cerita kedua

7.5K 519 12
                                    

Alunan nada indah kembali terdengar di rumah itu. Rumah milik kakak beradik itu. Sudah hampir setengah hari mereka memainkan piano bersama karena Jungkook yang ingin sekali belajar. Hari sudah beranjak siang dan Yoongi sepertinya harus mengakhirinya.

"Dik, sudah sangat lama kau memainkannya, apa kau tidak bosan?", tanya Yoongi sembari tak menjauhkan pandangannya sedikitpun dari sang adik yang tengah duduk di samping kanannya. 

"Kakak lelah?", tanya balik Jungkook dengan wajah polosnya yang justru mengulas senyum manis dari sang kakak.

"Sudah akan siang, apa kau tidak akan melakukan sesuatu hari ini Jung?"

Jungkook sedikit berfikir, "Tidak kak, aku hanya akan dirumah saja"

"Jung, kakak tidak masalah kalau kau mau latihan basket. Kakak akan mengantarmu, heum?", ujar Yoongi. Setelahnya Yoongi mengusak halus rambut hitam Jungkook dengan lembut.

Butuh beberapa detik bagi Jungkook untuk mengontrol emosinya sendiri. Karena sesungguhnya Jungkook tidak suka pembicaraan tentang basket dengan sang kakak. Itu..sedikit mengundang luka lamanya.

Menyadari raut wajah Jungkook yang berubah sendu dan sang adik yang semakin menundukan kepalanya, Yoongi kemudian menangkup kedua sisi kepala adiknya dan menempelkan keningnya pada kening sang adik. Sejenak dalam posisi itu, membiarkan dirinya sedekat ini pada adik yang sudah sangat berusaha membahagiakannya selama ini.

"Kakak tidak mau kamu selalu mengingat segala hal yang menyakitimu, Jung. Lupakan saja, tidak apa-apa"

Jungkook saat ini sedang berusaha untuk mengatur nafasnya agar senormal mungkin. Dia tidak boleh membuat Yoongi semakin mengkhawatirkannya.

"Sini, lihat kakak", setelahnya perlahan yoongi mengangkat pandangan sang adik dan menjauhkan sedikit wajah pucatnya untuk melihat dengan jelas bagaimana Jungkook sedang menyembunyikan raut sedih dari wajah imut yang selalu membuat rasa sayang Yoongi semakin mendalam.

Yoongi mengulas senyumnya, "Jung, sudah. Semua sudah berlalu..

"Tidak kak!", Jungkook memotong cepat kalimat sang kakak. "Kakak tidak bisa main basket lagi karena salahku. Seandainya aku tidak meminta kakak menjemputku saat itu, kakak tidak akan kecelakaan! Dan kakak tidak akan kehilangan mimpi kakak! Semua gara-gara aku kak! Aku..

Yoongi buru-buru meletakkan jari telunjuknya di depan bibir tipisnya. Cukup sudah Yoongi  melihat Jungkook yang selalu menyesal karena kecelakaan yang menimpanya dulu. Yoongi juga tidak tahan melihat airmata Jungkook yang sudah menetes entah sejak kapan. 

"Sstt... Jung mimpi kakak adalah membahagiakan kamu dengan atau tanpa basket kakak akan mewujudkan itu. Kamu percaya pada kakak, kan?"

Jungkook mengangguk pelan, tapi sesungguhnya peristiwa dua tahun lalu memang menimbulkan trauma besar pada dirinya. Melihat kakaknya yang tertabrak di depan mata kepalanya sendiri oleh mobil yang sedang melaju kencang saat akan menyebrang menjemputnya usai latihan basket cukup membuat Jungkook setengah gila.

Ia sangat ingat bagaimana semua orang berteriak histeris saat melihat tubuh kakaknya terpental jauh, terbanting, dan mengeluarkan banyak darah. Namun dia hanya mematung dan merasa sekujur tubuhnya terasa keras seperti tidak bisa dia gerakan meski hanya gerakan kecil pada ujung jari tangannya.

"Kakak tidak ingin kamu terus menyesali semua itu, Jung. Kakak bahkan sudah menemukan impian kakak yang lain melalui piano ini. Kakak ingin menyampaikan pada seluruh dunia bahwa kakak menyayangimu melalui musik yang kakak mainkan. Saat ini melalui musik kakak bisa membagikan cerita kakak, bahkan kakak mungkin bisa menciptakan lagu untukmu suatu saat nanti. Kakak bahagia, Jung. Dan itu karena kamu, adik kakak. Kakak tidak peduli kehilangan yang lain asal kamu selalu ada disini bersama kakak"

"....Kakak tidak mau kamu terus hidup dalam penyesalan itu. Coba kamu lihat kakak sekarang. Apa kakak terlihat tidak berdaya hanya karena kakak tidak bisa main basket lagi?"

Jungkook terdiam. Sesungguhnya saat ini Jungkook merasa kakaknya sangat pintar menyembunyikan luka hatinya.

"Saat kecelakaan itu terjadi, yang kakak fikirkan justru dirimu. Apakah kakak bisa membuka mata kembali? Sedangkan saat itu kakak belum bisa memelukmu erat. Bagaimana jika kakak mati dan terpisah denganmu?"

Menyakitkan. Jungkook tau itu dan selamanya dia hanya ingin tau saja tanpa merasakannya.

"Tapi Tuhan sangat baik pada kakak, Jung. Kakak sangat bersyukur Tuhan tidak memisahkan kakak denganmu bahkan sampai sekarang. Kakak begitu bahagia melihatmu yang duduk disamping kakak dan menjadi orang yang pertama kali kakak lihat saat kakak tersadar dari koma. Jung, basket bukan segalanya untuk kakak, tapi kamu"

"Kakak...", suara serak dan lirih itu akhirnya keluar juga dari kerongkongannya yang sempat tersendat beberapa saat lalu.

"Katakan kak. Apa yang kakak minta dariku sebagai rasa terimakasihku pada kakak selama ini?", Jungkook mengatakan permintaannya dengan nada yang tulus dan kelewat pelan itu membuat Yoongi kembali merapalkan syukur dalam hatinya.

"Tetaplah bersama kakak, Jung. Hanya itu"

Untuk sejenak mereka saling bertatapan. Menemukan kasih sayang antar saudara dan menunjukannya.

"Aku akan selalu ada di samping kakak"

Selanjutnya, Yoongi memberikan pelukan hangatnya pada Jungkook. Yoongi tidak mau Jungkook jauh darinya.

Stay Alive for Me (YoonKook) || CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang