sepuluh

17 14 15
                                        

"Kubolehkan kamu membenciku, tapi tidak dengan menghindariku."

-putri

Seorang pria melihat gadis yang berjalan lumayan jauh didepan, dia mengira-ngura siapa gadis itu.
"Aha!"
Rian berjalan ngendap-endap menyusul gadis itu.
"Sita!" ia menghadang Sita. Sita yang kaget reflek mundur beberapa langkah.
"tuh, kan bener Sita" Rian mendekatkan wajahnya kearah Sita.

Sita mematung. Bola matanya menatap asal wajah Rian. Sedangkan lelaki itu terus saja tersenyum, senyum sok manis. Tanpa ia sadari Pipi nya memanas menimbulkan rona merah.

Sadar akan apa yang dilakukannya, Sita meninju pelan perut Rian. "Sok manis" kemudian ia melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti.

Tidak menyerah, Rian berlari dan menghadang nya lagi. Tetapi Sita tak menghiraukannya, ia terus saja melangkah tanpa memperdulikan lelaki itu. Rian terkekeh kecil. "Mau kemana sih" ia berjalan mundur mengikuti langkah Sita, sedangkan gadis itu berjalan maju.

"Toilet" jawabnya acuh.
"Toilet?" koreksi Rian kemudian dirinya terkekeh.

"Iya, lo gak budeg kan"

Rian menghentikan langkahnya otomatis membuat gadis itu juga menghentikan kakinya.

"Ya.. denger sih." Rian menatap wajah geram Sita. "tapi kan, toilet nya disitu" Rian menunjuk ke belakang Sita.

Sita menepuk pelan dahinya, ia merutuki kebodohannya. Tak mau kalah ia mengelak.
"Ya maksud gue, gue mau kesitu. Gara-gara lo gue jadi salah kan" kini Sita malah menyalahkan Rian.

Rian mengacak rambut Sita gemas. "Gugup ya" seringaian nya muncul.

Mendengar itu satu kepalan tangannya terangkat. "Mau mati?" ia menepis tangan Rian dari kepalanya lalu kembali melanjutkan niatnya ke toilet.

Sedangkan Rian hanya tersenyum, senyuman yang tidak bisa diartikan.

••

"Datang juga abang" Rian menghampiri seseorang diluar pagar sekolah, dia adalah tukang antar paket.

"Kenalan dulu dong" ia terkekeh lalu mengulurkan tangannya kepada sang pengirim paket.

Sedangkan Bapak pengantar paket menatap Rian sekilas sebelum mendapatkan isyarat mata yang menunjuk kearah tangan Rian.
"Saya Rian, abang siapa" tanya nya dengan centil.

"Saya juga Rian" jawab nya santai membuat mata Rian melotot seketika.

••

Para siswa/i berbondong-bondong menghampiri kantin ketika bel istirahat berbunyi tak terkecuali S2LM (Sandra, Sita, Linda dan Mila).

Tanpa mereka sadari sudah ada Rian dibelakang. Sepertinya dia sudah berubah menjadi seorang penguntit.

Sesampainya dikantin mereka duduk di bangku tengah karena hanya itu tempat yang masih kosong. Sedangkan si penguntit tadi, ia bergabung dengan teman sekelasnya yang ada dipojokan.

Mereka segera melahap makanan yang tadi sudah dipesan.
Baru beberapa sendok yang masuk kedalam mulut, suara percikan api yang berasal dari kompor salah satu ibu kantin menyulut kehebobah dari semua murid disana.

"Kebakaran!" teriak salah satu siswa di pojokan.
Seluruh murid berhamburan keluar kelas untuk menyelamatkan dirinya masing-masing.

"Aduh gimana nih, ayo kita cepat keluar dari sini sebelum apinya membesar" Mila menarik tangan Sita dan Linda keluar.

"Sandra ayo" teriak Sita yang tangannya masih ditarik Mila.

Sandra membeku. Kejadian dimasalalu kini berputar kembali diotaknya. Teriakan dari sahabatnya seperti hanya memantul ke telinganya.
Gadis itu hampir menangis, badannya bergetar, Sandra jatuh diatas lantai sambil menangis ketika memori-memori itu datang tanpa hentinya ke otak Sandra. Tidak ada satupun orang yang ada disana.

Rian yang diberitahu ada Sandra didalam kantin itu segera berlari mencari Angga.
Ternyata Angga dikelas, dia berdiri didepan Angga yang masih berkutat dengan ponselnya.

"Ga, lo harus tolongin Sandra. Dia ada didalam kantin, kantin kita kebakaran Angga!" teriak Rian.

Angga yang mendengarkan itu segera berlari tanpa memperdulikan ponselnya yang jatuh kebawah dan meninggalkan temannya.

Sedangkan Reza yang ada dikelas itupun segera berlari menyusul Angga.
"Jangan sampai Sandra pingsan karena trauma itu" Reza berlari, wajahnya penuh emosi.

••

Angga masuk kedalam kantin seperti tiada kata takut terhadap api. Ia sangat cekatan membuang benda-benda yang berserakan didepannya.
Dia menoleh kekanan dan kiri menyusuri isi kantin. Matanya menangkap seragam seseorang yang duduk diatas lantai dengan menundukkan kepalanya.

Tanpa basa-basi Angga segera berlari menghampiri nya.
Dan ternyata benar dugaannya, dia adalah Sandra, gadis yang membuatnya ketakutan.

Angga berdiri didepan Sandra, perlahan berjongkok untuk melihat kondisi gadis itu.
Tangannya bergerak mengangkat dagu Sandra agar bisa menatapnya.

Dia melihat wajah Sandra penuh dengan air mata, tatapannya kosong. Tangannya beranjak memegang kedua bahu Sandra, memberinya sedikit kekuatan.
"Hei, lihat aku. Kamu aman" tutur Angga lembut.
Sandra mendongak menatapnya sekilas dengan air mata yang masih mengalir deras di pipinya sebelum ia jatuh pingsan.

Angga panik, tanpa ba-bi-bu ia segera membopong-nya untuk dibawa ke uks.

Saat ia keluar dari kantin, dialah yang menjadi sorotan semua orang yang hanya menonton diluar tanpa ikut membantu.

Reza, dia bersandar didinding dengan dadanya yang naik turun. Dia lega karena Sandra sudah ada ditangan Angga, tetapi disisi lain ia menyesal membiarkan Sandra pingsan karena trauma yang dialaminya. 'Seharusnya dari tadi gue ada disitu San, gue gaakan biarin elo jatuh pingsan' batinnya.
"Gue telat" kemudian ia pergi meninggalkan tempat itu.

Apasih sebenernya trauma yang dialami Sandra. Ada yang bisa tebak?

RAZBLIUTO (SLOW UPDATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang