Happy reading
Sorry for typo
¤¤
Minggu pagi ini Jinhwan berjalan sendirian di taman yang tak jauh dari rumah nya, sekedar mencari ketenangan dan udara segar di pagi hari.
Hari semakin siang, panas nya matahari terasa sedikit membakar kulit Jinhwan. Makhluk manis itu mendudukan diri nya di bawah pohon yang lumayan rindang sehingga mampu menghalangi sinar matahari kepada nya.
Jinhwan terdiam dengan pandangan kosong, namun pikiran nya sedang sibuk memikirkan Kim Hanbin. "Apa yang akan terjadi pada hubungan kita selanjutnya? Apa kau akan menjadi milik ku atau tetap menjadi teman? mengapa aku sedikit ragu pada pilihan pertama?." Jinhwan bergumam pelan, bertanya pada diri nya sendiri tentang kelanjutan kisah nya dengan Hanbin.
Jinhwan menatap sekumpulan anak yang sedang bermain bola, terlihat begitu bahagia. Ia jadi berpikir, jika saja Hanbin tidak pindah, pasti mereka bisa terus bermain bersama dan tumbuh bersama, pasti menyenangkan. Senyum kecil tercipta di wajah manis nya saat bayangan akan hal itu muncul di kepala, namun hantaman bola pada kepala nya dari sebelah kanan kembali menyadarkan pemuda manis itu dari khayalan nya, tubuh nya jatuh kesamping namun beruntung kepala nya tidak mengenai batu yang lumayan besar, hanya tangan nya yang sedikit luka karena batu kecil dan rumput yang tajam.
"Hyung maafkan aku, aku tak sengaja sungguh~" anak laki laki sekitar berumur 7 tahun mendudukan diri nay di hadapan Jinhwan yang sedang memegangi kepala nya yang terasa sakit.
Jinhwan tersenyum menatap anak itu. "Tidak apa, aku baik baik saja." Jinhwan berucap lembut namun anak itu malah menangis. Jinhwan memeluk anak itu berusaha menenangkan nya. "Sttt.. jangan menangis, nanti aku di sangka menjahati mu." canda Jinhwan namun tak berhasil.
"Seharusnya aku tidak mengiyakan perkataan orang itu." Jinhwan mendengar ucapan anak itu menjadi bingung. Apa memang ada yang merencanakan nya? tapi untuk apa?.
"A-apa seseorang menyuruh mu?" anak itu mengangguk, Jinhwan melepaskan pelukan nya.
"Sekarang, kembali lah bermain. Aku tidak apa apa." Jinhwan tersenyum lebar, membuat anak itu ikut tersenyum.
"Semoga hyung selalu di lindungi tuhan. Dan berhati hatilah hyung, kurasa ia orang yang jahat." anak itu langsung berlari pergi meninggalkan Jinhwan.
"Apa sekarang aku mempunyai musuh? tapi apa yang membuat nya memusuhi ku? sampai ingin mencelakai." Jinhwan tak dapat berpikir lagi, ia terlalu bingung memikirkan apa motif seseorang itu ingin mencelakai nya.
"Jika benar begitu, aku harus berhati hati sekarang." Jinhwan bangkit dari duduk nya, ia akan pulang saja mengistirahatkan kepala nya yang masih berdenyut.
¤¤
"Hanbin, aku tidak mau berpisah dengan mu~" Jaewon merengek seperti seperti bayi pada Hanbin yang sama sekali tidak peduli pada kehadiran pemuda itu.
"Sial, kalah lagi." Jaewon menatap tajam Hanbin yang malah sibuk dengan ponsel nya.
"Hanbin, kau tidak mendengarkan ku?!"
"Tidak, jadi keluarlah dari kamar ku atau aku yang akan menyeret mu keluar." jawab Hanbin tanpa mengalihkan pandangan nya dari ponsel.
"Tidak, aku tidak mau keluar sebelum kau mau kembali pada ku!!" Jaewon naik ke ranjang Hanbin dan ikut mendudukan diri nya disisi ranjang yang kosong.
Hanbin mematikan ponsel nya membuat Jaewon tersenyum senang. Hanbin menatap Jaewon di sebelah nya.
"Kau tidak mau keluar?" Jaewon mengangguk cepat.
"Baiklah, aku yang keluar." Setelah berucap begitu, Hanbin turun dari ranjang melangkah keluar dari kamar meninggalkan Jaewon yang semakin geram.
"Hanbin, kebahagiaan mu saat ini adalah Jinhwan kan. Tapi bagaimana jika kebahagiaan mu musnah dari dunia ini? apa kau masih bisa bahagia, bahkan untuk sekedar tersenyum?" Jaewon tersenyum miring menatap pintu kamar Hanbin yang tertutup. Iblis sudah benar benar mengusai hati dan pikiran nya, tak peduli bagaimana ia harus memastikan Hanbin kembali pada nya.
TBC....
Makasih banyak buat yang masih mau baca cerita ini☺seneng banget aku😁😂
Jangan lupa Voment ya gaes😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Something In The Rain - Binhwan
FanfictionBukankah lebih baik begitu, lupakan masalalu dan fokus lah pada masa sekarang dan masa depan kita.