cerita kesepuluh

3.4K 339 3
                                    

Yoongi melangkahkan kaki untuk masuk ke kamar sang adik. Ia edarkan pandangan sendunya itu keseluruh penjuru kamar yang rapi dan penuh dengan foto mereka berdua. Yoongi kembali memperhatikan barang-barang Jungkook lekat hingga fokusnya teralihkan pada bola basket milik Jungkook yang sedang berada di depan lemari baju.

Basket adalah impian bersama mereka dulu. Tapi kini Yoongi merasa basket justru membuatnya hampir kehilangan semua yang dia punya. Fikirannya kembali melayang pada kondisi sang adik yang belum juga membaik.

"Kakak rindu padamu, Jung", suara sarat kesedihan itu kembali terdengar saat Yoongi sudah meneteskan air matanya. Ini adalah hari ketiga setelah kejadian naas itu terjadi dan Yoongi harus berdamai dengan itu. Dia sangat berusaha untuk kuat dalam hal ini.

"Kakak tidak ingin medali atau apapun yang akan kau dapatkan dari basket. Kakak hanya ingin kau disini"

Yoongi kembali mengedarkan pandangannya pada kamar sang adik dan fokusnya kembali teralih pada bingkai foto sang adik di meja. Yoongi dengan tangan yang bergetar samar kemudian mengambil bingkai foto itu perlahan dan menatapnya lekat.

Jungkook adiknya selalu semanis itu. Jungkook adiknya selalu seceria dan selalu ada di sampingnya. Jungkook tidak pernah jauh dari darinya. Yoongi sangat ingin mempercayai rentetan kalimat barusan saat ini. Yoongi ingin kalimat itu selalu menguatkan dirinya yang sudah serapuh ini.

"Jung, kakak belum membuat lagu untukmu. Jadi kau harus bangun dan biarkan kakak membahagiakanmu lagi"

Yoongi harus bisa mengontrol perasaannya sendiri. Dia harus bisa. Tiga hari ini, dia sudah kehilangan kewarasannya dan pasti Jungkook tidak akan menyukai itu.

"Bangunlah, kakak mohon"

Yoongi menghela nafasnya perlahan dan membaringkan tubuhnya di ranjang milik Jungkook. Ia ingin merasakan Jungkook ada didekatnya saat ini. Tersenyum padanya atau bahkan memeluknya.

"Jung, kakak mendapat panggilan audisi besok. Apa kau tidak akan datang? Kakak sangat ingin melihatmu setiap kakak memainkan piano"

Yoongi kembali meraih foto Jungkook dan memeluknya erat seakan itu memang Jungkook yang sedang tersenyum manis padanya. Itu semua membuat Yoongi tidak menyadari dibalik pintu yang terbuka sedikit itu sang mama sedang memperhatikannya.

Saat ini kedua orang tua itu harus membagi fokus pada kedua anaknya yang sedang dirundung kesedihan. Meski sebenarnya merekapun juga butuh kekuatan untuk menghadapi rasa takut kehilangan sibungsu.

Hatinya sebagai seorang ibu serasa ditindih dengan kuat oleh batu besar kala melihat sibungsu yang sedang terbaring dengan kondisi yang tidak baik dan jungkook harus kembali menjalani operasi keduanya minggu depan.

Tuhan, ijinkan anak-anakku bahagia

Ia seka airmatanya itu dan mulai masuk ke kamar sibungsu dengan hati yang sudah cukup tertata untuk berbicara pada sulungnya.

"Yoongi, makanlah sesuatu, Nak. Kau belum makan apa-apa dua hari ini"

Yoongi mematung dengan airmata yang masih menetes tanpa isakan disana sembari tetap memeluk erat foto Jungkook. Hal itu membuat sang mama kembali menghela nafasnya perlahan, terlalu bingung pada kondisi sang anak.

"Dulu, saat Jungkook terserang demam, kaupun seperti ini, Nak. Sulung mama tidak pernah berubah"

Usapan lembut itu ia berikan pada Yoongi yang justru semakin mengosong.

"Saat itu Jungkook selalu bertanya pada mama kenapa kau tidak mau makan dan bagaimana jika kau sakit. Dia selalu menghawatirkan Yoongi, bahkan dia sempat memarahi mama untuk lebih memperhatikanmu sementara dia juga membutuhkan mama. Yoongi ingat bukan apa yang terjadi selanjutnya?"

Hening. Tidak ada jawaban dari sulungnya.

"Jungkook menghampiri Yoongi dan memelukmu erat, seingat mama dia mengatakan dirinya begitu mengkhawatirkanmu, dia bilang dia sangat menyayangimu"

"Jungkook" , panggil Yoongi kelewat pelan dan hanya terkesan menggerakan bibirnya saja. Kini kenangan menyenangkan kembali berputar di kepalanya. Semuanya.

Ibu tiga anak itu memeluk tubuh Yoongi yang sedang berbaring menyamping dan mencium pipi sulungnya singkat, lalu berucap dengan sedikit berbisik "Jungkook sangat bahagia karenamu, Nak. Karena kau kakak yang hebat untuknya. Jadi Yoongi juga harus menunjukan itu".

Setelahnya sang mama membiarkannya terdiam disana. Bagaimana dia bisa kuat jika saat ini adiknya sedang melawan maut?

Apa kakak sehebat itu untukmu, Jung? Sedangkan saat ini kakak seperti sedang ditusuk berkali-kali dan kemudian jatuh ke dasar jurang yang menakutkan. Jungkook... Kakak harus bagaimana?
-yoongi

Stay Alive for Me (YoonKook) || CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang