Angin yang berhembus lembut membuat bulu kuduk berdiri tapi angin itu kini berubah menjadi angin kencang yang amat menakutkan, Suara gemuruh pun terdengar memenuhi telinga gadis itu, yang membuat tangan mungilnya menutup kedua telinganya rapat-rapat.Gadis yang baru berumur 5 tahun itu menangis dan ketakutan.
"Mama dimana? Aku takut."
Gadis itu sendirian di taman bermain,Suara gemuruh itu semakin membuat gadis itu ketakutan hingga menangis tiada henti. Gadis itu duduk sambil memeluk lututnya dengan kedua tangan mungilnya dengan air mata yang kini sudah mengalir deras.
Suara petir kembali menggelegar sehingga membuat gadis kecil itu semakin ketakutan.Kepalanya terasa amat pusing,ia semakin mengeratkan tangannya untuk memeluk lututnya.
Dan pada saat itu juga ada sesosok anak kecil laki-laki seumurannya menghampiri Zahra.
"Kenapa kamu menangis?" Tanya anak kecil itu, gadis itu mendongakkan kepalanya untuk meliat siapa yang sedang bertanya padanya, sambil menghapus air matanya dan menggeleng kuat.
"Aku sendirian, aku terpisah dengan mamahku.Aku takut, Kamu siapa?" Tanya Zahra pada anak kecil itu dan ia malah tersenyum.
"Kamu jangan takut, aku di sini juga sendirian.Tapi aku tidak ketakutan sepertimu.Oh iya aku Panglima perang calon Pangeran,hehe" Jawab lelaki kecil itu,Zahra pun tertawa sejenak ketika mendengarnya.
"Jangan suka berbohong, kata mamahku itu tidak baik."
Seketika suara petir besar terdengar, dan tawa yang sempat hadir kini kembali hilang, Zahra kembali menangis.
"Ngga usah dengerin suara petirnya,Anggep aja ngga ada."
Zahra menatap anak itu seperti ingin mengatakan sesuatu.
"Aku sang panglima perang, karena kata ayahku aku kuat dan baik hati.Aku pernah mengusir nyamuk yang mengganggu ibuku."
"Aku juga pernah mengusir semut yang mau memakan gula di dapur, dan aku juga pernah memberi makan anak kucing sampai kekenyangan.Tapi aku malah di omelin."
Zahra yang mendengarnya cerita lelaki kecil itu pun tertawa. "Dasar aneh."
"Oh iya kamu tau kan aku itu calon pangeran, aku tidak suka melihat sang putri menagis.Jadi kamu jangan nagis ya."
Zahra kembali tertawa mendengar celotehan anak itu,Suara petir pun sudah tidak dihiraukan lagi dan tidak membuatnya takut.
Lelaki kecil itu senang melihat Zahra tertawa "Nah gitu dong ketawa, jangan nangis."
Zahra tertawa "wahai sang panglima perang, memangnya aku sang putri itu?"
"Iya kau sang putri jodohnya pangeran."
"Berarti aku jodohmu?"
"Bukan sekarang,nanti jika aku sudah menjadi pangeran." Kata lelaki kecil itu.
Zahra lagi-lagi hanya tertawa."Makasih ya sang panglima perang sudah mebuatku tertawa, kamu baik."
"Iya, aku tau kalau aku baik."
Sore itu tidak jadi menakutkan karena kedatangan sang panglima perang kecil yang datang menemani Zahra, sebelum akhirnya mama Zahra menemui Zahra kembali.
"Mamahmu sudah datang, aku pergi dulu yaa, dadah."
"Hey tunggu!Aku Zahra, namamu siapa?" Teriak Zahra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Betrayal Of Love (SlowUp)
Teen FictionJatuh cintalah sewajarnya, perjuangkan yang patut di perjuangkan,karna sia sia saja jika kau berjuang sendirian dan sama sekali tak dihargai sebuah perjuangan itu. Dan Jangan sampai persahabatan hancur karena cinta, cinta memang indah tapi akan menj...