan rasa air. Hal itu membuatnya semakin marah, ia ingin menyalahkan sesuatu tapi ia tidak tahu pada siapa ia harus ia salahkan. Apakah pada Tuhan atau apakah dirinya sendiri.
Jadi Felix memilih tidur karena setidaknya kepalanya tidak akan mengingatkan seberapa banyak hal yang tidak lagi bisa ia rasakan. Setidaknya tidur terasa nyata tidak seperti begitu banyak hal disekelilingnya.
Felix baru saja menuruni lift apartemennya dan berjalan menuju lobby ketika ia melihat kesibukan tidak bisa. Ia menyadari tahun baru segera tiba.
*
*
*Mereka duduk di sofa krem Hyunjin, menatap jendela besar yang menampilkan jalanan Seoul yang masih tertidur. Hyunjin mengetuk-ngetukan kakinya perlahan, sesuatu yang dilakukannya saat dia gelisah.
"What is this about?" Felix memulai.
Hyunjin menghela nafas sebelum tersenyum kecil.
"Aku ingin membicarakan begitu banyak hal, tapi aku tidak tahu harus memulai dari mana," jawab Hyunjin.
Felix bisa merasakan jantungnya berdebar lebih cepat. 'bicara' bukan suatu hal yang biasa mereka lakukan, 'bicara' adalah sesuatu yang telah lama hilang dari hubungan mereka. Sejujurnya, ialah yang pertama kali menghapus pembicaraan dari hubungan mereka. Ialah yang mendorong Hyunjin pergi dan menutup pintu. Felix menelan ludah.
"Aku ingin kita memulai segalanya dari awal," kata Hyunjin.
TBC
Maaf kalo ga nge-feel ya🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
a place where the sun doesn't shine || hyunlix
FanficAfter 20 years, Felix finally knows what it feels like to belong to someone. And he let himself fall deep. He lose everything. Can Hyunjin save him? © acientrunes Start : 18/06/19 Finish : 02/09/20