****
Di dalam kamar yang sangat luas Devit terlihat sedang santai,ia asik mendengarkan musik lewat earphonenya. Sesekali ia menatap jam dinding yang sudah menunjukan pukul delapan malam.Sepertinya ia sedang menunggu seseorang.
Tokk.. tok..tokk
Devit yang samar-samar mendengar suara ketukan pintu pun langsung beranjak dari tempat tidurnya. Dan ternyata memang ada seseorang di balik pintu tersebut.
"Davin"
"Dari tadi gue ketuk-ketuk pintu lo ngga denger?"
"Hehe sorry gue pake earphone tadi, ayo masuk."Devit mempersilahkan Davin teman barunya itu masuk ke kamarnya.
"Jadi gimana?" Tanya Devit.
"Okee,gue mau gabung ke club basket lo."
"Ashiapp"
"Oh iya Vit ini gue kembaliin buku lo,thanks yah."
"You are welcome"
Tidak hanya itu tujuan Davin datang ke rumah Devit, masih banyak hal yang mereka berdua bicarakan.
"Oh iya Vit, tadi siang gue liat lo boncengin cewe.Itu pacar lo?"
"Bukan,itu temennya Zahra namanya Indy. Kenapa? Lo suka?"
"Ya engga lah, gue cuman nanya."
"Oh iya,tadi siang juga gue liat Zahra nangis.Ternyata cewe segalak itu bisa nangis yah." Lanjut Davin.
"Apah? Zahra nangis?Kenapa?" Tanya Devit tidak percaya.
"Kok lu malah tanya ke gue sih, gue cuman liat dia nangis ngga tau apa penyebabnya."
Deg..
Devit sempat berfikir,apa Zahra menangis karena ia pulang bersama Indy?Emangnya Zahra tau?
****
Drtt..drrt.. drtt
Zahra mengambil ponselnya, membaca nama yang tertera pada layar lalu menggeser tombol untuk menerima panggilan.
"Hallo pa"
'Hallo sayang'
"Papah Zahra kangen.
'Kalo kangen temuin papa dong, diruang tamu'
Senyum Zahra mengembang mendengarkan itu."Papah kesini? Okee pa, aku otw kesitu."
Zahra menuruni tangga,ia sempat tidak percaya kalau papahnya datang mengunjunginya.Dan ternyata memang benar, di ruang tamu ada papahnya.
Zahra langsung menghampiri dan memeluk papahnya "Papah, Zahra kangen" seketika itu pula air matanya keluar membasahi pipinya.
"Iyaa sayang papa juga kangen."
"Tumben papa inget Zahra."
"Papa selalu inget sama kamu, kamu kan anak papa."
"Hmm"
"Oh iya,ultah kamu mau kado apa dari papa?" Lanjutnya.
"Papah inget ulang tahun aku?"
"Ya iya lah sayang 1 minggu lagi kan?"
"Aku pengen papa sama mama balikan lagi kaya dulu.Aku pengen keluarga yang lengkap pah."
"Ngga ada yang lain?"
"Ngga, pokoknya harus itu."
"Kalo itu papa ngga tau bisa atau ngga, itu berat bagi papa sayang. Lagian papa harus minta persetujuan dulu dari anak tiri papa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Betrayal Of Love (SlowUp)
Teen FictionJatuh cintalah sewajarnya, perjuangkan yang patut di perjuangkan,karna sia sia saja jika kau berjuang sendirian dan sama sekali tak dihargai sebuah perjuangan itu. Dan Jangan sampai persahabatan hancur karena cinta, cinta memang indah tapi akan menj...