cerita keempat

4.1K 414 0
                                    

Jungkook mengalami trauma setelah kecelakaan kakaknya dua tahun lalu. Sampai saat ini Jungkook pun masih terlalu takut untuk menaiki mobil sehingga dia lebih memilih angkutan umum sebagai transportasinya kemanapun. Yoongi bahkan sudah menawarkan pada Jungkook akan mengantarnya dan jawaban yang dia dapatkan..tidak.

Jungkook tidak ingin naik mobil karena bisa saja dirinya akan menabrak orang lain..pemikiran yang aneh memang.

Hari ini menjadi hari yang berat bagi Jungkook karena harus berlatih dan kuliah. Memang melelahkan tapi ini adalah impiannya..kakaknya.

Sebagaimana sang kakak, Jungkook pun juga hanya memprioritaskan sang kakak. Keinginan sang kakak mutlak menjadi mimpinya.

Tapi saat ini Jungkook tidak bisa menipu dirinya sendiri dia lelah, sangat. Setelah latihan basket kakaknya Taehyung datang padanya, sesuai janjinya kemarin. Tapi saat itu Taehyung mengajaknya untuk pergi bermain dan tidak langsung pulang.

Sebenarnya mereka sudah mendapatkan izin dari Yoongi untuk itu.

Tapi jungkook benar-benar lelah saat ini. Latihan kali ini ditunjukan untuk olimpiade penting dua bulan kedepan. Jika Jungkook berhasil dirinya akan memiliki peluang besar untuk langsung masuk seleksi tim nasional. Jungkook tidak bisa menyia-yiakan hal itu.

Senja sudah berganti malam, tepatnya pukul tujuh dan Jungkook benar-benar tidak sadar kalau dia tertidur di ruang tamu dengan posisi duduknya. Punggungnya pegal..

Tapi pijatan lembut yang diberikan seseorang dipunggungnya membuatnya terkejut.

"Apa kau selelah itu, Jung?", ujar Yoongi yang tidak berhenti memberikan pijatan halus itu agar adiknya tidak merasa pegal.

"Aku baik-baik saja, Kak"

"Beristirahatlah, Jung", nada khas orang khawatir itu semakin ketara saja.

"Kakak juga. Sudah kak aku tidak apa-apa kakak tidak perlu khawatir", Jungkook menggenggam tangan kakaknya dan sedikit menarik kakaknya untuk duduk di sampingnya.

"Aku baik-baik saja, Kak", ujar Jungkook dengan tersenyum manis.

Yoongi menghela nafasnya perlahan, tangan kanannya tergerak untuk mengusap lembut keringat yang masih membasahi dahi adiknya.

"Apa tadi Taehyung jadi mengajakmu jalan-jalan?"

"Iya kak. Ehm..kami sudah ijin pada kakak, kan?"

"Kakak tau. Kakak hanya ingin memastikan saja"

"Kakak tenang saja, Kak Taehyung tidak berbahaya kok, dia tidak menggigitku", canda Jungkook sembari membaringkan tubuhnya dan menjadikan paha Yoongi sebagai bantalnya.

"Oh ya, apa kau yakin?", Yoongi masih saja menggerakan jemarinya di rambut halus sang adik. Itu seperti candu baginya.

"Kakak saja yang jarang berbicara padanya, makanya kakak berfikir buruk"

"Eh? Kakak tidak berfikir buruk. Kenapa kau jadi menuduh kakak begitu, heum?", Yoongi gemas, dia menyerah dan mencubiti pelan hidung dan kedua pipi Jungkook.

"Aku tidak tau, kakak kan manusia es", Jungkook menatap kakaknya dengan sedikit menantang kakaknya, sepertinya otak jahil Jungkook mulai bekerja.

Yoongi mengalihkan wajahnya sebentar, dengan gerakan tiba-tibanya dia menggelitiki perut Jungkook yang membuat Jungkook tertawa makin keras karena kegelian.

"Kak, apa yang kakak lakukan? Aku bisa menangis kak"

Keduanya tertawa keras menikmati kejahilan masing-masing. Sampai Yoongi melihat Jungkook yang menggeliat makin kencang dan itu sudah cukup, ia tidak mau adiknya jatuh dari sofa.

"Kak, aku merasa sangat bahagia ketika bersama kakak. Aku seperti tidak membutuhkan apa-apa lagi selain Kakak" , ujar Jungkook dengan pandangan yang seakan sedang menerawang jauh.

"Terima kasih, Jung. Itu sangat berarti untuk kakak"

Jungkook menggelengkan kepalanya keras dan berulang kali. "Jungkook memang merasa begitu sejak menjadi adik kakak. Seharusnya Jungkook yang mengucapkan terimakasih"

Jungkook bangkit dari tidurnya dan menggenggam kedua tangan sang kakak. Menatap lebih dalam manik hitam Yoongi dan disaat yang bersamaan Yoongi merasa adiknya ini sedang memberikan keyakinan padanya.

"Kak, aku akan membuatmu bangga aku akan memenangkan olimpiade besok. Aku akan berusaha keras dan berjuang sekuat tenaga. Aku tidak akan menyerah"

Jungkook mengeratkan genggamannya di jemari Yoongi.

"Aku akan membuatmu menjadi orang pertama yang akan menerima medaliku nanti, Kak"

Hati Yoongi berdesir hebat mendengarnya. Dia..berhasil. Adiknya yang pantang menyerah sudah kembali.

"Kakak, maafkan aku karena sudah membuat kakak tidak bisa bermain basket lagi. Setelah semua itu kakak bahkan masih saja memberikan aku semangat untuk tetap bermain basket. Maka aku akan berjuang kak, dan semua kemenangan yang aku dapatkan nanti hanya akan menjadi milik kakak bukan menjadi milikku. Yang bermain basket memang aku kak, tapi semangat itu datang darimu"

Dengan gerakan cepatnya Yoongi merengkuh adiknya erat dan menangis haru disana. Terlampau bahagia melihat adiknya yang kini sudah mau berjuang kembali meraih mimpinya.

"Kak, ayo kita gapai mimpi kita bersama. Kakak dengan piano. Aku dengan basket"

Yoongi mengangguk dan semakin mengeratkan pelukannya pada sang adik. Menyembunyikan wajah berairnya di bahu Jungkook.

Aku tau kau sangat mencintai basket kak. Hanya ini yang bisa aku lakukan untuk itu. Aku sayang kakak.

Stay Alive for Me (YoonKook) || CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang